“Aku? Dia tanya siapa aku, beri tahu dia!” titah si Iblis itu.
Para iblis yang berkumpul itu menunduk dengan hormat pada sosok yang terbang di tengah-tengah mereka. “Siap, Tuan. Pemilik Hutan yang suci, Demon Lord Zenon,” ucap seluruh iblis itu bersamaan.
Adam merasa Iblis yang Bernama Zenon ini adalah orang paling narsis yang pernah dia temui. “Kau dengar itu? Panggil aku Tuan Zenon!” katanya dengan angkuh.
“B-baiklah, Tuan Zenon,” ucap Adam, dia lebih baik menuruti kemauan iblis narsis ini dari pada terjadi sesuatu buruk padanya.
“Jadi, apa yang kau inginkan sampai memasuki hutan yang suci ini?” tanya Zenon setelah menyuruh para iblis untuk pergi dari sana.
Dalam sekejap iblis-iblis itu pergi hanya dengan jentikan jari. Adam bertanya-tanya sekuat apa iblis di depannya ini sampai-sampai iblis-iblis yang menyeramkan tunduk padanya. Padahal perawakannya seperti orang lemah.
“Hahahah, kau mengataiku lemah?” tanya Zenon mendekat dengan mata yang melotot.
Napas Adam tercekat, jantungnya seperti berhenti beberapa detik karena ulah Zenon. “Hah? T-tidak!” kata Adam terbata-bata.
“Apa ini? Dia membaca pikiranku?” batin Adam.
“Tidak usah kaget begitu, akan kumaafkan karena kau adalah manusia rendahan,” ucap Zenon dengan sombong.
Adam sebagai matahari kekaisaran merasa terhina, amarahnya kini meluap saat Zenon lagi-lagi merendahkannya. Persetan dengan seberapa kuatnya dia, Adam tidak akan membiarkan seseorang menghina Kekaisaran Vanrize.
“Jaga bicaramu,” kata Adam dengan sorot tajam.
“Kenapa? Kau tidak terima karena aku berkata kau manusia rendahan? Sekalipun kau keturunan kekaisaran tetap takkan sanggup untuk mengalahkanku!” kata Zenon.
“Diam kau iblis rendahan! Jangan menghina matahari kekaisaran!” balas Adam.
Setelahnya Zenon tertawa terbahak-bahak yang membuat Adam semakin marah. “Matahari kekaisaran? Matahari mana yang berniat dibunuh oleh para bawahannya sendiri? Dengar ini! aku tahu kau putra mahkota, lalu apa yang harus kulakukan? Memberi hormat padamu? Cih, dasar tidak tahu malu.”
Zenon tidak menapaki tanah, dia terbang memutari Adam berniat untuk membuat remaja itu semakin marah. “Kau lari terbirit-birit menuju tempat tinggalku, bukannya berterima kasih karena tidak aku bunuh. Kau justru bersikap arogan hanya karena statusmu. Jika kau memang putra mahkota mengapa kau berakhir seperti ini?” tanya Zenon lagi.
Adam menunduk seketika karena tahu apa yang dikatakan Zenon adalah benar. Dengan statusnya yang merupakan putra mahkota, Adam justru tidak bisa berbuat apa-apa atas tuduhan palsu yang diarahkan padanya.
“Sudah tahu diri? Baguslah, sadarilah tempatmu, dasar keturunan Vanrize yang gagal!” ejek Zenon.
Tepat setelah kata-kata itu diucapkan sebuah aura yang menggemparkan seluruh hutan menguar dari tubuh Adam. Bukan takut, Zenon justru mengeluarkan smirknya. Ini adalah tujuannya, untuk melihat kekuatan gelap yang dimiliki Adam dalam dirinya.
“Wah, mata itu sangat menyeramkan. Baguslah, kau berbakat!” kata Zenon.
Adam tak mengerti apa yang dimaksud Zenon, tetapi Adam masih kesal karena sebelumnya Zenon menghina keturunan Vanrize.
“Uhuk!” Adam terbatuk dan mengeluarkan darah, aura menyeramkan itu sirna di sana. Rasa sakit yang menusuk relung hatinya kian bergelora.
“Ah . . . apa aku akan mati seperti ini?” tanya Adam.
Zenon tersenyum. Adam memang akan mati di sini tetapi . . . “Aku bisa membantumu. Balas dendamlah dan rebut kekaisaran dengan kekuatanku!”
Di sisa-sisa kesadarannya Adam mengerutkan dahi samar. Apa yang dimaksud Raja Iblis ini?
“Kau akan mati di sini tetapi kau akan mengulang waktu di mana kau akan membalaskan dendammu menggunakan kekuatanku!” jelas Zenon menjawab pertanyaan Adam dalam pikirnya.
“A-apa maksudmu?”
Zenon kesal melihat Adam yang tidak kunjung paham pada perkataannya. Zenon pun mengucapkan mantra terlarang, sebuah lingkaran dengan huruf sihir kuno mengelilingi tubuh Adam, pancaran kegelapan yang begitu kelam menusuk jantung Adam dengan keras.
“Tunggu … apa ini? Aku tidak bermaksud menyetujuinya,” kata Adam sembari terbatuk karena tekanan sihir Zenon.
“Kau akan membiarkan takdir berjalan dengan tidak adil untukmu, ya? Setelah semua yang orang lain lakukan padamu, apa kamu masih mempunyai ruang maaf untuk mereka?” tanya Zenon.
Adam terdiam sejenak, apakah bersekutu dengan iblis adalah jalan satu-satunya? Pantaskah dia nanti berkuasa menjadi kaisar dengan bantuan iblis?
“Tidak … aku tidak akan memaafkan mereka! Aku Adam Adrellina Van siap bersekutu dengan siapapun demi merampas Kembali tahta kekaisaran Vanrize!” tegas Adam membuat Zenon tersenyum.
“Baiklah, setelah ini kau akan hidup kembali untuk membalaskan dendammu. Kau akan terikat kontrak denganku. Namun ingat! Kontrak ini mempunyai pantangan, kau tidak diperbolehkan untuk ….”
Bruk!
Tubuh Adam terbaring lemah dengan darah bersimbah yang menjadi syarat dari terjalinnya kontrak Zenon dan Adam. Adam kehilangan nyawanya sebelum Zenon menyelesaikan konsekuensi dari kontrak tersebut. Akankah hal ini tidak akan berdampak buruk untuk Adam?
“Yang mulia … Yang mulia ….”Panggilan dari seseorang yang memanggil Adam membuatnya terbangun dari mimpi menyeramkannya.“Hah!” Adam terlonjak kaget ketika di depan matanya ada Cerrish, ajudan pribadi Adam.“Ada apa Yang Mulia? Keringatmu banyak sekali, apakah kamu bermimpi buruk?” tanya Cerrish.Adam menghela napasnya dengan teratur dipandu oleh Cerrish, kepalanya berat sekali. Pikiran alam bawah sadarnya masih memproses apakah selama ini dia hanya bermimpi? Atau justru kali ini dia benar-benar mengulang waktu?“Cerrish, hari apa ini?” tanya Adam.Ajudan yang dibuat binggung oleh majikannya itu mau tak mau hanya bisa menjawab, “Sekarang hari Senin, hari di mana Yang Mulia akan diangkat menjadi Putra Mahkota.”Setelahnya napas Adam tercekat. Tidak! Entah yang sebelumnya terjadi adalah mimpi atau kenyataan, Adam tidak akan pernah mau untuk mengulangnya.“Di mana Ayahanda dan Ibunda?” tanya Adam.“Kaisar dan Permaisuri sedang berada di singgasana untuk mengatur pesta yang akan berlangs
“Tidak! Tidak mungkin kejadian mengerikan itu terulang Kembali!” Adam menjerit tak tertahan ketika Ayahanda dan Ibundanya jatuh mengenaskan dengan darah yang keluar dari mulut mereka. Mimpi mengerikan itu ternyata memang benar pernah terjadi dan Adam mengulang waktu untuk membalaskan dendam terkait kematian orang tuanya. Adam Kembali lagi pada waktu sebelum kematian Yurize dan Adrellina, tetapi mengapa tidak ada yang berubah? “AYAHANDA! IBUNDA!” Adam berlari secepat kilat, meninggalkan bunyi barang pecah dari gelas yang dia bawa. “Ini salahku, aku meninggalkan mereka. Aku tidak di sisi mereka,” pikir Adam berkecamuk. Minuman Anggur tersebut ternyata digantikan dengan minuman lain. Menggantikan minuman itu ternyata tidak berdampak apapun pada takdir. Malam kelam itu berlalu dengan mengenaskan, mengulang Kembali tragedi yang Adam anggap dapat dia cegah. Nyatanya pengulangan waktu ini tidak dapat membuatnya mengembalikan nyawa yang memang sudah ditakdirkan tiada. - Di taman kerajaa
“Lagi-lagi … kejadiannya sama persis, tidak ada yang berubah di sini,” desis Adam berjalan dengan tergesa menuju penjara bawah tanah.Dikabarkan 1 hari setelah kematian Ayah dan Ibunya, seorang pembunuh itu menyerahkan dirinya. Semuanya sama persis seperti sebelum Adam memutar waktu, kepala dapur bunuh diri, dan kali ini ….Adam berharap kali ini pembunuh itu bukanlah Sandress.“Hormat kami pada Yang Mulia Putra Mahkota,” sapa para prajurit di sana yang dihiraukan Adam.Bibirnya mengatup, jantungnya berdegup tak karuan saat nampak sosok yang terduduk kaku dengan rantai besi itu ternyata adalah Sandress. Orang yang sama, pembunuh yang sama seperti di kejadian sebelumnya.“Paman Sandress?” tanya Adam, di sana hening, nampak ikut tidak percaya pada apa yang terjadi.Apakah mungkin sosok sahabat dari sang Kaisar tega membunuh jantung kekaisaran? Apakah mungkin semua kebaikan dan kesetiaan yang selama ini Sandress tunjukan hanya tipuan belaka?“Sesuai peraturan kekaisaran Vanrize, Sandress
“Apa? Sandress tidak dihukum mati?” tanya Jean pada prajurit yang merupakan salah satu informannya.Jean telah pulang dari kepergiaannya mengunjungi brahmana tepat sehari setelah kematian dari Yurize dan Adrellina. Pada jamuan teh bersama dengan Clarence istrinya, Jean tiba-tiba saja mendengar berita yang janggal.“Apa alasannya? Bukankah sesuai peraturan kekaisaran Sandress akan dipenggal hari ini?” tanya Jean lagi.“Yang Mulia Putra Mahkota melarangnya, Tuan. Beliau berkata mati begitu saja terlalu ringan untuk Sandress yang telah membunuh ayah dan ibunya. Dia akan menyiksa Sandress setiap harinya seumur hidup Sandress sebagai pengganti hukuman mati,” jelas Prajurit tersebut.Clarence yang dikabarkan sakit itu kini mengakhiri sandiwaranya. Dia ikut terheran pada keputusan Adam yang tidak biasanya. Seharusnya anak itu akan taat pada perkataan Penasihat Edward dan peraturan kekaisaran.“Hmm … kau boleh pergi,” titah Jean dan prajurit itu pun pergi.Namun, sebelum itu, “Tapi Tuan, saya
“Sandres … katakan saja apa yang sudah diketahui oleh Adam. Apa kamu melupakan perjanjian kita hingga berani-beraninya kamu membocorkan rahasia kita?!” pekik suara itu menggema di sel penjara Sandres yang sunyi. Dalam penjara itu para prajurit diperintahkan untuk meninggalkan Jean dengan Sandres. Kuasa Jean tidak dapat diremehkan begitu saja apalagi selepas kepergian dari Yurize. “Tidak Jean! Aku tidak mengatakan apa pun, aku juga tidak mengetahui mengenai alasan Adam. Tolong! Aku sudah memenuhi janjiku, aku sudah ikut andil dalam rencana kejimu ini! Tolong kali ini biarkan aku mati dengan tenang,” isak Sandres memohon sembari bersujud. Sebegitu lemahnya dia dihadapan Jean, entah kelemahan Sandres yang mana yang membuatnya seperti ini. Rendah diri, ketakutan, pasrah, dan tidak dapat melawan sama sekali bukan kepribadian Sandres yang orang lain kenal. “Apa yang bisa membuatku percaya pada ucapanmu?” tanya Jean. Sandress kebingungan, apalagi yang harus dia lakukan agar Jean bisa per
“Siapa kau? Dan apa maksudmu dengan apa yang kau katakan tentang Duke Cesilio?” Adam terkejut, bisa-bisanya ada orang asing yang menguping di Kamar Putra Mahkota. Bagaimana bisa pria itu lolos dari penjagaan prajurit?Orang Misterius itu membungkuk hormat, “Maafkan gangguan ini, Yang Mulia. Namaku Marcellus, Pengawal pribadi Duke Cesilio. Aku telah mendengar sebagian percakapanmu dan ingin memberikanmu beberapa informasi yang mungkin berguna.”Adam merasa tertarik ketika mendengarnya, tetapi apakah kata-kata darinya bisa dipercaya? “Baiklah, Marcellus. Silakan lanjutkan. Apa yang kau ketahui tentang Duke Cesilio?”Marcellus memejamkan matanya sejenak, seakan meminta izin pada Mendiang Tuannya untuk memberitahukan rahasia ini kepada orang lain. Marcellus pikir tidak masalah jika orang tersebut adalah Adam.“Menurutku, Duke Cesilio memang memiliki kelemahan yang sangat dalam. Seperti yang telah ku sebutkan, ada insiden di masa lalunya yang melibatkan cinta terlarang antara dia dan seora
“Paman- ups maaf, Kaisar Jean, sudah waktunya kita berlatih berpedang. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu,” ucap Adam dengan nada meremehkan dia bertengger di depan pintu kamar Jean dengan pedang di tangannya. Adam berencana mengukur kekuatan Jean dalam berpedang, apakah selain otaknya yang cerdas, kemampuan fisiknya juga bagus? Adam ingin mengetahuinya, sebab Jean begitu tertutup pada hal berkaitan dengan militer. Jean juga tidak pernah mengikuti perang dengan banyak alasan yang masuk akal. Kira-kira Adam bisa menemukan jawaban dari latihan pedang kali ini atau tidak? Jean Mengangkat alisnya, tidak biasanya Adam bersikap tak sopan seperti ini. “Oh, jadi Sang Putra Mahkota ingin menguji kemampuan lamaku? Baiklah, siapkan dirimu, Adam.” Jean tidak ambil pusing, dia segera menerima tantangan dari bocah ingusan itu. Dengan senyum mengejek, Adam berkata, “Oh, aku tidak ingin menyakitimu, Paman. Hanya ingin melihat apakah ketangguhanmu sebanding dengan tahtamu.” Perkataan Adam me
Jilid : Berkalana pada masa lalu Adam. “Persetan dengan kalian semua! Apakah kalian tidak tahu? Tuanku adalah orang paling berkuasa di kekaisaran!” teriak pemberontak yang tertangkap oleh prajurit di wilayah utara, Denara. Wilayah Denara tengah mengalami terror yang tak ada habisnya. Para warga tak bisa keluar pada malam hari karena sekelompok pembunuh akan menyerang mereka. Wilayah utara adalah tempat di mana para rakyat jelata hidup dengan sumber daya alam yang baik. “Kau sudah tertangkap tetapi masih menyombongkan diri akan Tuanmu itu? Tuanmu yang paling berkuasa itu bahkan tidak bisa menolongmu!” balas salah satu warga dengan geram. Penangkapan pemberontak itu menjadi tontonan warga di malam yang dingin. Dia tertangkap ketika berencana membakar rumah warga miskin. Ketika teman-temannya lari, hanya dia yang ketinggalan dan akhirnya terjerat oleh prajurit. “Yang Mulia Adam akan menghukummu dengan keji! Tunggu saja balasanmu, dasar pembunuh!” Seruan dari para warga mengundang ta