Beranda / Urban / Pembalasan Tuan Muda Terkuat / Bab 2 - Kembalinya Ryan Pendragon

Share

Bab 2 - Kembalinya Ryan Pendragon

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 16:47:15

“Terima kasih,” ucap Ryan setelah turun dari taksi dan memberikan bayaran ke sopir.

Beralih menatap sebuah bangunan kantor yang menjulang tinggi di hadapan, Ryan membaca lagi secarik kertas yang diberikan oleh gurunya, memastikan ini adalah tempat yang harus dia tuju.

“Snowfield Group,” ulang Ryan, lalu mengangkat pandangan untuk melihat plang besar yang terpatri nyata di depan gedung. “Benar ini,” ucapnya sebelum masuk ke dalam lobi.

Awalnya, Ryan berniat untuk langsung pergi ke Ibu Kota–Riverdale dan mencari Master Lucas, pria yang muncul di kediamannya lima tahun lalu dan membunuh ayahnya. Bagaimanapun, dia adalah orang yang paling ingin Ryan bunuh selama lima tahun terakhir. 

Namun, gurunya bersikeras agar Ryan terlebih dahulu pergi ke Golden River dan menemui seorang wanita bernama Rindy Snowfield. Oleh karena itu, di sinilah Ryan sekarang, di lobi perusahaan Snowfield Group.

Mengenakan kaos, topi, dan tas selempang kusam yang tersampir di bahunya, penampilan Ryan yang sederhana sangatlah mencolok di antara para pekerja berpakaian formal. Hal itu menjadikannya pusat perhatian … secara negatif.

Sesuai dugaan, baru saja Ryan mengambil dua langkah ke dalam lobi, dua pria bertubuh besar menghadangnya.

"Berhenti!" Salah satu dari mereka berteriak dengan suara dingin.

Ryan mengangkat alisnya, menatap kedua pria yang jelas-jelas petugas keamanan itu. Keduanya memiliki tinggi setidaknya 180 cm, dengan otot-otot yang menonjol menakutkan di balik seragam mereka.

"Selamat siang," Ryan berusaha bersikap sopan. "Saya mencari Rindy Snowfield."

Mendengar nama itu, salah satu penjaga tertawa dingin. "Anda ingin bertemu CEO Rindy? Apakah Anda punya janji?"

"Tidak," jawab Ryan jujur.

"Lalu apakah Anda punya kartu identitas karyawan Snowfield Group?"

"Aku tidak punya."

Kesombongan di wajah penjaga keamanan itu semakin kentara. Ia memandang rendah Ryan, lalu menunjuk ke arah pintu. "Jika tidak, silahkan Anda keluar. Pintunya ada di sana!"

Ryan menyadari situasinya. Snowfield Group adalah salah satu dari 100 perusahaan teratas di negara Nexopolis, dan merupakan perusahaan papan atas di Golden River. Tidak mudah menemui CEO mereka.

Saat itu, beberapa pria berpakaian jas tiba dengan Mercedes-Benz E300. Mereka juga ingin bertemu Rindy Snowfield, namun mengalami penolakan yang sama. Akhirnya, mereka memilih untuk menunggu di sofa lobi.

Ryan, yang tidak ingin berdebat, menunjuk ke arah sofa. "Baiklah, saya akan menunggu di sana."

Namun, belum sempat ia melangkah, kedua penjaga kembali menghadangnya.

"Apa kau tuli, dasar bodoh? Jangan membuatku mengatakannya untuk ketiga kalinya. Pintunya ada di sana, enyahlah!" salah satu penjaga berteriak keras.

Ryan mengerutkan kening. Ia baru saja tiba di Golden River dan tidak menyinggung siapa pun. Mengapa mereka begitu keras kepadanya?

"Mengapa mereka bisa menunggu, tetapi aku tidak bisa?" tanya Ryan, menunjuk ke arah pria-pria berjas.

Salah satu penjaga menatap Ryan dari atas ke bawah dengan pandangan merendahkan. "Bagaimana mungkin orang udik sepertimu bisa bertemu CEO Rindy?”

“Kau harus melihat dirimu dulu di cermin. Dengan pakaian seperti itu, kau tidak mungkin bertemu dengan CEO kami. Jadi, cepatlah pergi! Kalau tidak, aku akan mengusirmu."

Ryan akhirnya mengerti. Para petugas keamanan ini meremehkannya. Mereka menganggap, orang yang berpakaian sederhana sepertinya tidak akan pantas menemui bos mereka.

"Bagaimana jika aku tidak ingin pergi?" ucap Ryan dengan ekspresi gelap.

"Kau tidak ingin pergi? Kalau begitu, kau ingin mati?!"

Salah seorang penjaga menepuk bahu Ryan dengan kasar, urat-urat di lengannya menonjol mengancam. Ia yakin dengan sedikit tenaga saja, ia dapat melempar Ryan sejauh tiga meter.

Namun, ketika ia mengerahkan tenaganya, Ryan tidak bergerak sedikitpun.

Senyum penjaga itu membeku. Ekspresinya berubah menjadi ngeri saat menyadari bahwa pemuda di hadapannya tak tergoyahkan, bagaikan gunung!

Pada saat yang sama, aura kematian mulai merayapi lengannya, menuju punggungnya. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin.

Penjaga lainnya, tidak menyadari situasi, malah menertawakan rekannya. "Ada apa denganmu, Jack? Kenapa tiba-tiba berkeringat? Apakah istrimu telah mengajakmu bermain beberapa ronde tadi malam sampai kau begitu lemah hari ini? Baiklah, aku akan membantumu."

Ia mengulurkan tangannya, bermaksud menyentuh Ryan.

"Enyahlah! Aku sama sekali tidak ingin membunuhmu," ujar Ryan dingin, suaranya bagaikan gemuruh guntur.

Bersamaan dengan itu, Ryan menghentakkan kaki kirinya dengan ringan. Seketika, pusaran aura muncul di sekelilingnya, menghantam ke arah para penjaga!

Kedua penjaga merasakan kekuatan dahsyat menghantam dada mereka. Mereka terpental ke belakang, memuntahkan darah, sebelum akhirnya menabrak panel kaca di lobi.

Suara pecahan kaca yang berdenting di lantai memenuhi lobi, diikuti oleh keheningan mencekam. Semua mata tertuju pada Ryan, yang berdiri tenang di tengah kekacauan itu.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sungkono
semoga aj g putus dtgah jln crtanya
goodnovel comment avatar
Wijaya
lanjutkan untuk bisa menilai
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 3 - Keributan

    Keheningan mencekam menyelimuti lobi gedung Snowfield Group. Semua mata tertuju pada sosok pemuda yang berdiri tenang di tengah kekacauan. Dua penjaga keamanan tergeletak tak sadarkan diri di dekat pecahan kaca, sementara pemuda itu hanya berdiri diam, seolah tak terjadi apa-apa."Astaga, apa yang baru saja terjadi?" bisik salah seorang karyawan, matanya terbelalak ketakutan."Ssst! Jangan keras-keras. Kau mau jadi korban berikutnya?" balas temannya, menarik lengan si karyawan untuk menjauh.Para resepsionis muda bersembunyi di balik meja, ketakutan. Mereka bahkan tidak melihat pemuda itu menyerang. Semuanya terjadi begitu cepat, seolah-olah kedua penjaga itu tiba-tiba saja terpental dan tak sadarkan diri.Ryan melirik kedua penjaga yang tak sadarkan diri itu dan menggelengkan kepalanya dengan jengkel. Tanpa menghiraukan tatapan ketakutan dari orang-orang di sekitarnya, ia melangkah santai dan duduk di sofa. Dengan tenang, ia mengambil koran yang tergeletak di meja, mulai membacanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 4 - Pemaksaan

    Adel menghela napas lega saat melangkah keluar dari gedung Snowfield Group.Hari ini sungguh tidak terduga, tapi setidaknya situasi dengan pemuda misterius itu sudah mereda. Dia membuka pintu Mercedes-nya, bersiap untuk pergi ke pertemuan berikutnya.Tepat saat dia hendak masuk, pintu penumpang terbuka. Adel terkejut melihat Ryan meluncur masuk dengan santai."Hei! Apa yang kau lakukan?" seru Adel, matanya melebar.Ryan menatapnya dengan serius. Dia bisa melihat aura gelap menyelimuti Adel, tanda adanya bahaya yang mengintai. Teknik Matahari Surgawi-nya memperingatkan bahwa gadis ini akan menghadapi ancaman besar dalam waktu dekat."Kupikir kau mungkin butuh teman ngobrol dalam perjalanan," jawab Ryan ringan, menyembunyikan kekhawatirannya.Adel mengangkat alisnya. "Oh, benarkah? Dan sejak kapan kita jadi teman ngobrol?"Ryan tersenyum. "Sejak aku memutuskan untuk berterima kasih atas bantuanmu tadi."Adel memutar matanya, tapi ada senyum kecil di bibirnya. "Baiklah, tuan misterius.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 5 - Hanya Sekedar Semut

    Keheningan mencekam menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju pada sosok Ryan yang baru saja membela Adel dengan berani. Tak seorang pun menyangka akan ada yang berani menentang Effendy Shaw, apalagi di wilayah kekuasaannya sendiri."Hei, kau!" Yohan, salah satu penjilat Effendy, berdiri dengan wajah merah padam. Dia menunjuk ke arah Ryan dengan jari gemetar, suaranya bergetar menahan amarah. "Dasar orang bodoh! Apa kau tahu siapa yang kau hadapi? Lihat pakaianmu, bahkan itu tidak sampai bernilai ratusan ribu. Beraninya orang desa sepertimu menyinggung Tuan Muda Shaw!"Ryan hanya melirik Yohan sekilas, tatapannya dingin dan menusuk. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aura intimidasi yang dipancarkannya membuat Yohan mundur selangkah.Merasa terhina oleh sikap acuh tak acuh Ryan, Yohan melanjutkan ancamannya dengan suara bergetar, "A-aku hanya perlu menelepon, dan kau bisa mengucapkan selamat tinggal pada kehidupanmu di Golden River!"Ryan mendengus pelan, seolah menganggap ancaman it

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 6 - Datangnya Magnus Shaw

    Beberapa waktu berlalu, dan suasana di ruangan itu semakin mencekam. Adel, dengan wajah pucat, mencondongkan tubuhnya ke arah Ryan."Dengar," bisiknya, suaranya bergetar, "kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Keluarga Shaw mungkin baru naik daun dalam lima tahun terakhir, tapi pengaruh mereka di Golden River tidak bisa diremehkan."Ryan menoleh, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Oh ya? Ceritakan padaku."Adel menarik napas dalam-dalam, matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. "Keluarga Shaw... mereka bukan sekadar keluarga kaya biasa. Lima tahun lalu, mereka hanya pemilik beberapa properti di Golden River. Tapi sekarang? Mereka menguasai hampir setengah pasar real estate kota ini."Ryan mendengarkan dengan seksama, matanya menyipit sedikit mendengar perkembangan pesat keluarga Shaw."Bukan hanya itu," Adel melanjutkan, suaranya semakin pelan. "Mereka punya koneksi politik yang kuat. Walikota, kepala kepolisian, bahkan beberapa anggota dewan kota—semuanya berada di bawah pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 7 - Unjuk Kekuatan

    "Seekor semut, katamu?" Ryan tersenyum dingin. "Mungkin kau perlu memeriksa matamu, Pak Tua."Tetua Zimmer mendengus mendengar balasan Ryan. Dia mengambil posisi bertarung, kedua tangannya terangkat di depan dada. "Anak muda, aku akan memberimu kesempatan terakhir untuk berlutut dan memohon ampun. Jika tidak, jangan salahkan aku jika kau tidak bisa meninggalkan tempat ini dengan utuh."Ryan hanya mengangkat alisnya, ekspresinya masih tenang. "Oh? Lalu apa yang akan kau lakukan? Membunuhku dengan omong kosongmu?"Kemarahan melintas di wajah Tetua Zimmer. Tanpa peringatan lebih lanjut, dia melesat maju, telapak tangannya mengarah langsung ke dada Ryan."Teknik Telapak Angin Topan!"Serangan Tetua Zimmer begitu cepat hingga mata biasa nyaris tidak bisa mengikutinya. Angin kencang berputar di sekitar telapak tangannya, menciptakan pusaran udara yang mampu meremukkan tulang.Namun, Ryan tetap berdiri di tempatnya, tidak bergerak sedikitpun."Ryan, awas!" teriak Adel panik, tangannya menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 8 - Bebas

    "Berlututlah dan letakkan tanganmu di belakang kepala! Ini peringatan kedua!" suara wanita itu terdengar lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Ryan tetap tidak bergerak. Ia hanya menatap polisi wanita itu, mengamati sosoknya yang mencolok. Wanita itu berdiri tegak dengan postur yang menunjukkan kewibawaan, tingginya sekitar 170 cm dengan tubuh ramping namun berotot. Rambut hitamnya yang panjang diikat rapi dalam sanggul tinggi, memberikan kesan profesional sekaligus feminin. Wajahnya oval dengan tulang pipi tinggi dan mata coklat gelap yang tajam. Seragam polisinya yang rapi membalut tubuhnya dengan pas, menegaskan lekuk tubuhnya yang proporsional.Saat petugas wanita itu hendak memberinya peringatan ketiga, Adel bergegas maju dan meraih tangan Ryan tanpa ragu-ragu.Dia mengangkat keduanya ke atas kepala Ryan dan memaksa Ryan untuk berlutut.Setelah melakukan semua itu, Adel berlutut di samping Ryan. Dia berbisik, "Sekarang bukan saatnya melamun. Mereka akan benar-benar memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 9 - Keterkejutan Patrick

    "Tidak mungkin..."Patrick Armstrong memutar ulang rekaman itu untuk kesekian kalinya. Setiap kali ia menonton, rasa takut yang asing semakin mencengkeram hatinya. Tanpa sadar, sandwich di tangannya jatuh ke lantai, remah-remahnya berserakan di atas karpet markas Eagle Squad.Matanya terpaku pada wajah seorang pemuda di layar laptop. Wajah yang memancarkan kepercayaan diri, kebanggaan, dan ketidakpedulian sekaligus.Patrick menatap Ryan dalam video itu tanpa berkedip, merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketakutan murni yang menusuk hingga ke sumsum tulangnya.Yang lebih mengejutkan, Patrick bahkan belum pernah bertemu langsung dengan Ryan. Bagaimana bisa rekaman buram ini membangkitkan perasaan seperti itu? Ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir rasa takut yang kini merayapi seluruh tubuhnya.Sebagai Pimpinan Unit Khusus Eagle Squad, Patrick telah menghadapi berbagai situasi mematikan. Ia dilatih sejak usia muda dalam berbagai seni bela diri dan taktik mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 10 - Kenangan Dan Tekad

    *Lima tahun yang lalu*"Kau baik-baik saja, anak muda?" sebuah suara serak terdengar.Ryan terbatuk-batuk, memuntahkan air dari paru-parunya sebelum mendongak untuk melihat penolongnya–seorang pria tua dengan jenggot putih panjang dan mata yang tajam namun penuh kebijaksanaan."Si-siapa kau?" Ryan bertanya di antara napasnya yang masih tersengal.Pria tua itu tersenyum tipis. "Namaku Xiao Yan. Dan kau, anak muda?""Ryan... Ryan Pendragon," jawabnya lemah.Xiao Yan mengangguk pelan, seolah nama itu memiliki arti khusus baginya. "Ryan Pendragon, maukah kau menjadi muridku?"Pertanyaan itu mengejutkan Ryan. Ia baru saja diselamatkan dari kematian, dan kini orang asing ini menawarkannya untuk menjadi murid?"A-apa? Murid? Tapi kenapa? Aku bahkan tidak mengenalmu," Ryan tergagap, kebingungan jelas terpancar di wajahnya.Xiao Yan menatapnya dalam-dalam. "Karena aku tahu kau ingin membalas dendam."Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09

Bab terbaru

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 685 - Menahan Amarah

    Di Guild Round Table, Ryan membuka mata tepat pukul lima sore. Ia duduk tegak, merasakan luka-lukanya telah pulih signifikan. Yang mengejutkan, entah bagaimana ia berhasil menembus ke ranah Golden Core tingkat kelima. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Wajah Ryan menunjukkan sedikit keterkejutan. Ia terluka parah dan belum mengedarkan teknik kultivasi. Bagaimana mungkin bisa menembus tingkatan dengan sendirinya? Ini sungguh aneh. Apakah hal seperti ini benar-benar mungkin? Saat Ryan masih terheran-heran dengan terobosan tiba-tiba ini, perhatiannya tertuju pada batu giok naga yang melayang di udara. Energi qi mengalir deras dari batu itu memasuki tubuhnya. "Mungkinkah karena Kuburan Pedang?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Batu Giok Naga itu kembali muncul di telapak tangannya. "Larry seharusnya sudah membawa ayah kembali sekarang." Ryan menatap batu di tangannya dengan penasaran. "Aku juga harus menanyakan padanya tentang batu ini. Apa sebenarnya hubungan antara Keluar

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 684 - Identitas Asli Zeke

    Larry terjebak dalam situasi sulit. Di satu sisi ada perintah Ryan, di sisi lain dia berhadapan dengan Guardian yang bahkan tidak segan mengancamnya secara terbuka. Pada saat itu, tetua Sekte Hell Blood keluar dengan senyum menjilat. Dia membungkuk dalam pada Zeke Fernando. "Tetua Zeke, sungguh suatu kehormatan Anda berada di sini!" Larry tertegun. Zeke Fernando adalah tetua Sekte Hell Blood? Dan dari cara tetua lain membungkuk padanya, jelas statusnya sangat tinggi dalam sekte tersebut! Amarah membuncah dalam dada Larry saat menyadari pengkhianatan ini. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Zeke Fernando melirik tetua yang membungkuk padanya dan mendengus. "Dasar tidak berguna! Kau bahkan tidak bisa menangani masalah kecil seperti ini dengan benar. Memalukan nama Sekte Hell Blood!" Wajah tetua itu memucat. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam, tidak berani membantah. Setelah menimbang situasi dengan cermat, Larry berkata, "Tuanku, aku bisa melepaskan

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 683 - Guardian Kembali Ikut Campur

    Setelah beberapa saat menenangkan diri, tetua itu mengambil keputusan. "Jika tenaga medis Nexopolis tidak cukup kompeten, kita akan membawa mereka ke Gunung Langit Biru! Para praktisi di sana pasti bisa menyembuhkan mereka." "Ya, sebaiknya kita segera pergi dari sini..." Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, seorang pelayan bergegas masuk dengan wajah panik. "Tuan! Gawat! Kediaman ini telah dikepung pasukan praktisi! Larry Brave sudah menerobos masuk!" "Apa?!" Aaron Ravenclaw menggeram marah. "Larry berani menyerang Keluarga Ravenclaw?" Dia melirik tetua Sekte Hell Blood dan membungkuk hormat. "Tuan, saya akan segera kembali." Tetua itu menatap rekannya yang terluka dan Lucas Ravenclaw sebelum mengangguk. "Jika ada masalah, beritahu saja. Kekuatan Sekte Hell Blood bukan sesuatu yang bisa diganggu semut-semut kecil." Aaron Ravenclaw bergegas menuju aula utama dimana lebih dari selusin praktisi keluarga sudah bersiaga. "Larry," sapanya dengan tawa mengejek. "Bukankah kau p

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 682 - Terluka

    Larry menyapu pandangannya ke arah mayat-mayat yang bergelimpangan di tanah arena sebelum beralih pada kerumunan penonton. Hanya ada satu emosi yang terpancar dari mata mereka–ketakutan yang begitu dalam. Apa yang baru saja terjadi di sini telah meninggalkan trauma yang tak terhapuskan. Larry bisa merasakannya dari atmosfer mencekam yang menyelimuti arena. "Apa sebenarnya yang terjadi?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan. Matanya menangkap sosok pemuda yang dikenalnya–salah satu murid dari akademi bela diri tempatnya mengajar dulu. Tanpa ragu Larry menghampirinya. "Kau, ceritakan padaku apa yang terjadi di sini!" Tubuh pemuda itu masih gemetar hebat. Dengan terbata dia menjawab, "Pa-paman Larry... Ryan, dia..." "Ada apa dengan Ryan?" desak Larry. "Dia melumpuhkan Lucas Ravenclaw..." Larry mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?" "Bahkan para tetua Sekte Hell Blood tidak sebanding dengannya..." lanjut pemuda itu dengan suara bergetar. "Ryan mengalahkan mereka semua dengan mudah!"

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 681 - Sikap Kepala Keluarga Jorge

    Pemuda yang tadinya dianggap sombong dan tidak tahu diri itu ternyata masih berdiri tegak di arena. Meski tampak sangat lemah, fakta bahwa dia masih hidup membuat semua orang tercengang. "Dia... dia masih hidup?" "Bagaimana mungkin? Anak ini benar-benar beruntung!" Di tengah bisik-bisik kebingungan, seseorang tiba-tiba menunjuk ke suatu arah dengan mata terbelalak. "Lihat! Guardian itu... Guardian itu mati!" Serentak semua mata mengikuti arah yang ditunjuk. Di kejauhan, tubuh sang Guardian tertancap kaku di dinding, berlumuran darah dan tak bernyawa. Keheningan mencekam menyelimuti arena. Tidak ada yang berani bersuara, semua wajah dipenuhi ketidakpercayaan. Dengan satu serangan pedang, Ryan telah membunuh seorang Guardian! "Mustahil..." bisik seseorang gemetar. "Sejak kapan Guardian menjadi selemah ini?" Semua orang menghirup udara dingin saat mata mereka beralih pada sosok Ryan. Tubuh mereka gemetar tanpa bisa dikontrol. Pemuda yang tadinya mereka remehkan kini tamp

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 680 - Kehebatan Pedang Clarent

    Selama ini Ryan menyimpan Pedang Clarent, menunggu momen yang tepat. Sebelumnya ia masih waspada terhadap para praktisi tersembunyi yang mungkin mengawasi pertarungan. Tapi sekarang, meski enggan menggunakannya, Ryan tidak punya pilihan lain. Guardian sialan ini benar-benar membuatnya murka. Menyerahkan teknik bela dirinya? Melumpuhkan kultivasi? Ide konyol macam apa itu? "Aku memberimu waktu sepuluh detik untuk memikirkannya," ucap Guardian itu dengan nada angkuh. "Sepuluh..." "Tidak perlu menghitung," potong Ryan datar. "Aku menolak." Ekspresi Guardian itu membeku sejenak sebelum wajahnya dipenuhi amarah. "Karena kau menolak, aku akan menghargai keinginanmu! Kau benar-benar kelelahan dan sangat lemah, jadi mari kita lihat bagaimana rencanamu untuk bertahan hidup." Detik berikutnya, hembusan angin kencang menerpa arena saat gelombang tekanan tak terlihat menyapu. Guardian itu berdiri dengan angkuh, memancarkan aura bagai dewa yang tak tersentuh. Kepala Keluarga Jorge

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 679 - Kemarahan Guardian

    "Gila... anak ini benar-benar gila!" gumam sang tetua sambil memuntahkan darah. "Dia tidak takut mati? Teknik rahasia seperti itu pasti memiliki efek samping yang mengerikan!" Ryan sendiri kini dalam kondisi tidak lebih baik. Efek jimat spiritual telah sepenuhnya menghilang, membuat auranya melemah drastis. Ia terhuyung mundur dan duduk bersandar ke dinding, napasnya terengah-engah. Keringat membasahi seluruh tubuhnya–serangan tadi benar-benar telah menguras habis tenaganya. Seluruh arena menjadi sunyi. Banyak pasang mata memandang Ryan dengan simpati saat melihat wajah kedua Guardian yang berubah pucat pasi karena murka. Guardian yang mengenakan setelan jas hitam melangkah maju, matanya berkilat berbahaya saat menatap Ryan. "Hmph! Kau terlalu percaya diri!" hardiknya. "Beraninya kau bertindak begitu lancang setelah aku memberi perintah untuk berhenti! Kau benar-benar sudah bosan hidup!" Tanpa peringatan, Guardian itu melancarkan serangan telapak tangan ke arah Ryan yang mas

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 678 - Mengabaikan Guardian

    Sekali lagi Ryan muncul di depan tetua yang masih terguncang. Tinjunya terayun, diselimuti naga darah yang meraung ganas. Serangan ini membawa aura kematian yang membuat sang tetua gemetar ketakutan. Namun di saat kritis, tetua itu melakukan hal tak terduga. Dia mencengkeram leher Simon Helion yang berdiri di dekatnya dan melemparkan pria malang itu sebagai tameng manusia. Ryan yang telah berkomitmen pada serangannya tak bisa menghentikan momentum pukulannya. BOOM! Darah menyembur dari mulut Simon Helion. Tubuhnya terpental bagai peluru meriam, menghantam dinding dengan suara mengerikan. Dadanya hancur cekung ke dalam. Dalam sekejap, cahaya kehidupan menghilang dari matanya. "Bawa pergi Lucas dan kalahkan anak ini terlebih dahulu!" teriak sang tetua panik pada rekannya. "Kalau tidak, akan ada masalah yang tak ada habisnya jika dia hidup!" "Aaron Ravenclaw! Apakah kamu tidak ingin membalaskan dendam putramu? Ayo serang bersama!" "Baik!" Aaron Ravenclaw menyahut penuh dendam.

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 677 - Melawan Tetua Sekte Hell Blood (II)

    "Beraninya kau!" Tetua itu meraung murka. Dia menyerbu ke arah Ryan dengan kecepatan yang meningkat drastis. Kali ini, kekuatan di kipas lipatnya berlipat ganda saat bertabrakan dengan Pedang Suci Caliburn. Tang! Pedang Suci Caliburn terlempar dari tangan Ryan, berputar di udara sebelum menancap ke tanah beberapa meter dari sana. Ryan sendiri terpaksa mundur beberapa langkah untuk meredam dampak benturan. 'Situasi mulai tidak menguntungkan,' pikir Ryan sambil menilai kondisinya. Jika ia berada di puncak kondisi, melawan tetua ini secara seimbang bukanlah masalah besar. Namun penggunaan jurus kedua dari teknik Pedang Pembelah Langit sebelumnya telah menguras hampir seluruh tenaganya. Lebih menyulitkan lagi, saat ini Ryan tidak bisa meminjam kekuatan dari Kuburan Pedang. Peter Carter juga telah memperingatkan bahwa menggunakan jimat iblis dalam kondisi lemah bisa berakibat fatal. Tapi, bukan berarti Ryan tidak memiliki jimat lainnya. "Bocah, ini harga dari kesombonganmu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status