Baru update lagi hehe. Sorry ya slowupdate gini.
“Siapa kau? Dan apa maksudmu dengan apa yang kau katakan tentang Duke Cesilio?” Adam terkejut, bisa-bisanya ada orang asing yang menguping di Kamar Putra Mahkota. Bagaimana bisa pria itu lolos dari penjagaan prajurit?Orang Misterius itu membungkuk hormat, “Maafkan gangguan ini, Yang Mulia. Namaku Marcellus, Pengawal pribadi Duke Cesilio. Aku telah mendengar sebagian percakapanmu dan ingin memberikanmu beberapa informasi yang mungkin berguna.”Adam merasa tertarik ketika mendengarnya, tetapi apakah kata-kata darinya bisa dipercaya? “Baiklah, Marcellus. Silakan lanjutkan. Apa yang kau ketahui tentang Duke Cesilio?”Marcellus memejamkan matanya sejenak, seakan meminta izin pada Mendiang Tuannya untuk memberitahukan rahasia ini kepada orang lain. Marcellus pikir tidak masalah jika orang tersebut adalah Adam.“Menurutku, Duke Cesilio memang memiliki kelemahan yang sangat dalam. Seperti yang telah ku sebutkan, ada insiden di masa lalunya yang melibatkan cinta terlarang antara dia dan seora
“Paman- ups maaf, Kaisar Jean, sudah waktunya kita berlatih berpedang. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu,” ucap Adam dengan nada meremehkan dia bertengger di depan pintu kamar Jean dengan pedang di tangannya. Adam berencana mengukur kekuatan Jean dalam berpedang, apakah selain otaknya yang cerdas, kemampuan fisiknya juga bagus? Adam ingin mengetahuinya, sebab Jean begitu tertutup pada hal berkaitan dengan militer. Jean juga tidak pernah mengikuti perang dengan banyak alasan yang masuk akal. Kira-kira Adam bisa menemukan jawaban dari latihan pedang kali ini atau tidak? Jean Mengangkat alisnya, tidak biasanya Adam bersikap tak sopan seperti ini. “Oh, jadi Sang Putra Mahkota ingin menguji kemampuan lamaku? Baiklah, siapkan dirimu, Adam.” Jean tidak ambil pusing, dia segera menerima tantangan dari bocah ingusan itu. Dengan senyum mengejek, Adam berkata, “Oh, aku tidak ingin menyakitimu, Paman. Hanya ingin melihat apakah ketangguhanmu sebanding dengan tahtamu.” Perkataan Adam me
Jilid : Berkalana pada masa lalu Adam. “Persetan dengan kalian semua! Apakah kalian tidak tahu? Tuanku adalah orang paling berkuasa di kekaisaran!” teriak pemberontak yang tertangkap oleh prajurit di wilayah utara, Denara. Wilayah Denara tengah mengalami terror yang tak ada habisnya. Para warga tak bisa keluar pada malam hari karena sekelompok pembunuh akan menyerang mereka. Wilayah utara adalah tempat di mana para rakyat jelata hidup dengan sumber daya alam yang baik. “Kau sudah tertangkap tetapi masih menyombongkan diri akan Tuanmu itu? Tuanmu yang paling berkuasa itu bahkan tidak bisa menolongmu!” balas salah satu warga dengan geram. Penangkapan pemberontak itu menjadi tontonan warga di malam yang dingin. Dia tertangkap ketika berencana membakar rumah warga miskin. Ketika teman-temannya lari, hanya dia yang ketinggalan dan akhirnya terjerat oleh prajurit. “Yang Mulia Adam akan menghukummu dengan keji! Tunggu saja balasanmu, dasar pembunuh!” Seruan dari para warga mengundang ta
“Sudah lama aku tidak terbebas seperti ini, rasanya berkeliling di tamanku sendiri membuatku canggung,” kata Adam sambil berjalan menyusuri bunga-bunga yang bermekaran bersama Jean.Jean tersenyum pada Adam, bocah itu dielu-elukan akan menjadi Kaisar masa depan yang lebih bijaksana dari pada pendahulunya. Jean tersenyum meremehkan ketika mendengarnya, omong kosong itu membuatnya ingin segera membunuh Adam hidup-hidup.“Jangan terlalu memikirkan masalah kekaisaran yang tidak ada habisnya Adam. Bermain sebentar tidak akan mempengaruhi apapun, kau juga butuh waktu untuk menghibur dirimu sendiri. Terlebih di umurmu yang masih belum cukup untuk mengemban tanggung jawab ini,” jelas Jean menasihati yang lebih tepatnya justru menjerumuskan.“Hahh, aku berharap begitu paman. Aku sedih sekaligus senang akan kepercayaan dan empati semua orang padaku, terutama rakyat-rakyatku yang tercinta. Namun, jujur saja ini terlalu berat untukku.” Adam mengeluh, dia merasa kelimpungan dalam menyelesaikan tug
“Keputusan yang tidak bijak, Yang Mulia!” ucap Menteri Yudish Rozzef. Sosok Menteri yang tugas utamanya adalah membina seluruh permasalahan yang terjadi pada Masyarakat. “Ketidaksopanan apa yang kau tunjukkan itu, Menteri Yudish?!” ucap Menteri yang lain. Pada rapat yang diadakan secara mendadak oleh Adam tak lama setelah Jean mengusulkan rencana Adam untuk berkunjung ke Wilayah Denara Adam menjelaskan akan kunjunganya. Namun, sesuai dugaan hal itu ditolak oleh sebagian banyak Menteri di sana. Menilai jika keputusan Adam tidaklah bijaksana. “Sudah, tenanglah! Aku paham apa maksud dari Menteri Yudish, bisa tolong kamu jelaskan pendapatmu?” kata Adam dengan tenang walau batinnya setengah takut untuk membalas bentakan itu meskipun jabatannya adalah seorang Kaisar. “Sebelumnya, mohon ampun Yang Mulia. Saya tidak bermaksud untuk meninggikan suara saya, hanya saja saya sangat tidak sependapat dengan Yang Mulia. Kepergian Yang Mulia ke Wilayah Denara di Tengah huru hara pemberontakan buka
“Istriku, apa Viscount Gellium masih memegang kendali Marquess Pierre?” tanya Jean pada Clarence yang tengah menyesap teh hangatnya di dekat jendela kamar mereka.Para pelayan menyingkirkan diri dengan mandiri begitu Jean memasuki ruangan. Mereka berpikir Jean dan Clarence yang merupakan pasangan paling romantis di kekaisaran akan menghabiskan waktu bersama. Walaupun sebenarnya, ketika Jean dan Clarence berada dalam satu ruangan pembicaraan rencana tentang perebutan kekuasaanlah yang menjad topik utama mereka.“Ayahku? Konfilk mereka masih berlanjut hingga kini, hutang Marquess Pierre masih mencekiknya. Memang mengapa Suamiku?” tanya Clarence.Viscount Gellium adalah ayahnya, beliau merupakan pemilik Perusahaan distribusi bahan pangan yang paling besar di kekaisaran. Statusnya sebagai mertua dari keluarga kekaisaran membuat bisnisnya bangkit dengan pesat. Sedangkan Marquess Pierre adalah pemilik pabrik pangan yang terjerat hutang judi hingga menghancurkan bisnisnya. Itu yang diketahui
Adam menatap Cerrish dengan tatapan tulus. Meskipun masih ada keraguan dalam dirinya, dia merasa lega karena Ajudannya itu akhirnya menyetujui keputusannya. Namun, ketenangan mereka terganggu oleh teriakan pelayan di luar istana."KYAAA! ADA YANG MATI DI SINI!"Adam dan Cerrish saling berpandangan, khawatir dengan berita mendadak tersebut. Tanpa berkata apa-apa, mereka berdua bergerak menuju pintu keluar, berjalan cepat melewati koridor-koridor yang indah di dalam istana menuju taman rumah kaca.Ketika mereka sampai di taman, pemandangan yang mengerikan menyambut mereka. Seorang lelaki dengan wajah pucat terbaring di tanah, darah mengalir dari luka di lehernya. Beberapa prajurit keamanan istana telah berkumpul di sekitar mayat tersebut, mencoba mengumpulkan bukti dan mengamankan area tersebut.Adam dan Cerrish mendekati pelayan itu dengan hati-hati. Cerrish merasa ada yang tidak beres dengan kejadian ini, sementara Adam mencoba untuk tetap tenang."Apa yang terjadi di sini?" tanya Ada
Pertemuan antara Jean dan Viscount Gellium berlangsung di dalam ruangan pribadi Viscount Gellium yang mewah. Sebuah meja kayu mahoni besar berada di tengah ruangan, dikelilingi oleh berbagai karya seni berharga dari seluruh penjuru kekaisaran. Jean duduk di satu sisi meja, wajahnya yang anggun tetapi tegas menunjukkan niatnya.Viscount Gellium, seorang pria paruh baya dengan rambut abu-abu dan jenggot tebal, duduk di sisi meja yang berlawanan. Dia memandang Jean dengan pandangan tajam, merasakan bahwa ada rencana besar di balik pertemuan ini. "Jean," kata Viscount Gellium dengan suara yang dalam, "Apa yang membawamu ke sini? Kami sudah lama tidak berbicara."Jean tersenyum lembut, tetapi matanya tetap tajam. "Tuan Gellium, saya ingin membahas Marquess Pierre."Viscount Gellium mengangkat alisnya, menunggu Jean melanjutkan."Marquess Pierre masih menjadi masalah bagi Anda, bukan? Hutang judinya yang besar, bisnisnya yang hancur, semuanya adalah beban bagi Anda."Gellium mengangguk per
Penyambutan Adam dari kembalinya dia dari Denara disambut dengan baik oleh para rakyat, Adam membagikan buruannya pada para rakyat. Daging-daging berkualitas dan bahan pangan melimpah yang dia dapatkan dari Denara membuat rakyat memuja-mujanya.“Terima kasih, Yang Mulia!”“Dimuliakanlah dirimu!”“Hidup Kaisar masa depan!”“Segala keberuntungan memihakmu Yang Mulia!”Seruan-seruan terima kasih rakyat menggema di sepanjang jalan kembalinya Adam menuju istana. Dia nampak senang karena pembagian kecil itu bermakna besar pada mereka yang membutuhkan. Mengingat di masa lalu, para rakyat yang berada di pusat kekaisaran justru tidak mendapatkan hidup yang Sejahtera karena kekejaman bangsawan.Adam telah sampai di istana setelah menyapa para rakyatnya. Segera dia disambut dengan Jean yang menampilkan senyum cerahnya.“Bagaimana perburuanmu Adam? Aku sempat heran mengapa kamu pergi jauh-jauh ke Denara hanya untuk berburu, tetapi sepertinya tujuanmu tercapai. Apakah ada hal bahagia di sana?” tan
Jilid : Masa kini Adam Di langit Vanrize yang cerah, Adam memandang hamparan taman megah yang tampaknya miliknya, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa milik itu adalah milik Kaisar Jean yang masih menduduki posisi dengan sah. Meskipun kekuasaan Adam tumbuh, ia tahu ia masih jauh dari cukup kuat untuk menggulingkan Jean dalam waktu dekat. Namun, ada kesempatan yang harus dimanfaatkannya dengan bijak. “Aku tidak boleh tergesa-gesa, kesempatan memutar waktu ini tidak akan datang dua kali. Kontrak yang aku jalani dengan Iblis itu pun entah akan menguntungkanku sampai kapan,” gumam Adam pada dirinya sendiri. Dia berusaha bangkit dari kegagalan dan kebodohannya di masa lalu. Saat ini, Adam tidak akan melonggarkan sedikitpun kewaspadaannya. Bersama dengan orang-orang kepercayaannya nanti, Adam akan memimpin Kekaisaran ini lebih baik dari siapa pun. “Selamat pagi, Yang Mulia,” sapa Cerrish di ambang pintu kamar Adam. Adam tersenyum pada pengawalnya. "Selamat pagi, Cerrish! Kamu nampak segar h
Adam terduduk sendiri di ruang gelap, matahari yang menyinari kamar yang seharusnya indah ini sekarang hanya memberikan bayangan kepada penghuni ruangan yang penuh dengan keputusasaan. Buih-buih air mata mengisi matanya, mengingatkannya pada momen-momen pahit yang terus-menerus terulang dalam ingatannya.Dia adalah Pangeran Adam Adrellina Van, sang Putra Mahkota. Dahulu, hidupnya diwarnai dengan kemewahan dan kehormatan. Tapi sekarang, dia terjebak dalam kekacauan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rakyatnya telah memberontak, dan mereka menyalahkan Adam sebagai dalang di balik pemberontakan di wilayah utara.Adam terisak pelan, mencoba menelan pil pahit ketidakadilan yang menghantamnya. Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana dia, yang pernah dicintai oleh rakyatnya, bisa berakhir sebagai pihak yang dicaci maki dan ditolak begitu keras?Kembali ke saat dia didemo oleh seluruh rakyat, itu adalah momen yang tak terlupakan. Mereka menghina dan mencemoohnya, melemparkan kata-k
Dalam kegelapan malam, di luar gerbang istana Vanrize, Adam bersiap untuk pertempuran besar yang akan menentukan nasib Vanrize. Dia berdiri bersama Zenon dan pasukan iblisnya, yang siap untuk membantunya melawan pasukan Jean yang kuat.Adam melihat ke arah Zenon dan berkata, "Waktunya kita memulai ini. Kita harus merebut kembali istana dan mengakhiri pemerintahan tirani Jean."Zenon mengangguk dan menggerakkan tangannya. Dengan cepat, pasukan iblisnya meluncur ke dalam kegelapan, menuju pasukan Jean yang berjaga di sekitar istana. Mereka muncul secara tiba-tiba, menyerang dari segala arah, dan pertempuran pun pecah.Suara teriakan, benturan senjata, dan hujan panah mengisi udara saat dua kekuatan bertempur dengan sengit. Adam memimpin pasukannya, pedangnya berkilauan di bawah cahaya bulan. Dia merobek masuk ke dalam barisan pasukan Jean, berjuang dengan penuh semangat dan tekad."Demi Vanrize yang bebas!" teriak Adam, menginspirasi pasukannya.Zenon, dengan kekuatan iblisnya, membawa
Dalam kegelapan hutan yang penuh misteri, Adam dan para pengikutnya bersembunyi, merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kembali tahta yang sah dari tangan Jean. Mereka tahu bahwa hanya dengan tindakan tegas dan keberanian mereka dapat menghentikan tirani Jean dan mengembalikan keadilan ke Vanrize yang terhimpit oleh kekuasaannya.Kegelapan malam memenuhi hutan, hanya diterangi oleh gemerlap api unggun kecil yang mereka nyalakan untuk memasak dan memanaskan diri. Adam duduk di antara para pengikutnya, wajahnya yang penuh tekad memancarkan keyakinan."Kita harus bertindak cepat," ujar Adam dengan tegas. "Jean semakin kuat dengan setiap hari yang berlalu, dan kita tidak bisa membiarkan tiran ini terus merajalela di tahta yang seharusnya menjadi milik kita."Para pengikutnya yang tersisa mengangguk setuju. Mereka telah melewati banyak rintangan dan risiko, dan semangat mereka tidak pernah pudar."Kami telah berhasil meyakinkan banyak bangsawan untuk bergabung dalam perjuangan k
Dalam persembunyian mereka di hutan yang gelap, Adam dan para pendukung terakhirnya merencanakan langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan bijaksana, karena Jean tidak akan tinggal diam.Adam, dengan rasa tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, memimpin pertemuan ini. "Kita memiliki bukti bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu. Kita harus membawanya kepada bangsawan-bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahannya."Mereka merencanakan untuk melakukan perjalanan diam-diam ke beberapa kota di Vanrize untuk bertemu dengan bangsawan-bangsawan yang setia kepada Adam dan yang menolak tunduk pada Jean. Mereka akan membawa bukti tentang surat perintah palsu tersebut dan mencoba meyakinkan mereka untuk bergabung dalam perjuangan mereka.Selama perjalanan mereka, mereka harus tetap waspada terhadap mata-mata Jean yang mungkin mengintai di setiap sudut. Mereka bergerak dengan hati-hati, me
Selama beberapa minggu berikutnya, para faksi loyalis Kaisar Adam bekerja keras mempersiapkan langkah-langkah berikutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa waktu bekerja melawan mereka, dan semakin lama Jean berkuasa, semakin sulit untuk membuktikan kebenaran.Countess Elara, selalu menjadi pemimpin kelompok ini, mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa bangsawan yang masih memiliki keraguan terhadap pemerintahan Jean. Mereka berkumpul di kediaman salah satu bangsawan yang setia kepada Kaisar Adam, dalam ruangan gelap yang hanya diterangi oleh beberapa lilin yang berkedip-kedip."Kita harus mencari cara untuk mengungkap kebenaran," kata Countess Elara, suaranya penuh tekad. "Kita harus menemukan bukti yang kuat bahwa surat perintah suksesi kekaisaran yang digunakan oleh Jean adalah palsu."Salah satu bangsawan yang hadir mengangguk setuju. "Tapi bagaimana kita bisa mendapatkan bukti yang sah? Jean sangat waspada dan memiliki mata-mata di seluruh istana."Countess Elara men
Dalam sel yang gelap itu, Adam merasa semakin terisolasi dan putus asa. Setiap hari yang berlalu membawanya lebih dalam ke dalam jurang kegelapan dan kehampaan. Ia merasa dirinya hanyalah bayangan dari Kaisar yang pernah memerintah dengan gagah berani.Saat itu pagi hari, matahari belum menyinari dunia luar, dan Adam hanya dapat merasakan udara dingin dan lembab yang merayap masuk melalui celah-celah di tembok selnya. Dia terbaring di lantai yang keras dan kotor, tanpa baju dan hanya memiliki baju tidur tipis yang digunakan untuk menghadapi dinginnya sel gelap.Tiba-tiba, pintu sel terbuka dengan keras. Adam mengangkat kepalanya dan melihat seorang prajurit pasukan keamanan Vanrize yang berdiri di ambang pintu. Matanya tajam, dan dia memegang tombak dengan tangan yang mantap."Bangun, Kaisar," kata prajurit itu dengan nada yang tegas. "Pengadilan Anda akan dimulai hari ini."Adam bangkit perlahan, tubuhnya lemah dan kaku karena lamanya penahanan. Dia mengikuti prajurit itu keluar dari
Adam kembali ke kekaisaran dengan demo dari segala wilayah terkait kasus Denara. Di Kekaisaran Vanrize, Adam ditahan sebagai penjahat dan akan diturunkan dari tahtanya. Pengalihan jabatan Kaisar. Kembali di Kekaisaran Vanrize, Adam datang dengan harapan besar bahwa kebenaran akan terungkap dan bahwa ia akan mendapatkan dukungan yang pantas sebagai Kaisar yang dituduh dengan tuduhan palsu. Namun, apa yang menantinya di sana adalah penghianatan yang lebih dalam dan rasa kekecewaan yang mendalam.Segera setelah tiba di istana, Adam ditahan oleh pasukan keamanan yang setia kepada Jean, orang yang telah menggulingkannya dari tahta Denara. Dia diperlakukan dengan kasar, dipaksa menyerahkan simbol kekuasaannya, dan dikurung dalam sel yang gelap."Saya adalah Kaisar Vanrize yang sah! Saya telah dituduh dengan tuduhan palsu di Denara, dan saya akan membuktikan bahwa saya tidak bersalah," teriak Adam dengan keras, meskipun dia tahu bahwa suaranya hanya akan bergema di dinding sel gelap itu.Se