Ketika asyik berbincang, kedatangan Elang tiba-tiba membuat Salsa merasa terkejut bangkit dari posisi rebahannya. Salsa masih merasa canggung untuk berbincang dengan suami kakaknya itu.
"Bunda dan ibu sudah memberi izin, apakah Salsa juga sudah kamu beritahu?" tanya Elang dengan lembut duduk disamping Audrey.Kini posisi Audrey berada ditengah-tengah antara Elang dan Salsa.Salsa yang mendengar itu mengulas senyum. "Kak Audi sudah memberitahu Sasa kok kak. Sasa juga ingin ikut, terima kasih keluarga kak Elang sudah mengajak Sasa untuk ikut." ujar Salsa tulus mengulas senyum manis, ternyata Elang sangat ramah. Berbeda dengan pandangannya.Elang tersenyum. "Syukurlah jika sudah, tentu saja Salsa. Terlalu dini untuk kamu berterima kasih."Elang lalu menatap Audrey, "Sepertinya kita harus kembali, by. Hari mulai petang." ujarnya menatap AudreyAudrey menganggu, benar sekarang sudah sore hari. "Kakak pulang dulu, Sa. Besok kakak akanSetelah mereka semua selesai menghabiskan minuman juga camilan, mereka pun bersiap untuk pergi. Mobil sudah menunggu di depan, dan Pak Gaga berdiri di sampingnya dengan siap untuk mengantar mereka. Audrey melihat Salsa yang tampak tak bisa diam, penuh antusiasme untuk apa yang akan mereka beli. Dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan, suasana di dalam mobil dipenuhi canda dan tawa. Salsa tak berhenti bertanya apa yang harus mereka beli, sementara Gea dan Maudy memberikan saran dengan penuh perhatian. Audrey duduk di samping Salsa, merasa bahagia melihat adiknya begitu antusias, sambil juga bersyukur bahwa keluarga Elang selalu hadir dan mendukung setiap langkah yang diambil.Akhirnya mereka sampai di mall, mereka mulai berpencar dengan membawa daftar yang sudah Maudy dan Gea persiapkan. Audrey yang berkeliling dengan Salsa, dikejutkan dengan tepukan dibahunya.Audrey menoleh, alisnya mengerut ketika menatap sosok wanita. "Ada apa ya?" tanya Audrey terlihat biasa, sedangkan Salsa
Ketika mereka tiba di mansion, langit sudah mulai gelap. Pak Gaga membukakan pintu mobil, dan Salsa segera keluar, disusul oleh Audrey yang membawa beberapa kantong belanjaan. Mereka masuk ke dalam rumah, di mana suasana sudah mulai tenang dengan hanya beberapa maid yang tersisa, sibuk dengan tugas-tugas mereka. "Kakak capek nggak?" tanya Salsa sambil menaruh belanjaannya di meja. Audrey menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, kok. Asal kamu senang, kakak juga senang." Salsa tersenyum lebar. "Aku senang banget, Kak! Besok kita liburan, yaaay!" Audrey tertawa kecil. "Iya, tapi malam ini kita istirahat dulu, ya. Besok akan jadi hari yang panjang." Mereka pun menghabiskan sisa malam dengan santai, mempersiapkan diri untuk liburan esok hari yang sudah dinantikan oleh mereka berdua. Audrey merasa bersyukur bahwa dia bisa memberikan momen bahagia untuk adiknya, sementara dalam hati berharap liburan ini akan membawa le
Setelah Audrey selesai dari kamar mandi, dia mendapati Elang masih duduk di sofa, memeriksa sesuatu di tabletnya. Suara mesin pesawat yang halus membuat suasana terasa tenang dan damai. Audrey merasa sedikit lelah setelah hari-hari yang padat, jadi tanpa banyak bicara, dia merapikan diri dan merebahkan tubuh di atas kasur. Elang menoleh dan tersenyum tipis. "Istirahat saja, by. Perjalanan ini akan memakan beberapa jam. Nanti aku bangunkan kalau makan siang sudah siap." Audrey mengangguk pelan. "Terima kasih, kak." Rasa tenang meresap dalam dirinya saat ia menutup matanya, perlahan terlelap dalam kenyamanan kamar pesawat pribadi yang mewah. Audrey juga merasa bahagia melihat Elang yang mulai mendekatinya namun terkesan buru-buru juga aneh. Sementara itu, di ruangan lain, Salsa dan Melani duduk bersama di area lounge. Salsa yang masih penuh semangat, meskipun perjalanan baru dimulai, melihat ke sekeliling pesawat dengan penuh kekaguman. "Kak Mel, aku nggak pernah naik pesawat sepe
Elang tersenyum sambil mengangguk. “Baiklah, kita sudah membuat jadwal ya. Hari kedua mungkin kita bisa bersantai di pemandian air panas, bagaimana?” "Aku juga ingin mencoba jajanan kaki lima yang katanya terkenal ada di Jepang loh." timpal Melani membuat salsa juga Audrey mengangguk setuju. Semua orang setuju dengan rencana itu. Jadi, mereka merencanakan tiga hari ke depan: hari pertama mengunjungi kuil dan menjelajahi Kyoto, hari kedua bersantai di pemandian air panas, dan hari ketiga berkunjung membeli oleh-oleh. Dan malam harinya bisa mencoba jajanan kaki lima Setelah agenda disusun, suasana menjadi semakin santai. Audrey, yang duduk di samping Elang, merasa bersyukur bisa menikmati momen berharga ini bersama keluarganya. “Sepertinya liburan ini akan menjadi salah satu yang paling berkesan,” katanya sambil tersenyum hangat pada Elang. Malam itu mereka tidur lebih awal, mempersiapkan diri untuk ha
Setelah makan siang, suasana menjadi lebih santai saat mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan petualangan malam di Jepang. Saat malam tiba, para orang tua memiliki agenda lain, sementara para anak muda siap menjelajahi jajanan kaki lima yang terkenal di Jepang. Audrey, Melani, dan Salsa tampak sangat bersemangat. Mereka berjalan beriringan, menatap setiap makanan yang dijual di stan-stan yang mereka lewati. Di belakang mereka, Elang, Kenneth, dan Darren mengikuti dengan sabar sambil sesekali berbincang. Ketika mereka mendekati stand penjual seafood mentah, Audrey berhenti dan berkata, “Bagaimana kalau kita mencoba cumi mentah? Aku sangat penasaran setelah melihat video orang memakannya di media sosial!” Melani mengangguk setuju. “Boleh, boleh! Sambil kita video in ya. Kita posting video di media sosial, siapa tahu bisa ramai!” Mereka
"Kenapa sih dia bisa segitu tenangnya, sementara aku di sini kebingungan?" gumam Audrey pelan, merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Setiap perhatian kecil dari Elang, meskipun sederhana, sepertinya selalu membuat Audrey terbuai. Juga perubahan sikap Elang terlalu cepat membuat Audrey merasa heran. Tak lama, Elang keluar dari kamar dengan pakaian yang lebih santai, namun tetap rapi. "Sudah siap untuk tidur?" tanyanya sambil menatap Audrey lembut, seolah-olah kejadian sebelumnya tak pernah terjadi. Audrey hanya mengangguk pelan, masih merasa kikuk. "Iya, aku mau istirahat sebentar lagi." jawabnya sambil berdiri, merapikan kursi riasnya. "Kita harus bangun lebih awal besok untuk persiapan pulang. Semoga perjalanan kita lancar." ucap Elang sambil membenahi beberapa barangnya. "Dan jangan lupa, kamu bisa minta bantu maid kalau ada yang harus dipacking." Audrey menghela napas, menerima kenyataan bahw
Audrey hanya mengangguk sambil menghirup udara pagi yang segar, mencoba menenangkan pikirannya. Setelah duduk dan pesawat mulai lepas landas, Audrey melepaskan sabuk pengamannya dan bersandar, memandang keluar jendela melihat kota Jepang yang perlahan mengecil dari ketinggian. "Rasanya baru sebentar kita di sini." ujar Audrey tiba-tiba, lebih seperti berpikir keras daripada berbicara kepada Elang. Elang, yang sedang memeriksa beberapa dokumen di tablet, menoleh dan menatap Audrey. "Kita bisa kembali kapan saja. Jepang selalu bisa jadi tempat kita menghabiskan waktu bersama keluarga," jawabnya santai. "Yang penting, urusan mendesak di rumah harus kita selesaikan dulu." Audrey tersenyum kecil mendengar jawabannya. “Iya, mungkin lain kali kita bisa lebih lama.” Ia kemudian menyandarkan kepala di kursi, membiarkan dirinya rileks sembari menikmati sisa perjalanan pulang. Audrey memutus
Audrey fokus pada laptopnya dengan diiringi lagu juga beberapa camilan pedas. Hingga ketukan dipintu, membuat Audrey beranjak dari sofa. Baru saja pintu terbuka, Nick yang berada diseberang pintu itu mengulas senyum. "Selamat malam nyonya, saya diperintahkan tuan Elang untuk mengatur stylish rambut anda." Audrey hanya mengangguk malas, lalu mulai mengikuti langkah Nick menuju lantai empat dimana ruangan spa pribadi berada disana. Audrey dan Nick yang memasuki lift yang menuju lantai 4. "Di lantai tiga memang ada apa Nick?" tanya Audrey penasaran. Nick yang sudah menekan tombol lift membalikkan badan. "Silahkan anda tanyakan pada tuan, nyonya. Namun walau anda penasaran mohon jangan sampai anda menginjakkan kaki dilantai itu. Sesuai peraturan yang ada." jelas Nick mencoba biasa saja. Audrey terdiam sesaat, lalu mengangguk. "Baiklah, seperti yang kalian ucapkan saja." Jujur saja, dibenak audrey ia benar-benar merasa penasaran dengan isi lantai tiga itu. Audrey yang sibuk berpiki