“Sandres … katakan saja apa yang sudah diketahui oleh Adam. Apa kamu melupakan perjanjian kita hingga berani-beraninya kamu membocorkan rahasia kita?!” pekik suara itu menggema di sel penjara Sandres yang sunyi. Dalam penjara itu para prajurit diperintahkan untuk meninggalkan Jean dengan Sandres. Kuasa Jean tidak dapat diremehkan begitu saja apalagi selepas kepergian dari Yurize. “Tidak Jean! Aku tidak mengatakan apa pun, aku juga tidak mengetahui mengenai alasan Adam. Tolong! Aku sudah memenuhi janjiku, aku sudah ikut andil dalam rencana kejimu ini! Tolong kali ini biarkan aku mati dengan tenang,” isak Sandres memohon sembari bersujud. Sebegitu lemahnya dia dihadapan Jean, entah kelemahan Sandres yang mana yang membuatnya seperti ini. Rendah diri, ketakutan, pasrah, dan tidak dapat melawan sama sekali bukan kepribadian Sandres yang orang lain kenal. “Apa yang bisa membuatku percaya pada ucapanmu?” tanya Jean. Sandress kebingungan, apalagi yang harus dia lakukan agar Jean bisa per
“Siapa kau? Dan apa maksudmu dengan apa yang kau katakan tentang Duke Cesilio?” Adam terkejut, bisa-bisanya ada orang asing yang menguping di Kamar Putra Mahkota. Bagaimana bisa pria itu lolos dari penjagaan prajurit?Orang Misterius itu membungkuk hormat, “Maafkan gangguan ini, Yang Mulia. Namaku Marcellus, Pengawal pribadi Duke Cesilio. Aku telah mendengar sebagian percakapanmu dan ingin memberikanmu beberapa informasi yang mungkin berguna.”Adam merasa tertarik ketika mendengarnya, tetapi apakah kata-kata darinya bisa dipercaya? “Baiklah, Marcellus. Silakan lanjutkan. Apa yang kau ketahui tentang Duke Cesilio?”Marcellus memejamkan matanya sejenak, seakan meminta izin pada Mendiang Tuannya untuk memberitahukan rahasia ini kepada orang lain. Marcellus pikir tidak masalah jika orang tersebut adalah Adam.“Menurutku, Duke Cesilio memang memiliki kelemahan yang sangat dalam. Seperti yang telah ku sebutkan, ada insiden di masa lalunya yang melibatkan cinta terlarang antara dia dan seora
“Paman- ups maaf, Kaisar Jean, sudah waktunya kita berlatih berpedang. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu,” ucap Adam dengan nada meremehkan dia bertengger di depan pintu kamar Jean dengan pedang di tangannya. Adam berencana mengukur kekuatan Jean dalam berpedang, apakah selain otaknya yang cerdas, kemampuan fisiknya juga bagus? Adam ingin mengetahuinya, sebab Jean begitu tertutup pada hal berkaitan dengan militer. Jean juga tidak pernah mengikuti perang dengan banyak alasan yang masuk akal. Kira-kira Adam bisa menemukan jawaban dari latihan pedang kali ini atau tidak? Jean Mengangkat alisnya, tidak biasanya Adam bersikap tak sopan seperti ini. “Oh, jadi Sang Putra Mahkota ingin menguji kemampuan lamaku? Baiklah, siapkan dirimu, Adam.” Jean tidak ambil pusing, dia segera menerima tantangan dari bocah ingusan itu. Dengan senyum mengejek, Adam berkata, “Oh, aku tidak ingin menyakitimu, Paman. Hanya ingin melihat apakah ketangguhanmu sebanding dengan tahtamu.” Perkataan Adam me
Jilid : Berkalana pada masa lalu Adam. “Persetan dengan kalian semua! Apakah kalian tidak tahu? Tuanku adalah orang paling berkuasa di kekaisaran!” teriak pemberontak yang tertangkap oleh prajurit di wilayah utara, Denara. Wilayah Denara tengah mengalami terror yang tak ada habisnya. Para warga tak bisa keluar pada malam hari karena sekelompok pembunuh akan menyerang mereka. Wilayah utara adalah tempat di mana para rakyat jelata hidup dengan sumber daya alam yang baik. “Kau sudah tertangkap tetapi masih menyombongkan diri akan Tuanmu itu? Tuanmu yang paling berkuasa itu bahkan tidak bisa menolongmu!” balas salah satu warga dengan geram. Penangkapan pemberontak itu menjadi tontonan warga di malam yang dingin. Dia tertangkap ketika berencana membakar rumah warga miskin. Ketika teman-temannya lari, hanya dia yang ketinggalan dan akhirnya terjerat oleh prajurit. “Yang Mulia Adam akan menghukummu dengan keji! Tunggu saja balasanmu, dasar pembunuh!” Seruan dari para warga mengundang ta
“Sudah lama aku tidak terbebas seperti ini, rasanya berkeliling di tamanku sendiri membuatku canggung,” kata Adam sambil berjalan menyusuri bunga-bunga yang bermekaran bersama Jean.Jean tersenyum pada Adam, bocah itu dielu-elukan akan menjadi Kaisar masa depan yang lebih bijaksana dari pada pendahulunya. Jean tersenyum meremehkan ketika mendengarnya, omong kosong itu membuatnya ingin segera membunuh Adam hidup-hidup.“Jangan terlalu memikirkan masalah kekaisaran yang tidak ada habisnya Adam. Bermain sebentar tidak akan mempengaruhi apapun, kau juga butuh waktu untuk menghibur dirimu sendiri. Terlebih di umurmu yang masih belum cukup untuk mengemban tanggung jawab ini,” jelas Jean menasihati yang lebih tepatnya justru menjerumuskan.“Hahh, aku berharap begitu paman. Aku sedih sekaligus senang akan kepercayaan dan empati semua orang padaku, terutama rakyat-rakyatku yang tercinta. Namun, jujur saja ini terlalu berat untukku.” Adam mengeluh, dia merasa kelimpungan dalam menyelesaikan tug
“Keputusan yang tidak bijak, Yang Mulia!” ucap Menteri Yudish Rozzef. Sosok Menteri yang tugas utamanya adalah membina seluruh permasalahan yang terjadi pada Masyarakat. “Ketidaksopanan apa yang kau tunjukkan itu, Menteri Yudish?!” ucap Menteri yang lain. Pada rapat yang diadakan secara mendadak oleh Adam tak lama setelah Jean mengusulkan rencana Adam untuk berkunjung ke Wilayah Denara Adam menjelaskan akan kunjunganya. Namun, sesuai dugaan hal itu ditolak oleh sebagian banyak Menteri di sana. Menilai jika keputusan Adam tidaklah bijaksana. “Sudah, tenanglah! Aku paham apa maksud dari Menteri Yudish, bisa tolong kamu jelaskan pendapatmu?” kata Adam dengan tenang walau batinnya setengah takut untuk membalas bentakan itu meskipun jabatannya adalah seorang Kaisar. “Sebelumnya, mohon ampun Yang Mulia. Saya tidak bermaksud untuk meninggikan suara saya, hanya saja saya sangat tidak sependapat dengan Yang Mulia. Kepergian Yang Mulia ke Wilayah Denara di Tengah huru hara pemberontakan buka
“Istriku, apa Viscount Gellium masih memegang kendali Marquess Pierre?” tanya Jean pada Clarence yang tengah menyesap teh hangatnya di dekat jendela kamar mereka.Para pelayan menyingkirkan diri dengan mandiri begitu Jean memasuki ruangan. Mereka berpikir Jean dan Clarence yang merupakan pasangan paling romantis di kekaisaran akan menghabiskan waktu bersama. Walaupun sebenarnya, ketika Jean dan Clarence berada dalam satu ruangan pembicaraan rencana tentang perebutan kekuasaanlah yang menjad topik utama mereka.“Ayahku? Konfilk mereka masih berlanjut hingga kini, hutang Marquess Pierre masih mencekiknya. Memang mengapa Suamiku?” tanya Clarence.Viscount Gellium adalah ayahnya, beliau merupakan pemilik Perusahaan distribusi bahan pangan yang paling besar di kekaisaran. Statusnya sebagai mertua dari keluarga kekaisaran membuat bisnisnya bangkit dengan pesat. Sedangkan Marquess Pierre adalah pemilik pabrik pangan yang terjerat hutang judi hingga menghancurkan bisnisnya. Itu yang diketahui
Adam menatap Cerrish dengan tatapan tulus. Meskipun masih ada keraguan dalam dirinya, dia merasa lega karena Ajudannya itu akhirnya menyetujui keputusannya. Namun, ketenangan mereka terganggu oleh teriakan pelayan di luar istana."KYAAA! ADA YANG MATI DI SINI!"Adam dan Cerrish saling berpandangan, khawatir dengan berita mendadak tersebut. Tanpa berkata apa-apa, mereka berdua bergerak menuju pintu keluar, berjalan cepat melewati koridor-koridor yang indah di dalam istana menuju taman rumah kaca.Ketika mereka sampai di taman, pemandangan yang mengerikan menyambut mereka. Seorang lelaki dengan wajah pucat terbaring di tanah, darah mengalir dari luka di lehernya. Beberapa prajurit keamanan istana telah berkumpul di sekitar mayat tersebut, mencoba mengumpulkan bukti dan mengamankan area tersebut.Adam dan Cerrish mendekati pelayan itu dengan hati-hati. Cerrish merasa ada yang tidak beres dengan kejadian ini, sementara Adam mencoba untuk tetap tenang."Apa yang terjadi di sini?" tanya Ada