“Tidak! Tidak mungkin kejadian mengerikan itu terulang Kembali!” Adam menjerit tak tertahan ketika Ayahanda dan Ibundanya jatuh mengenaskan dengan darah yang keluar dari mulut mereka.
Mimpi mengerikan itu ternyata memang benar pernah terjadi dan Adam mengulang waktu untuk membalaskan dendam terkait kematian orang tuanya. Adam Kembali lagi pada waktu sebelum kematian Yurize dan Adrellina, tetapi mengapa tidak ada yang berubah?
“AYAHANDA! IBUNDA!” Adam berlari secepat kilat, meninggalkan bunyi barang pecah dari gelas yang dia bawa.
“Ini salahku, aku meninggalkan mereka. Aku tidak di sisi mereka,” pikir Adam berkecamuk.
Minuman Anggur tersebut ternyata digantikan dengan minuman lain. Menggantikan minuman itu ternyata tidak berdampak apapun pada takdir.
Malam kelam itu berlalu dengan mengenaskan, mengulang Kembali tragedi yang Adam anggap dapat dia cegah. Nyatanya pengulangan waktu ini tidak dapat membuatnya mengembalikan nyawa yang memang sudah ditakdirkan tiada.
-
Di taman kerajaan.
Adam berkeliling taman yang sering dikunjungi oleh mendiang Ibunya, Adrellina. Taman itu dipenuhi bunga-bunga yang hanya tumbuh di Vanrize, padahal bunga-bunga itu tengah mekar-mekarnya. Namun, Adrellina harus pergi tanpa bisa melihat bunga yang sangat dia sukai.
“Apakah Ibu dan Ayah tenang di sana?” tanyanya menatap pada langit.
“Tidak . . . Kaisar dan Permaisuri tidak akan tenang sebelum pembunuh yang sebenarnya dihukum!” ucap seseorang di sebelah Adam.
Adam terlonjak kaget, dia tidak menyadari keberadaan seorang gadis dengan rambut platinum ini. “Si-siapa kamu?!” tanyanya. Adam bergerak menjauh, perempuan itu nampak misterius dan mencurigakan.
“Aku? Aku Jaxzy Grace Ellian, putri kedua dari Duke Ellian. Kau tidak tahu? Ayahku adalah pemimpin pasukan ksatria kerajaan di istana ini!” katanya berbangga diri.
Ah, jadi dia putri dari Duke Ellian yang terkenal sangat diplomatis itu? pikir Adam.
“Apa yang kamu bicarakan tadi?” tanya Adam, mempertanyakan kata-kata Jaxzy yang cenderung mendukung berita fitnah yang tersebar di ibu kota.
“Aku bilang, mendiang Kaisar dan Permaisuri tidak akan tenang sebelum pembunuh yang sebenarnya dihukum!” katanya tegas.
“Apa maksudmu? Pembunuhnya sudah dihukum mati minggu kemarin,” jelas Adam. Dia memasang wajah menahan amarah, perempuan di depannya ini tidak mempunyai rasa takut dengan mengatakan hal itu di depannya yang mana adalah Putra Mahkota.
“Hei, aku ragu, apa benar kamu yang akan mewarisi kekaisaran ini? Ck, tidakkan Kaisar Yurize merupakan orang yang pintar? Mengapa anaknya bodoh seperti ini?” katanya dengan terang-terangan.
Adam menganga tak percaya, gadis di depannya sudah kelewatan. “Kamu tidak sadar kamu sedang menghina anggota keluarga kekaisaran dan calon Kaisar masa depan?” tanya Adam.
Jaxzy berkacak pinggang, lihatlah sosok Putra Mahkota yang dipuja-puja rakyat dapat membangkitkan kembali kekuatan Vanrize. Nyatanya lelaki di depannya ini tidak lebih dari seorang Putra Mahkota yang gagal dididik dan hanya bermanja-manja selama hidupnya.
“Wah, rasanya semua orang harus tahu jika Putra Mahkota mereka bahkan tidak bisa menilai mana yang benar dan salah. Apa kamu serius meyakini jika Duke Sandres yang setia itu mengkhianati temannya sendiri?” tanya Jaxzy balik.
Adam terdiam mendengar hal itu. Tentu saja dia tidak meyakininya, Adam adalah orang yang paling menolak percaya jika Sandres adalah pembunuhnya. Namun, dia bisa apa dihadapan semua bukti?
“Aku tidak tahu apakah kamu bodoh atau tidak, tetapi di kasus ini terlalu banyak kejanggalan. Aku rasa orang bodoh pun paham apa yang aku bicarakan. Kepergian Tuan Jean di hari pesta pengangkatanmu, apakah alasan mendatangi pendeta masuk akal? Memangnya Tuan Jean adalah orang yang religius? Sakitnya Istri dari Tuan Jean, Clarence, perginya putra mereka ke academy. Apakah semua itu-“
Ketika Jaxzy sedang menjelaskan bagaimana otak mungilnya menemukan banyak kejanggalan ini, Adam memotong kalimatnya.
“Jadi maksudmu, Pamanku adalah pelakunya?”
Hai semuanya! Sepertinya chapter ini agak ga nyambung ya. soon aku benerin yaa
“Lagi-lagi … kejadiannya sama persis, tidak ada yang berubah di sini,” desis Adam berjalan dengan tergesa menuju penjara bawah tanah.Dikabarkan 1 hari setelah kematian Ayah dan Ibunya, seorang pembunuh itu menyerahkan dirinya. Semuanya sama persis seperti sebelum Adam memutar waktu, kepala dapur bunuh diri, dan kali ini ….Adam berharap kali ini pembunuh itu bukanlah Sandress.“Hormat kami pada Yang Mulia Putra Mahkota,” sapa para prajurit di sana yang dihiraukan Adam.Bibirnya mengatup, jantungnya berdegup tak karuan saat nampak sosok yang terduduk kaku dengan rantai besi itu ternyata adalah Sandress. Orang yang sama, pembunuh yang sama seperti di kejadian sebelumnya.“Paman Sandress?” tanya Adam, di sana hening, nampak ikut tidak percaya pada apa yang terjadi.Apakah mungkin sosok sahabat dari sang Kaisar tega membunuh jantung kekaisaran? Apakah mungkin semua kebaikan dan kesetiaan yang selama ini Sandress tunjukan hanya tipuan belaka?“Sesuai peraturan kekaisaran Vanrize, Sandress
“Apa? Sandress tidak dihukum mati?” tanya Jean pada prajurit yang merupakan salah satu informannya.Jean telah pulang dari kepergiaannya mengunjungi brahmana tepat sehari setelah kematian dari Yurize dan Adrellina. Pada jamuan teh bersama dengan Clarence istrinya, Jean tiba-tiba saja mendengar berita yang janggal.“Apa alasannya? Bukankah sesuai peraturan kekaisaran Sandress akan dipenggal hari ini?” tanya Jean lagi.“Yang Mulia Putra Mahkota melarangnya, Tuan. Beliau berkata mati begitu saja terlalu ringan untuk Sandress yang telah membunuh ayah dan ibunya. Dia akan menyiksa Sandress setiap harinya seumur hidup Sandress sebagai pengganti hukuman mati,” jelas Prajurit tersebut.Clarence yang dikabarkan sakit itu kini mengakhiri sandiwaranya. Dia ikut terheran pada keputusan Adam yang tidak biasanya. Seharusnya anak itu akan taat pada perkataan Penasihat Edward dan peraturan kekaisaran.“Hmm … kau boleh pergi,” titah Jean dan prajurit itu pun pergi.Namun, sebelum itu, “Tapi Tuan, saya
“Sandres … katakan saja apa yang sudah diketahui oleh Adam. Apa kamu melupakan perjanjian kita hingga berani-beraninya kamu membocorkan rahasia kita?!” pekik suara itu menggema di sel penjara Sandres yang sunyi. Dalam penjara itu para prajurit diperintahkan untuk meninggalkan Jean dengan Sandres. Kuasa Jean tidak dapat diremehkan begitu saja apalagi selepas kepergian dari Yurize. “Tidak Jean! Aku tidak mengatakan apa pun, aku juga tidak mengetahui mengenai alasan Adam. Tolong! Aku sudah memenuhi janjiku, aku sudah ikut andil dalam rencana kejimu ini! Tolong kali ini biarkan aku mati dengan tenang,” isak Sandres memohon sembari bersujud. Sebegitu lemahnya dia dihadapan Jean, entah kelemahan Sandres yang mana yang membuatnya seperti ini. Rendah diri, ketakutan, pasrah, dan tidak dapat melawan sama sekali bukan kepribadian Sandres yang orang lain kenal. “Apa yang bisa membuatku percaya pada ucapanmu?” tanya Jean. Sandress kebingungan, apalagi yang harus dia lakukan agar Jean bisa per
“Siapa kau? Dan apa maksudmu dengan apa yang kau katakan tentang Duke Cesilio?” Adam terkejut, bisa-bisanya ada orang asing yang menguping di Kamar Putra Mahkota. Bagaimana bisa pria itu lolos dari penjagaan prajurit?Orang Misterius itu membungkuk hormat, “Maafkan gangguan ini, Yang Mulia. Namaku Marcellus, Pengawal pribadi Duke Cesilio. Aku telah mendengar sebagian percakapanmu dan ingin memberikanmu beberapa informasi yang mungkin berguna.”Adam merasa tertarik ketika mendengarnya, tetapi apakah kata-kata darinya bisa dipercaya? “Baiklah, Marcellus. Silakan lanjutkan. Apa yang kau ketahui tentang Duke Cesilio?”Marcellus memejamkan matanya sejenak, seakan meminta izin pada Mendiang Tuannya untuk memberitahukan rahasia ini kepada orang lain. Marcellus pikir tidak masalah jika orang tersebut adalah Adam.“Menurutku, Duke Cesilio memang memiliki kelemahan yang sangat dalam. Seperti yang telah ku sebutkan, ada insiden di masa lalunya yang melibatkan cinta terlarang antara dia dan seora
“Paman- ups maaf, Kaisar Jean, sudah waktunya kita berlatih berpedang. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu,” ucap Adam dengan nada meremehkan dia bertengger di depan pintu kamar Jean dengan pedang di tangannya. Adam berencana mengukur kekuatan Jean dalam berpedang, apakah selain otaknya yang cerdas, kemampuan fisiknya juga bagus? Adam ingin mengetahuinya, sebab Jean begitu tertutup pada hal berkaitan dengan militer. Jean juga tidak pernah mengikuti perang dengan banyak alasan yang masuk akal. Kira-kira Adam bisa menemukan jawaban dari latihan pedang kali ini atau tidak? Jean Mengangkat alisnya, tidak biasanya Adam bersikap tak sopan seperti ini. “Oh, jadi Sang Putra Mahkota ingin menguji kemampuan lamaku? Baiklah, siapkan dirimu, Adam.” Jean tidak ambil pusing, dia segera menerima tantangan dari bocah ingusan itu. Dengan senyum mengejek, Adam berkata, “Oh, aku tidak ingin menyakitimu, Paman. Hanya ingin melihat apakah ketangguhanmu sebanding dengan tahtamu.” Perkataan Adam me
Jilid : Berkalana pada masa lalu Adam. “Persetan dengan kalian semua! Apakah kalian tidak tahu? Tuanku adalah orang paling berkuasa di kekaisaran!” teriak pemberontak yang tertangkap oleh prajurit di wilayah utara, Denara. Wilayah Denara tengah mengalami terror yang tak ada habisnya. Para warga tak bisa keluar pada malam hari karena sekelompok pembunuh akan menyerang mereka. Wilayah utara adalah tempat di mana para rakyat jelata hidup dengan sumber daya alam yang baik. “Kau sudah tertangkap tetapi masih menyombongkan diri akan Tuanmu itu? Tuanmu yang paling berkuasa itu bahkan tidak bisa menolongmu!” balas salah satu warga dengan geram. Penangkapan pemberontak itu menjadi tontonan warga di malam yang dingin. Dia tertangkap ketika berencana membakar rumah warga miskin. Ketika teman-temannya lari, hanya dia yang ketinggalan dan akhirnya terjerat oleh prajurit. “Yang Mulia Adam akan menghukummu dengan keji! Tunggu saja balasanmu, dasar pembunuh!” Seruan dari para warga mengundang ta
“Sudah lama aku tidak terbebas seperti ini, rasanya berkeliling di tamanku sendiri membuatku canggung,” kata Adam sambil berjalan menyusuri bunga-bunga yang bermekaran bersama Jean.Jean tersenyum pada Adam, bocah itu dielu-elukan akan menjadi Kaisar masa depan yang lebih bijaksana dari pada pendahulunya. Jean tersenyum meremehkan ketika mendengarnya, omong kosong itu membuatnya ingin segera membunuh Adam hidup-hidup.“Jangan terlalu memikirkan masalah kekaisaran yang tidak ada habisnya Adam. Bermain sebentar tidak akan mempengaruhi apapun, kau juga butuh waktu untuk menghibur dirimu sendiri. Terlebih di umurmu yang masih belum cukup untuk mengemban tanggung jawab ini,” jelas Jean menasihati yang lebih tepatnya justru menjerumuskan.“Hahh, aku berharap begitu paman. Aku sedih sekaligus senang akan kepercayaan dan empati semua orang padaku, terutama rakyat-rakyatku yang tercinta. Namun, jujur saja ini terlalu berat untukku.” Adam mengeluh, dia merasa kelimpungan dalam menyelesaikan tug
“Keputusan yang tidak bijak, Yang Mulia!” ucap Menteri Yudish Rozzef. Sosok Menteri yang tugas utamanya adalah membina seluruh permasalahan yang terjadi pada Masyarakat. “Ketidaksopanan apa yang kau tunjukkan itu, Menteri Yudish?!” ucap Menteri yang lain. Pada rapat yang diadakan secara mendadak oleh Adam tak lama setelah Jean mengusulkan rencana Adam untuk berkunjung ke Wilayah Denara Adam menjelaskan akan kunjunganya. Namun, sesuai dugaan hal itu ditolak oleh sebagian banyak Menteri di sana. Menilai jika keputusan Adam tidaklah bijaksana. “Sudah, tenanglah! Aku paham apa maksud dari Menteri Yudish, bisa tolong kamu jelaskan pendapatmu?” kata Adam dengan tenang walau batinnya setengah takut untuk membalas bentakan itu meskipun jabatannya adalah seorang Kaisar. “Sebelumnya, mohon ampun Yang Mulia. Saya tidak bermaksud untuk meninggikan suara saya, hanya saja saya sangat tidak sependapat dengan Yang Mulia. Kepergian Yang Mulia ke Wilayah Denara di Tengah huru hara pemberontakan buka