Malam pun tiba. Yoga baru saja bersiap-siap untuk istirahat, tetapi tiba-tiba ada dua panggilan telepon yang datang berturut-turut. Panggilan itu berasal dari web gelap dan Roselia. Isi pesannya sama, yaitu sejumlah besar dana telah masuk ke Kota Pawana.Selain itu, ada sekelompok orang yang baru saja memasuki Kota Pawana. Begitu tiba, mereka langsung mengirim undangan kepada tiga keluarga besar, yaitu Keluarga Bramasta, Keluarga Husin, dan Keluarga Salim.Semua itu dilakukan dengan terang-terangan dan bahkan sangat mencolok, seolah-olah mereka ingin memastikan bahwa organisasi intelijen tidak akan melewatkan informasi tersebut."Aku mengerti!" jawab Yoga. Setelah menutup telepon, dia mulai berpikir keras. Siapa sebenarnya yang melakukan hal ini dan apa tujuannya?Setelah merenungkannya sejenak, Yoga memutuskan untuk tidak memikirkannya terlebih dahulu. Jika pihak lawan berani melakukannya dengan terang-terangan, berarti dia memang ingin Yoga mengetahui hal ini. Namun, Yoga justru seng
Kini Keluarga Bramasta sedang diserang oleh Keluarga Salim. Meski merasa kesal, Winola tidak berani melawan Sutrisno untuk sementara ini.Beberapa saat kemudian, muncul seorang kepala pelayan yang datang untuk menyambut ketiga orang itu. Mereka dibawa ke sebuah ruang teh. Saat itu, Rafi sedang menyeduh teh yang memancarkan aroma semerbak."Ini adalah teh spiritual dari dunia kultivator kuno, kalian pasti sudah lama nggak minum. Ayo cicipi." Rafi menyodorkan teh kepada ketiga orang itu dengan tenang. Ketiga orang itu sibuk dengan pikiran masing-masing sehingga tidak menyentuh teh tersebut."Tenang saja, aku mengundang kalian kali ini karena ingin membahas sesuatu dengan kalian." Rafi menuangkan teh untuk dirinya sendiri dan meminumnya di hadapan mereka.Ketiga orang itu baru duduk secara bersamaan dan menyesap teh spiritual. Daun teh ini hanya bisa tumbuh di dunia kultivator kuno, sehingga tidak bisa ditemukan di dunia fana. Selain itu, teh ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan. Ji
Penginapan Surya."Lalu, Farel pergi begitu saja. Dua orang itu sama-sama menginginkan nyawamu. Kamu beken banget ya!" ucap Sutrisno melaporkan semua kejadian di kediaman Rafi kepada Yoga.Yoga langsung memahami rencana Rafi sekarang. Dia baru saja tiba di Kota Pawana, jadi sudah pasti dia tidak ingin berkonflik dengan tiga keluarga besar lainnya. Satu-satunya yang bisa membuat mereka mencapai kesepakatan adalah dengan menggunakan nyawa Yoga!Dengan demikian, mereka bisa bekerja sama! Ini benar-benar strategi yang cerdik! Akan tetapi, sepertinya ada yang tidak beres!"Sepertinya semua ini nggak ada hubungannya denganmu, lalu kenapa dia menyuruhmu ke sana?" tanya Yoga tiba-tiba."Hehe, Rafi diam-diam ngobrol denganku setelahnya. Aku baru tahu tujuan sebenarnya dia memanggilku ke sana! Aku sudah pernah berhubungan dengan Tuan Bimo, jadi dia ingin aku membantu memperkenalkannya.""Selain itu, dia juga kasih aku sepuluh harta berharga. Katanya, setelah tugas ini selesai, dia akan mengantar
Rafi menjawab dengan gugup, "Maafkan kelancanganku. Mohon Tuan Bimo mengampuniku!"Yoga kembali tersenyum sinis. Rafi ... ternyata kamu bisa seperti ini juga! Masih berani berdiri untuk bicara denganku?"Ke depannya, kamu cuma boleh berlutut di hadapanku!""Baik!" jawab Rafi. Sekujur tubuhnya mulai berkeringat dingin dan semakin gugup. Tuan Bimo ini terlalu mendominasi!"Kenapa kamu cari aku?" tanya Yoga lagi."Aku sengaja mencarikan sebuah tanah berharga untuk Anda. Setelah berhasil mendapatkannya nanti, aku akan hadiahkan pada Tuan Bimo. Semoga Tuan Bimo bisa menyukainya!" ujar Rafi dengan hormat."Tanah berharga?" Sudut bibir Yoga berkedut. Jangan-jangan yang dimaksudnya itu adalah tanah dekat makam Keluarga Kusuma?Padahal dia belum mendapatkan tanah itu, tapi sudah datang untuk memberikan hadiah? Apa orang ini tidak punya otak? Mustahil dia bisa mendapatkan tanah itu!"Berikan sekarang juga!" ujar Yoga dengan nada dingin."Hah? Maksudku setelah berhasil mendapatkannya nanti ...."
Nadya melihat memandangi kaus hitam kecil itu dengan penuh curiga. Tidak ada merk, tidak ada gambar, dan modelnya juga sangat aneh. Bahkan, ada aroma khas yang aneh. Dilihat dari segi mana pun, kaus ini tidak terlihat seperti hadiah."Aku boleh nolak nggak?" tanya Nadya dengan wajah tak berdaya."Coba pakai dulu!" ujar Yoga dengan penuh penantian."Kalau begitu, boleh kucuci dulu nggak?""Boleh sih ... tapi kalau kamu memang bisa mencucinya," balas Yoga.Nadya semakin bingung. Dalam hatinya bertanya-tanya memangnya kenapa benda ini tidak bisa dicuci?Kemudian, Nadya membawa kaus itu ke kamar mandi dan berencana untuk mencucinya. Namun saat kaus ini direndam ke air, permukaannya tidak bisa basah sama sekali, seolah-olah terpisah dari air begitu saja."Ada apa ini? Apa ini benda kedap air yang kamu temukan?" Nadya merasa bersemangat. Jika benda ini bisa diproduksi massal, dia pasti akan kaya raya."Cuma ada satu di dunia ini, tahan sama senjata apa pun. Bisa digunakan untuk melindungimu
Jika bukan karena karpet di lantai yang tebal, ponsel Winola pasti sudah rusak."Bajingan menyebalkan! Aku sudah lama menunggu dan kamu masih mau membakar dupa? Kenapa kamu punya banyak sekali alasan!" geram Winola. Namun, dia hanya bisa terus menunggu.Ketika batang hidung Yoga belum juga terlihat pada pukul 3 sore, Winola tidak bisa bersabar lagi. Dia mengambil ponsel dan mengirimkan pesan.[ Sudah selesai belum? ]Yoga segera membalas pesannya.[ Aku mau periksakan diri ke rumah sakit dulu, mau memastikan aku nggak punya penyakit menular. Jangan sampai aku menularkannya padamu. ]Winola tercengang. Apa Yoga benar-benar laki-laki? Mengapa persiapannya untuk hal ini banyak sekali?Winola menggertakkan gigi. Akhirnya, dia menahan kesal dan mengirimkan satu pesan lagi beserta foto bahunya yang terbuka.[ Cepatlah, aku sudah nggak sabar! ]Setelah mengirim pesan itu, tubuh Winola langsung memancarkan niat membunuh yang kuat. Demi memancing Yoga ke sini, dia sampai harus melakukan hal ini
"Winola, aku nggak nyangka kamu begitu nggak tahu malu!""Kupikir kamu punya moral tinggi, ternyata malah begitu rendahan. Pesan-pesanmu dan foto itu buktinya!""Mau merayu Yoga? Kamu wanita paling menjijikkan yang pernah kutemui!"Karina dan Nadya langsung menerobos masuk. Di belakang mereka, masih ada Asta dan Lili. Seisi ruangan seketika menjadi ramai.Hinaan yang terus terdengar membuat Winola linglung. Apa yang terjadi? Dia menatap Yoga dengan ekspresi bingung.Yoga berucap, "Kamu wanita yang baik, tapi aku nggak ingin salah jalan."Winola terdiam. Wajahnya yang cantik terlihat begitu syok. Saat ini, dia tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa.Hebat sekali! Winola telah menggunakan berbagai cara untuk memancing Yoga ke sini. Setelah menunggu lama, pria itu malah datang dengan membawa banyak orang. Selain itu, apa maksudnya dengan salah jalan?"Yoga, kamu melakukan hal yang benar. Seorang pria harus menjaga akhlak dan menjauhi hal-hal yang nggak pantas!" puji Asta sambil men
Karina dan yang lainnya juga menutup mulut mereka dengan terkejut. Astaga, situasi ini makin menarik saja! Asta pun menutup mata Lili agar gadis itu tidak melihat hal-hal yang tidak senonoh."Cukup!" seru Winola. Dia segera mendekat dan menjelaskan dengan marah, "Aku dipaksa melakukan ini dan dia ditugaskan untuk mengambil foto. Hanya itu yang bisa kukatakan, terserah kamu mau percaya atau nggak!"Setelah mengucapkan kata-kata itu, Winola berbalik dan pergi dengan marah. Dia tidak sudi berlama-lama di sini, walau sedetik pun."Rupanya begitu. Apa ada yang mau kamu jelaskan?" tanya Yoga sambil menatap Silus dengan ekspresi menyeramkan di wajahnya.Yoga bisa merasakan bahwa pria di depannya bukan orang biasa. Silus memiliki aura seorang kultivator kuno."A ... aku hanya kebetulan ... akh!" Sebelum Silus bisa menyelesaikan kata-katanya, lengannya sudah dipatahkan oleh Yoga. Silus yang kesakitan langsung jatuh berlutut."Katakan! Siapa yang mengirimmu?" tanya Yoga. Tangannya sudah mencengk