6 bulan kemudian
Kehidupan Audrey tampak damai tentram dan selesainya ujian tengah semester yang sudah ia lakukan. Membuat Audrey merasa bebas dari beban juga bahagia.Malam tahun baru ini, mereka habiskan dengan keluarga juga sahabat dari mertuanya.Audrey tampak berbincang dengan Melani- putri bungsu Sisil dan Dio.Kembang api yang mulai dinyalakan membuat semua orang berkumpul dilatar taman menatap langit, tak jarang juga ada yang mengabadikan dengan merekam kembang api yang akan keluar dengan indah.Malam itu, suasana terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Audrey berdiri di samping Melani, menikmati percakapan ringan sambil sesekali melirik ke arah langit, menunggu ledakan kembang api berikutnya. Suara tawa dan canda keluarga serta sahabat mengisi malam, membuat Audrey merasa sangat bersyukur. Ujian dan beban pikirannya, seolah menghilang selama malam perayaan ini."Langit malam ini indah sekali." ujar Melani, menoleh ke AudreKicauan burung dan matahari yang mulai terbit tidak membuat Audrey terbangun dari tidurnya yang pulas. Begadang malam sebelumnya membuat Audrey tertidur nyenyak, sama halnya dengan Elang yang masih terlelap di sebelahnya.Di depan kamar mereka, Maudy tampak ragu untuk mengetuk pintu. Namun, baru saja ingin memutar kenop, ia terkejut ketika dipeluk dari belakang. Maudy memegang dadanya, terkejut, dan langsung bertanya kesal. "Ada apa sih, Yang?" sambil menoleh ke Peter.Peter tertawa pelan, lalu menggendong Maudy menjauh dari kamar Elang dan Audrey. "Jangan ganggu mereka. Lebih baik kita turun, yang lain sudah menunggu." jelas Peter, tak ingin Maudy mengganggu putra dan menantunya.Maudy akhirnya menurut, dan mereka bergabung untuk sarapan bersama yang lain. Waktu terus berlalu hingga pukul sembilan, saat Audrey dan Elang akhirnya turun menuju dapur. Mereka melewati ruang santai, di mana semua orang sudah berkumpul.Darren, yang selalu usil, berdeh
Audrey yang ditatap seperti itu merasa panik, "Aku hanya ingin mengajak satu adik perempuan dari Panti asuhan, apakah boleh?" cicit Audrey Gea tertawa, "Astaga, mommy pikir kamu tidak setuju untuk liburan." ujar Gea merasa lega"Iya, ajak aja sayang, itu hak kamu kok." timpal Sisil menyetujui"Benar, apakah yang namanya Salsa itu?" tanya Maudy memastikan Audrey mengangguk-anggukkan kepala, "Iya yang itu ma." jawab Audrey singkat dengan senyum lebar.Kenneth tersenyum tipis saat nama Salsa disebut. Elang, yang berada di sampingnya, hanya memutar bola matanya dengan malas, seolah sudah tahu apa yang akan dilakukan adiknya.Gea, yang mendengar nama itu, terlihat tertarik. "Apakah itu anak yang tidak tertarik dengan mainan yang Dio bawa untuk mengalihkan perhatian anak-anak?" tanya Gea penasaran.Maudy mengangguk. "Iya, Gea. Benar, yang itu." jawabnya singkat.Audrey, yang tampak tidak tahu apa-apa, mendengarkan d
Ketika asyik berbincang, kedatangan Elang tiba-tiba membuat Salsa merasa terkejut bangkit dari posisi rebahannya. Salsa masih merasa canggung untuk berbincang dengan suami kakaknya itu."Bunda dan ibu sudah memberi izin, apakah Salsa juga sudah kamu beritahu?" tanya Elang dengan lembut duduk disamping Audrey.Kini posisi Audrey berada ditengah-tengah antara Elang dan Salsa.Salsa yang mendengar itu mengulas senyum. "Kak Audi sudah memberitahu Sasa kok kak. Sasa juga ingin ikut, terima kasih keluarga kak Elang sudah mengajak Sasa untuk ikut." ujar Salsa tulus mengulas senyum manis, ternyata Elang sangat ramah. Berbeda dengan pandangannya.Elang tersenyum. "Syukurlah jika sudah, tentu saja Salsa. Terlalu dini untuk kamu berterima kasih." Elang lalu menatap Audrey, "Sepertinya kita harus kembali, by. Hari mulai petang." ujarnya menatap AudreyAudrey menganggu, benar sekarang sudah sore hari. "Kakak pulang dulu, Sa. Besok kakak akan
Setelah mereka semua selesai menghabiskan minuman juga camilan, mereka pun bersiap untuk pergi. Mobil sudah menunggu di depan, dan Pak Gaga berdiri di sampingnya dengan siap untuk mengantar mereka. Audrey melihat Salsa yang tampak tak bisa diam, penuh antusiasme untuk apa yang akan mereka beli. Dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan, suasana di dalam mobil dipenuhi canda dan tawa. Salsa tak berhenti bertanya apa yang harus mereka beli, sementara Gea dan Maudy memberikan saran dengan penuh perhatian. Audrey duduk di samping Salsa, merasa bahagia melihat adiknya begitu antusias, sambil juga bersyukur bahwa keluarga Elang selalu hadir dan mendukung setiap langkah yang diambil.Akhirnya mereka sampai di mall, mereka mulai berpencar dengan membawa daftar yang sudah Maudy dan Gea persiapkan. Audrey yang berkeliling dengan Salsa, dikejutkan dengan tepukan dibahunya.Audrey menoleh, alisnya mengerut ketika menatap sosok wanita. "Ada apa ya?" tanya Audrey terlihat biasa, sedangkan Salsa
Ketika mereka tiba di mansion, langit sudah mulai gelap. Pak Gaga membukakan pintu mobil, dan Salsa segera keluar, disusul oleh Audrey yang membawa beberapa kantong belanjaan. Mereka masuk ke dalam rumah, di mana suasana sudah mulai tenang dengan hanya beberapa maid yang tersisa, sibuk dengan tugas-tugas mereka. "Kakak capek nggak?" tanya Salsa sambil menaruh belanjaannya di meja. Audrey menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, kok. Asal kamu senang, kakak juga senang." Salsa tersenyum lebar. "Aku senang banget, Kak! Besok kita liburan, yaaay!" Audrey tertawa kecil. "Iya, tapi malam ini kita istirahat dulu, ya. Besok akan jadi hari yang panjang." Mereka pun menghabiskan sisa malam dengan santai, mempersiapkan diri untuk liburan esok hari yang sudah dinantikan oleh mereka berdua. Audrey merasa bersyukur bahwa dia bisa memberikan momen bahagia untuk adiknya, sementara dalam hati berharap liburan ini akan membawa le
Setelah Audrey selesai dari kamar mandi, dia mendapati Elang masih duduk di sofa, memeriksa sesuatu di tabletnya. Suara mesin pesawat yang halus membuat suasana terasa tenang dan damai. Audrey merasa sedikit lelah setelah hari-hari yang padat, jadi tanpa banyak bicara, dia merapikan diri dan merebahkan tubuh di atas kasur. Elang menoleh dan tersenyum tipis. "Istirahat saja, by. Perjalanan ini akan memakan beberapa jam. Nanti aku bangunkan kalau makan siang sudah siap." Audrey mengangguk pelan. "Terima kasih, kak." Rasa tenang meresap dalam dirinya saat ia menutup matanya, perlahan terlelap dalam kenyamanan kamar pesawat pribadi yang mewah. Audrey juga merasa bahagia melihat Elang yang mulai mendekatinya namun terkesan buru-buru juga aneh. Sementara itu, di ruangan lain, Salsa dan Melani duduk bersama di area lounge. Salsa yang masih penuh semangat, meskipun perjalanan baru dimulai, melihat ke sekeliling pesawat dengan penuh kekaguman. "Kak Mel, aku nggak pernah naik pesawat sepe
Elang tersenyum sambil mengangguk. “Baiklah, kita sudah membuat jadwal ya. Hari kedua mungkin kita bisa bersantai di pemandian air panas, bagaimana?” "Aku juga ingin mencoba jajanan kaki lima yang katanya terkenal ada di Jepang loh." timpal Melani membuat salsa juga Audrey mengangguk setuju. Semua orang setuju dengan rencana itu. Jadi, mereka merencanakan tiga hari ke depan: hari pertama mengunjungi kuil dan menjelajahi Kyoto, hari kedua bersantai di pemandian air panas, dan hari ketiga berkunjung membeli oleh-oleh. Dan malam harinya bisa mencoba jajanan kaki lima Setelah agenda disusun, suasana menjadi semakin santai. Audrey, yang duduk di samping Elang, merasa bersyukur bisa menikmati momen berharga ini bersama keluarganya. “Sepertinya liburan ini akan menjadi salah satu yang paling berkesan,” katanya sambil tersenyum hangat pada Elang. Malam itu mereka tidur lebih awal, mempersiapkan diri untuk ha
Setelah makan siang, suasana menjadi lebih santai saat mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan petualangan malam di Jepang. Saat malam tiba, para orang tua memiliki agenda lain, sementara para anak muda siap menjelajahi jajanan kaki lima yang terkenal di Jepang. Audrey, Melani, dan Salsa tampak sangat bersemangat. Mereka berjalan beriringan, menatap setiap makanan yang dijual di stan-stan yang mereka lewati. Di belakang mereka, Elang, Kenneth, dan Darren mengikuti dengan sabar sambil sesekali berbincang. Ketika mereka mendekati stand penjual seafood mentah, Audrey berhenti dan berkata, “Bagaimana kalau kita mencoba cumi mentah? Aku sangat penasaran setelah melihat video orang memakannya di media sosial!” Melani mengangguk setuju. “Boleh, boleh! Sambil kita video in ya. Kita posting video di media sosial, siapa tahu bisa ramai!” Mereka