Audrey tidak nyaman dengan tatapan yang orang-orang layangkan pada mereka. "Ayo kita pergi." ajak Audrey lalu mengiring Salsa keluar dari pekarangan sekolah"Kakak akan mengantarmu pulang okey?" ujar Audrey menatap Salsa.Salsa yang mendengar itu tak bisa melunturkan rasa bahagianya. "Wah, ma-" 'tin tin tin'Audrey dan Salsa sontak menoleh ke sumber suara. Dimana terdapat mobil yang terparkir dihalaman sekolah, sosok pengemudi itu keluar yang membuat beberapa siswi-siswi yang masih berada disekolah memekik melihat sosok pemuda tampan juga tampak kaya raya.Audrey yang melihat itu segera menarik Salsa untuk segera keluar dari halaman sekolah menuju jalan raya. Tanpa mempedulikan Leo yang berteriak memanggilnya.Salsa yang bingung hanya terdiam membiarkannya tubuhnya ditarik oleh kakaknya."Audi, tunggu. Aku akan memberimu tumpangan, sekaligus kita harus membahas beberapa hal." Cegat Leo pada Audrey dan Salsa yang akan menaiki bus.Audrey tersenyum manis. "Tidak perlu Leo, tidak ada ya
Audrey menatap Leo dengan mata yang tajam, tak terpengaruh oleh senyum lebar pria di depannya. “Bu Nina ingin bertemu denganku?” ulangnya, jelas masih meragukan maksud Leo.“Benar, Audi. Bu Nina sangat merindukanmu, hanya kamu yang bisa membantuku.” jawab Leo, berusaha terdengar serius, meski senyum di wajahnya tak pernah pudar.Audrey mendesah pelan. “Leo, kita sudah selesai. Hubunganku dengan orang-orang di perusahaan Mikie juga sudah selesai sejak lama. Kalau memang penting, mereka bisa menghubungiku langsung. Tidak perlu lewat kamu.”Leo tertawa kecil, tampak sedikit canggung. “Audi, kau tahu aku masih peduli padamu. Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan baik untukmu.”Audrey menggelengkan kepalanya, mencoba menahan diri agar tidak memperkeruh suasana. “Pedulimu tidak relevan lagi, Leo. Aku sudah menjalani hidupku tanpa perlu melibatkanmu. Jadi, tolong jangan melibatkan aku lagi dalam kehidupanmu.”Leo terdiam sejenak, matanya
Hari baru akhirnya tiba, Audrey dengan semangat memakan sarapannya dengan cepat guna mempersingkat waktu untuk segera berangkat sekolah.Elang yang juga hari itu sarapan bersama terlihat santai tak berpengaruh melihat Audrey yang terburu-buru."Sekarang, kau memiliki pelayan pribadi." ujar Elang membuat Audrey yang tadinya beranjak dari tempat duduknya segera menatap Elang."Tapi untuk apa ya kak?" tanya Audrey sembari mendudukan bokongnya pada kursi lagi."Nick." balas Elang singkat lalu segera keluar menuju perusahaannya meniggalkan Audrey yang tampak bingung dengan apa yang Elang maksud.Grett yang berdiri tidak jauh dari itu segera mendekati Audrey. "Makna dari ucapan tuan adalah nyonya bisa menanyakan hal itu kepada tuan Nick." jelas Grett.Audrey terlihat mengangguk-anggukkan kepala dengan bibir membentuk huruf o, "Terima kasih, Grett." ucap Audrey lalu segera pergi menuju tempat mobil berada.Audrey semakin mempercepat laju jalannya saat mobil yang dikemudi pak Gaga terlihat, "
Audrey merasa semakin penasaran setelah percakapannya dengan Nick. Meskipun ia sudah menduga bahwa kehadiran Mia ada hubungannya dengan keselamatan dirinya, Audrey masih tidak puas karena alasan spesifiknya tidak diberikan. Di dalam lift, pikirannya melayang-layang, mencoba menebak apa yang sedang dipikirkan Elang.Ketika pintu lift terbuka, "Apakah semuanya berjalan lancar, Nyo—eh, Audi?" Mia memperbaiki ucapannya dengan cepat, mencoba mengikuti permintaan Audrey untuk memanggilnya lebih santai saat di luar mansion.Audrey tersenyum kecil, menghargai usaha Mia. "Ya, semuanya baik-baik saja, tapi aku belum mendapatkan jawaban yang jelas." ujarnya sambil berjalan menuju mobil yang telah dipersiapkan.Sepanjang perjalanan pulang, Audrey tidak bisa berhenti berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kakaknya tiba-tiba merasa perlu memberikan pelayan pribadi? Apakah ada sesuatu yang sedang ia lindungi?"Kita lihat saja nanti, aku akan bicara langs
6 bulan kemudianKehidupan Audrey tampak damai tentram dan selesainya ujian tengah semester yang sudah ia lakukan. Membuat Audrey merasa bebas dari beban juga bahagia.Malam tahun baru ini, mereka habiskan dengan keluarga juga sahabat dari mertuanya.Audrey tampak berbincang dengan Melani- putri bungsu Sisil dan Dio.Kembang api yang mulai dinyalakan membuat semua orang berkumpul dilatar taman menatap langit, tak jarang juga ada yang mengabadikan dengan merekam kembang api yang akan keluar dengan indah. Malam itu, suasana terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Audrey berdiri di samping Melani, menikmati percakapan ringan sambil sesekali melirik ke arah langit, menunggu ledakan kembang api berikutnya. Suara tawa dan canda keluarga serta sahabat mengisi malam, membuat Audrey merasa sangat bersyukur. Ujian dan beban pikirannya, seolah menghilang selama malam perayaan ini."Langit malam ini indah sekali." ujar Melani, menoleh ke Audre
Kicauan burung dan matahari yang mulai terbit tidak membuat Audrey terbangun dari tidurnya yang pulas. Begadang malam sebelumnya membuat Audrey tertidur nyenyak, sama halnya dengan Elang yang masih terlelap di sebelahnya.Di depan kamar mereka, Maudy tampak ragu untuk mengetuk pintu. Namun, baru saja ingin memutar kenop, ia terkejut ketika dipeluk dari belakang. Maudy memegang dadanya, terkejut, dan langsung bertanya kesal. "Ada apa sih, Yang?" sambil menoleh ke Peter.Peter tertawa pelan, lalu menggendong Maudy menjauh dari kamar Elang dan Audrey. "Jangan ganggu mereka. Lebih baik kita turun, yang lain sudah menunggu." jelas Peter, tak ingin Maudy mengganggu putra dan menantunya.Maudy akhirnya menurut, dan mereka bergabung untuk sarapan bersama yang lain. Waktu terus berlalu hingga pukul sembilan, saat Audrey dan Elang akhirnya turun menuju dapur. Mereka melewati ruang santai, di mana semua orang sudah berkumpul.Darren, yang selalu usil, berdeh
Audrey yang ditatap seperti itu merasa panik, "Aku hanya ingin mengajak satu adik perempuan dari Panti asuhan, apakah boleh?" cicit Audrey Gea tertawa, "Astaga, mommy pikir kamu tidak setuju untuk liburan." ujar Gea merasa lega"Iya, ajak aja sayang, itu hak kamu kok." timpal Sisil menyetujui"Benar, apakah yang namanya Salsa itu?" tanya Maudy memastikan Audrey mengangguk-anggukkan kepala, "Iya yang itu ma." jawab Audrey singkat dengan senyum lebar.Kenneth tersenyum tipis saat nama Salsa disebut. Elang, yang berada di sampingnya, hanya memutar bola matanya dengan malas, seolah sudah tahu apa yang akan dilakukan adiknya.Gea, yang mendengar nama itu, terlihat tertarik. "Apakah itu anak yang tidak tertarik dengan mainan yang Dio bawa untuk mengalihkan perhatian anak-anak?" tanya Gea penasaran.Maudy mengangguk. "Iya, Gea. Benar, yang itu." jawabnya singkat.Audrey, yang tampak tidak tahu apa-apa, mendengarkan d
Ketika asyik berbincang, kedatangan Elang tiba-tiba membuat Salsa merasa terkejut bangkit dari posisi rebahannya. Salsa masih merasa canggung untuk berbincang dengan suami kakaknya itu."Bunda dan ibu sudah memberi izin, apakah Salsa juga sudah kamu beritahu?" tanya Elang dengan lembut duduk disamping Audrey.Kini posisi Audrey berada ditengah-tengah antara Elang dan Salsa.Salsa yang mendengar itu mengulas senyum. "Kak Audi sudah memberitahu Sasa kok kak. Sasa juga ingin ikut, terima kasih keluarga kak Elang sudah mengajak Sasa untuk ikut." ujar Salsa tulus mengulas senyum manis, ternyata Elang sangat ramah. Berbeda dengan pandangannya.Elang tersenyum. "Syukurlah jika sudah, tentu saja Salsa. Terlalu dini untuk kamu berterima kasih." Elang lalu menatap Audrey, "Sepertinya kita harus kembali, by. Hari mulai petang." ujarnya menatap AudreyAudrey menganggu, benar sekarang sudah sore hari. "Kakak pulang dulu, Sa. Besok kakak akan
Sepulang sekolah, Audrey langsung mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga kasual dan memulai sesi jogging sore di sekitar halaman mansion. Langit senja tampak indah, memberikan suasana yang menenangkan. Langkah-langkah kecilnya berirama, seiring dengan detak jantung yang semakin cepat. Setelah berlari beberapa putaran, ia memutuskan untuk berhenti dan kembali ke kamar. Setelah membersihkan diri, Audrey merebahkan tubuhnya di sofa empuk di dalam kamarnya. Tubuhnya yang lelah terasa segar setelah mandi, namun ia tetap merasakan sedikit keletihan. Dengan malas, tangannya meraih ponsel di atas meja samping, membuka sosial media sekadar untuk membuang waktu. Tak ada yang menarik, hanya foto-foto dan video biasa dari teman-temannya. Hatinya masih terbayang kejadian di sekolah tadi, terutama hasil ujiannya yang membuatnya bahagia. Tak terasa, waktu makan malam tiba. Audrey turun ke ruang makan, di mana Elang sudah duduk d
Setelah makan malam sendirian, Elang berjalan menuju perpustakaan di mansion, di mana Audrey sudah menunggunya. Audrey duduk di depan meja besar dengan beberapa buku matematika terbuka di hadapannya. Ia terlihat serius menyiapkan catatan, meski sesekali terlihat melamun. Elang membuka pintu dan melangkah masuk dengan tenang, suaranya rendah namun cukup untuk menarik perhatian Audrey. "Siap untuk belajar malam ini?" Audrey menoleh, tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku sudah menyiapkan semua buku dan soal-soal yang perlu kupelajari." Elang duduk di samping Audrey, memandang buku-buku yang berserakan. "Baiklah, kita mulai dari mana? Fungsi atau trigonometri?" Audrey menghela napas. "Trigonometri mungkin? Aku masih merasa sedikit bingung dengan konsep sinus dan kosinus." Elang mengangguk, mengambil sebatang pensil dan mulai menjelaskan. Dengan sabar, ia menjelaskan konsep dasar trigonom
Audrey dan Maudy tengah sibuk berbelanja, mengitari berbagai toko dengan penuh semangat. Ketika tiba-tiba Maudy memekik kaget, “Nina?!” Audrey menoleh dan melihat seorang wanita elegan, Nina, berjalan mendekat dengan senyum lebar. Maudy bergegas menghampiri dan memeluknya erat. “Ya ampun, sudah lama sekali tidak bertemu!” Nina balas memeluk Maudy dengan hangat. "Maudy! Betapa menyenangkan bisa bertemu di sini! Sudah bertahun-tahun rasanya." Setelah berpelukan, Maudy langsung mengajak Nina untuk makan bersama. "Ayo kita makan, Nina. Sudah lama kita tidak berbicara banyak." Mereka lalu menuju restoran terdekat. Audrey mengikuti, tetap tenang, meski merasa asing dengan pertemuan ini. Ketika mereka duduk, Nina menyapa Audrey dengan senyum hangat. "Audrey, ya? Senang bertemu lagi. Apa kamu tidak bersekolah hari ini?" tanya Nina dengan nada santai, melihat Audrey yang mengenakan pakaian kasual alih-
Pagi itu, Audrey duduk di bangku kelas dengan wajah yang terlihat cerah. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian malam sebelumnya ketika ia belajar bersama Elang di perpustakaan. Hatinya berdebar setiap kali mengingat senyum tipis dan suara lembut Elang yang dengan sabar menjelaskan soal-soal matematika. Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya. Teman-teman sekelas mungkin tak menyadari, tapi bagi Audrey, kejadian semalam itu sangat istimewa. Ia merasa lebih dekat dengan suaminya, meski semuanya berjalan secara alami, tanpa dipaksakan. Saat bel berbunyi, menandakan akhir jam pelajaran, ia tersadar dari lamunannya. ° Ketika Audrey keluar dari gerbang sekolah, menuju halte bus, dibelakangnya Mia senantiasa mengikutinya. Audrey terlihat kebingungan saat tidak menemukan mobil yang biasa pak Gaga supiri. Mia mendekatkan tubuhnya pada Audrey, "Itu adalah mobil Nyonya besar. Mari saya an
Audrey berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah anggun dan tenang. Di belakangnya, Mia mengikuti sambil membawa beberapa kotak berisi dessert yang telah dibuat oleh Audrey semalam. Sinar matahari pagi menyoroti wajah Audrey yang tampak tenang, meskipun di baliknya, ia menyimpan sedikit rasa bersalah karena tak bisa mengikuti acara di panti asuhan kemarin. Sesampainya di depan kelas, Audrey menoleh ke Mia, "Nanti pas jam istirahat, aku ingin memberikannya pada Salsa. Ini sebagai permintaan maaf." Mia mengangguk sopan, "Tentu, nona." drrt drrt Mia segera merogoh saku rok nya, mengambil handphonenya yang bergetar. Mia menatap Audrey, "Saya ijin mengangkat nona. Silahkan anda memasuki kelas terlebih dahulu." ujarnya lalu membukakan pintu kelas yang masih tertutup. Audrey hanya mengangguk, lalu duduk dengan tenang. Kelas mulai ramai seiring berjalannya waktu, menunggu pembelajaran akan dimu
Mobil melaju pelan menyusuri jalan kota yang mulai ramai dengan aktivitas pagi. Audrey duduk di kursi penumpang, sesekali melirik ke arah Elang yang tampak serius mengemudi. Suasana di dalam mobil terasa hening, namun keheningan itu bukanlah hal yang canggung. Ada sesuatu yang nyaman dalam diam mereka berdua. "Kak, kenapa tiba-tiba ingin mengantarku?" tanya Audrey akhirnya, memecah keheningan yang terasa cukup lama. Elang melirik sekilas ke arah Audrey, lalu kembali fokus ke tabletnya. "Aku hanya ingin memastikan kamu sampai dengan aman," jawabnya singkat, namun senyum tipis muncul di sudut bibirnya. Audrey merasa jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Perhatiannya pada hal-hal kecil seperti ini selalu membuat Audrey merasa tersentuh, meski Elang jarang menunjukkan perhatiannya secara terang-terangan. "Aku selalu aman, Kak." Audrey berusaha menggodanya sedikit. Elang tersenyum
Hingga makan malam tiba, Audrey yang baru saja turun dari tangga melihat Elang yang juga baru saja turun menggunakan lift. Audrey hanya melengos langsung menuju meja makan, diikuti Elang yang mengikutinya dengan heran. Audrey dan Elang memakan makanannya dengan tenang, makanan mulai diganti dengan makanan penutup. "Hmm, dessert matcha ini lezat. Siapa yang membuatnya, Grett?" tanya Elang setelah menghabiskan satu wadah dessert itu. Grett terlihat melangkah mendekat, lalu berbisik membuat Elang menatap Audrey yang fokus memakan dessert cokelat. "Apakah benar kau yang membuatnya?" tanyanya memastikan. Audrey menatap tempat dessert yang tidak tersisa dihadapan Elang. "Itu? iya aku membuatnya beberapa." jawabnya Elang mengangguk puas, "Baiklah, kau ingin hadiah apa sebagai
Audrey lalu menelepon bunda panti. Dering ketiga telepon itu langsung diangkat. 'Halo Audi sayang.' "Halo bunda, maaf Audi tidak bisa mengikuti acara hari ini. Kak Elang mengajakku keluar jadi aku tidak bisa." 'Ah sayang tidak masalah, bunda senang kamu dan tuan pertama semakin dekat.' bip setelah mengobrol cukup lama Audrey mengakhiri sambungan telepon lalu mulai membershikan tubuhnya. Audrey mulai berkutat mengerjakan tugas rumah selama beberapa jam. 'tok tok tok' "Selamat sore nyonya, bibi Grett telah menunggu anda di dapur sesuai apa yang anda perintahkan." jelas Mia setelah memasuki kamar Audrey. Audrey segera beranjak dari meja belajarnya lalu turun menuju dapur berada. Sesampainya disana terlihat Grett menunggunya dengan beberapa bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai perintah Audrey.
Audrey mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis. "Terima kasih, Mia. Aku harap pelajaran nanti tidak seberat matematika tadi." Mia tertawa kecil. "Yakinlah, nona. Semuanya akan baik-baik saja." Audrey mulai makan, mencoba mengalihkan pikirannya dari nilai buruk yang baru saja ia dapatkan, dan berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih giat belajar agar tidak mengulang kegagalan ini. ° Jam pulang sudah tiba, Audrey dan Mia yang berjalan riang menuju halte bis menoleh saat merasa bahunya ditepuk oleh seseorang. "Astaga sa, ada apa?" tanga Audrey Salsa menggeleng kepala, "Astaga kakak, kakak lupa ya kalau dipanti hari ini ada acara. Apakah kakak jadi akan kesana?" tanya Salsa Audrey tersenyum tipis, menggeleng. "Maaf ya sa, kakak belum izin ke suami kakak. Jadi nanti kakak akan menelepon bunda sebagai balasa