Share

4 || H-1 Pernikahan

Audrey menarik napas panjang, berusaha menyingkirkan semua bayangan tentang Leo yang mengusik pikirannya. Ucapan-ucapan menyakitkan dari mantan kekasihnya terus berputar di kepalanya, tetapi ia tahu, menangisi hal itu tidak akan mengubah apa pun.

"Leo brengsek! Aku akan membuktikan kalau aku bisa lebih baik tanpamu." Gumam Audrey dengan suara pelan, menatap foto mereka berdua dalam pigura kecil yang dulu penuh kenangan manis. Sekarang, kenangan itu terasa pahit.

Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. "Kak Audi? Kakak di dalam kah? Sasa mau masuk ya?" Suara riang Salsa terdengar dari luar pintu. Audrey buru-buru menghapus air mata yang tanpa sadar sudah mengalir, lalu berdiri di depan cermin, meraih bedak untuk menyamarkan wajahnya yang terlihat sembap.

Saat Salsa masuk, gadis itu langsung mendengus. "Astaga, bedakan mulu, kak. Tamunya sudah pergi kok. Ayo kak, kita makan makanan yang masih ada." ajak Salsa dengan semangat, menarik lengan Audrey menuju ruang makan.

Audrey tersenyum kecil melihat adiknya yang begitu polos dan ceria, seakan tak ada beban di dunia ini. Mungkin bersama anak-anak panti bisa menjadi pelipur lara bagi Audrey, setidaknya untuk sementara waktu, sebelum pernikahan yang tak terduga itu mengubah seluruh hidupnya.

Setelah menghabiskan waktu dengan makan bersama juga diselingi canda tawa, malam pun tiba.

Di dalam kamar yang gelap, Audrey dan Salsa berbaring bersebelahan, memandang atap dengan pikiran masing-masing. Suasana hening, hanya terdengar bunyi napas teratur dari anak-anak panti yang sudah tertidur lelap. Lampu kamar sudah dipadamkan, namun bayangan dari cahaya bulan sedikit menerangi wajah mereka.

"Kak, tadi Kak Leo kesini ya. Kok gak masuk sih?" Tanya salsa dengan berbisik. Pada Audrey yang sibuk menatap atap atau lebih tepatnya melamun.

Audrey tersenyum. "Kak Leo hanya mampir sebentar. Oh iya, kalau besok-besok Kak Leo gak kesini. Jangan cari-cari ya." Pinta Audrey

Salsa segera menoleh pada Audrey. "Loh kenapa Kak?" Tanyanya heran

"Kakak dan Kak Leo sudah putus. Jadi mungkin kak Leo akan jarang kemari." Jelas Audrey menatap Salsa

Salsa terdiam sejenak, mencerna kata-kata Audrey. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan, tapi ia tak berani bertanya lebih jauh. Ia hanya menatap kakaknya dalam gelap, mencoba memahami sesuatu yang sepertinya terlalu rumit baginya.

"Putus? Kakak dan Kak Leo?" Gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam. Namun, melihat ekspresi Audrey yang tenang tapi penuh luka, Salsa tahu bahwa topik ini bukanlah sesuatu yang ingin dibahas lebih lama.

Audrey menghela napas dan menoleh pada Salsa. "Iya, Sasa. Kakak sudah tidak bersama Kak Leo lagi. Kadang, hal seperti itu terjadi, tapi kamu gak perlu khawatir, ya? Semua akan baik-baik saja."

Salsa mengangguk pelan, meski raut wajahnya masih menyimpan segudang tanya. "Ya Udah deh, Kak. Tapi kalau Kakak sedih, Sasa ada kok."

Ucapan sederhana itu menyentuh hati Audrey. Ia tersenyum tipis, merasa sedikit lebih ringan. "Terima kasih, Sasa. Sekarang kita tidur, ya."

Mereka berdua akhirnya terbaring diam di atas kasur, memandangi langit-langit yang gelap. Malam itu begitu sunyi, hanya terdengar hembusan angin dari jendela yang sedikit terbuka. Audrey menutup matanya, berusaha untuk tidak memikirkan Leo atau pernikahan yang akan segera datang. Namun, di sudut hatinya, mencoba melupakan semua kekhawatirannya, setidaknya untuk malam itu.

••

Bunyi kicauan burung terdengar menyapa pagi hari dengan udara sejuk yang menerpa. "Loh kak, kata bunda, kakak akan menikah ya?" Tanya salsa dengan menggebu-gebu mengabaikan beberapa gadis yang sibuk memijat juga merawat wajah Audrey.

Yah, pagi-pagi Audrey kedatangan tamu yang berasal dari calon mama mertuanya untuk merawat tubuh dan wajahnya sebelum pernikahan terjadi.

Audrey yang diberi masker pada wajahnya segera bangkit dari posisi tidurannya mengabaikan masker yang bisa saja tumpah. "Sasa tau dari siapa hm? Boleh nanti kita berbicara? Sekarang kakak sedikit sibuk." Pinta Audrey menatap Salsa dengan tatapan memelas membuat salsa terpaksa mengiyakan.

Salsa mengangguk dengan wajah cemberut, meskipun rasa penasaran masih membayanginya. "Iya deh, nanti ya kak." Jawabnya dengan suara lirih sebelum melangkah keluar kamar, meninggalkan Audrey yang kembali direbahkan oleh para spa yang sibuk merawat dirinya.

Audrey menatap langit-langit kamar sambil menarik napas panjang. Di dalam kepalanya, semua terasa begitu cepat—pernikahan yang mendadak, Leo yang pergi, dan sekarang kehidupan barunya yang akan segera dimulai. Ia belum sepenuhnya siap, tetapi semua sudah diatur dengan sangat cepat oleh keluarga calon suaminya.

"Nona, jangan terlalu tegang, cantik. Ini semua akan baik-baik saja. Kamu akan terlihat cantik sekali di hari spesialmu." ujar salah satu perias dengan senyum ramah, seakan bisa membaca pikiran gelisah Audrey.

Audrey hanya tersenyum tipis di balik maskernya. "Iya, terima kasih, Kak."

Sementara itu, di luar kamar, Salsa masih bergumul dengan rasa penasaran. Ia berjalan perlahan menuju halaman panti, memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Kak Audi menikah? Kenapa dia nggak pernah cerita sebelumnya?" Gumamnya, bingung dengan situasi yang tampak begitu tiba-tiba.

Salsa yang sibuk dengan pemikirannya tidak menyadari adanya sosok asing yang duduk diatas pohon dengan menatap salsa dengan tatapan dingin.

Salsa yang merasa diperhatikan segera menoleh. "Loh, kamu ngapain diatas pohon. Cepat turun, nanti dimarahi ibu loh!" Seru Salsa menatap anak laki-laki yang seusia sang kakak.

Pemuda remaja itu hanya mendengus namun tak urung menuruti perkataan gadis cantik yang menatapnya dengan tatapan polos.

"Astaga, kamu ini siapa? kok bisa-bisanya manjat ke pohon." Celoteh Salsa namun wajahnya berubah menjadi sendu.

"Kakak aku bakal pergi buat nikah, aku bakal sendirian disini. Nama kamu siapa? biar aku punya teman. Namaku salsa, umur 16 tahun." Ujar Salsa dengan bibir mencabik namun berusaha tersenyum seraya memperkenalkan dirinya pada teman barunya.

Pemuda itu menaikkan alisnya. " Siapa nama kakakmu?" Salsa yang mendengar itu menghela napas.

"Kakak Audrey cantik. Eh wajah kamu kenapa kok datar sekali? suara kamu juga aneh kedengarannya." Ujar Salsa heran juga menatap pemuda itu dengan tatapan penuh tanya. Pemuda itu hanya diam menatap Salsa, setelahnya tangannya terulur menarik jepit bunga yang Salsa tengah kenakan. "Kuharap kita akan bisa bertemu kembali." Bisik pemuda itu tepat pada telinga Salsa.

Salsa yang mendengar itu hanya terdiam kaku, tanpa menyadari sosok pemuda itu berjalan keluar panti. "Eh, itu punya Sasa jepitnya. Kamu mau kemana? Namamu siapa. Hei! kembalikan jepit Sasa." Seru salsa setelah sadar dari rasa terkejutnya saat pemuda itu sudah pergi menghampiri mobil yang berada diluar pagar panti asuhan. Salsa berusaha mengejar langkah pemuda itu dengan berlari mengabaikan sandalnya yang terlempar tidak jauh.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status