“Istriku, apa Viscount Gellium masih memegang kendali Marquess Pierre?” tanya Jean pada Clarence yang tengah menyesap teh hangatnya di dekat jendela kamar mereka.Para pelayan menyingkirkan diri dengan mandiri begitu Jean memasuki ruangan. Mereka berpikir Jean dan Clarence yang merupakan pasangan paling romantis di kekaisaran akan menghabiskan waktu bersama. Walaupun sebenarnya, ketika Jean dan Clarence berada dalam satu ruangan pembicaraan rencana tentang perebutan kekuasaanlah yang menjad topik utama mereka.“Ayahku? Konfilk mereka masih berlanjut hingga kini, hutang Marquess Pierre masih mencekiknya. Memang mengapa Suamiku?” tanya Clarence.Viscount Gellium adalah ayahnya, beliau merupakan pemilik Perusahaan distribusi bahan pangan yang paling besar di kekaisaran. Statusnya sebagai mertua dari keluarga kekaisaran membuat bisnisnya bangkit dengan pesat. Sedangkan Marquess Pierre adalah pemilik pabrik pangan yang terjerat hutang judi hingga menghancurkan bisnisnya. Itu yang diketahui
Adam menatap Cerrish dengan tatapan tulus. Meskipun masih ada keraguan dalam dirinya, dia merasa lega karena Ajudannya itu akhirnya menyetujui keputusannya. Namun, ketenangan mereka terganggu oleh teriakan pelayan di luar istana."KYAAA! ADA YANG MATI DI SINI!"Adam dan Cerrish saling berpandangan, khawatir dengan berita mendadak tersebut. Tanpa berkata apa-apa, mereka berdua bergerak menuju pintu keluar, berjalan cepat melewati koridor-koridor yang indah di dalam istana menuju taman rumah kaca.Ketika mereka sampai di taman, pemandangan yang mengerikan menyambut mereka. Seorang lelaki dengan wajah pucat terbaring di tanah, darah mengalir dari luka di lehernya. Beberapa prajurit keamanan istana telah berkumpul di sekitar mayat tersebut, mencoba mengumpulkan bukti dan mengamankan area tersebut.Adam dan Cerrish mendekati pelayan itu dengan hati-hati. Cerrish merasa ada yang tidak beres dengan kejadian ini, sementara Adam mencoba untuk tetap tenang."Apa yang terjadi di sini?" tanya Ada
Pertemuan antara Jean dan Viscount Gellium berlangsung di dalam ruangan pribadi Viscount Gellium yang mewah. Sebuah meja kayu mahoni besar berada di tengah ruangan, dikelilingi oleh berbagai karya seni berharga dari seluruh penjuru kekaisaran. Jean duduk di satu sisi meja, wajahnya yang anggun tetapi tegas menunjukkan niatnya.Viscount Gellium, seorang pria paruh baya dengan rambut abu-abu dan jenggot tebal, duduk di sisi meja yang berlawanan. Dia memandang Jean dengan pandangan tajam, merasakan bahwa ada rencana besar di balik pertemuan ini. "Jean," kata Viscount Gellium dengan suara yang dalam, "Apa yang membawamu ke sini? Kami sudah lama tidak berbicara."Jean tersenyum lembut, tetapi matanya tetap tajam. "Tuan Gellium, saya ingin membahas Marquess Pierre."Viscount Gellium mengangkat alisnya, menunggu Jean melanjutkan."Marquess Pierre masih menjadi masalah bagi Anda, bukan? Hutang judinya yang besar, bisnisnya yang hancur, semuanya adalah beban bagi Anda."Gellium mengangguk per
Adam telah lama mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Denara, dan sekarang, saatnya telah tiba. Dia tahu betapa pentingnya kunjungannya ke wilayah itu untuk menyelesaikan masalah konflik yang semakin meruncing. Namun, sebelum berangkat, dia harus menghadiri rapat pelantikan Kaisar sementara, Jean.Rapat itu diadakan di ruang istana yang mewah, dihadiri oleh para Menteri dan bangsawan yang telah dipilih oleh Jean. Adam duduk di singgasana, melihat Jean berdiri di hadapan mereka dengan pakaian kekaisaran yang indah."Bangsawan dan Menteri yang terhormat," kata Jean dengan suara yang tenang dan tegas, "Hari ini, saya menerima amanah sebagai Kaisar sementara. Ini adalah tanggung jawab besar, dan saya berjanji untuk menjalankannya dengan sebaik-baiknya, demi kepentingan Kekaisaran."Namun, di antara bangsawan dan Menteri, ada kekhawatiran yang mendalam. Mereka telah mendengar tentang perubahan yang akan Jean bawa dalam pemerintahan. Beberapa di antaranya mengkhawatirkan stabilitas dan pos
Kabar tentang keterlibatan Marquess Pierre dalam rencana Jean untuk memanaskan konflik di wilayah Denara cepat menyebar. Pierre dengan gesit memanfaatkan situasi ini untuk memainkan peran sebagai pahlawan rakyat yang berjuang untuk hak-hak mereka. Dalam pidatonya yang bergaung di seluruh Denara, dia berdiri di depan ribuan orang di alun-alun kota dan mulai berbicara."Rakyat Denara!" serunya dengan suara keras yang memenuhi alun-alun. "Kalian semua tahu betapa kerasnya kehidupan kita. Bangsawan-bangsawan ini, dengan kemewahan mereka, telah memeras kita untuk kepentingan mereka sendiri. Tetapi saya, Marquess Pierre, berdiri di sini hari ini sebagai suara kalian! Saya berjanji untuk memperjuangkan hak-hak kita, untuk mengakhiri penindasan yang telah terjadi selama ini!"Kata-kata Pierre disambut dengan sorakan dan tepuk tangan meriah dari rakyat yang berkumpul. Mereka terkesan oleh tindakan Marquess yang tampaknya berdiri di sisi mereka.Namun, di sisi lain, perkumpulan bangsawan Denara
Adam, Kaisar wilayah Denara, berada dalam posisi yang sulit. Meskipun dia berusaha menjaga keseimbangan antara Marquess Pierre dan bangsawan-bangsawan Denara, Pierre melihat kesempatan untuk meningkatkan dukungan dari rakyat. Dengan cepat, Pierre menyebarkan berita palsu bahwa Adam lebih memihak bangsawan dan berencana merenggut hak-hak rakyat.Sebaran berita tersebut mempengaruhi opini publik dengan cepat. Rakyat yang semula berpihak kepada Kaisar Adam mulai mempertanyakan kesetiaannya. Dukungan terhadap Pierre meningkat pesat, dan Kaisar Adam terpojok.Dalam upaya untuk memperkuat citra positifnya di mata rakyat, Adam memutuskan untuk mengadakan pertemuan terbuka di alun-alun kota. Namun, hal ini menjadi kesalahan fatal. Sebagai bagian dari rencana Pierre, sekelompok pemberontak menyerang rakyat tepat saat pertemuan berlangsung. Kejadian tersebut segera dikaitkan dengan Adam, meskipun dia sama sekali tidak mengetahui dan tidak terlibat.Rakyat yang melihat serangan pemberontak itu se
Keesokan harinya setelah pengunduran dirinya, Kaisar Adam meninggalkan Denara secara diam-diam. Dia meninggalkan wilayah itu dengan perasaan hampa dan terluka, tidak pernah membayangkan bahwa tindakan yang tidak bersalah akan mengubah hidupnya sedemikian rupa.Adam dan beberapa bangsawan setia yang mendukungnya meninggalkan Denara menuju kekaisaran yang mereka tinggalkan di belakang. Mereka tidak bisa mengungkapkan rasa sakit yang mendalam yang mereka rasakan. Dalam perjalanan pulang, Adam berbicara dengan bangsawan-bangsawan tersebut, merenungkan apa yang telah terjadi."Siapa yang akan percaya bahwa aku, seorang Kaisar yang selalu berusaha untuk kebaikan rakyatnya, akan dituduh sebagai tiran?" tanyanya dengan nada yang penuh dengan kesedihan yang tak terucapkan.Bangsawan-bangsawan yang mendampinginya hanya bisa meratap, merasa putus asa oleh ketidakadilan yang telah mereka alami. Mereka merasa kehilangan rumah kedua mereka dan masa depan yang mereka bayangkan.Sesampainya di kekaisa
Adam kembali ke kekaisaran dengan demo dari segala wilayah terkait kasus Denara. Di Kekaisaran Vanrize, Adam ditahan sebagai penjahat dan akan diturunkan dari tahtanya. Pengalihan jabatan Kaisar. Kembali di Kekaisaran Vanrize, Adam datang dengan harapan besar bahwa kebenaran akan terungkap dan bahwa ia akan mendapatkan dukungan yang pantas sebagai Kaisar yang dituduh dengan tuduhan palsu. Namun, apa yang menantinya di sana adalah penghianatan yang lebih dalam dan rasa kekecewaan yang mendalam.Segera setelah tiba di istana, Adam ditahan oleh pasukan keamanan yang setia kepada Jean, orang yang telah menggulingkannya dari tahta Denara. Dia diperlakukan dengan kasar, dipaksa menyerahkan simbol kekuasaannya, dan dikurung dalam sel yang gelap."Saya adalah Kaisar Vanrize yang sah! Saya telah dituduh dengan tuduhan palsu di Denara, dan saya akan membuktikan bahwa saya tidak bersalah," teriak Adam dengan keras, meskipun dia tahu bahwa suaranya hanya akan bergema di dinding sel gelap itu.Se