Audrey menatap Leo dengan mata yang tajam, tak terpengaruh oleh senyum lebar pria di depannya. “Bu Nina ingin bertemu denganku?” ulangnya, jelas masih meragukan maksud Leo.“Benar, Audi. Bu Nina sangat merindukanmu, hanya kamu yang bisa membantuku.” jawab Leo, berusaha terdengar serius, meski senyum di wajahnya tak pernah pudar.Audrey mendesah pelan. “Leo, kita sudah selesai. Hubunganku dengan orang-orang di perusahaan Mikie juga sudah selesai sejak lama. Kalau memang penting, mereka bisa menghubungiku langsung. Tidak perlu lewat kamu.”Leo tertawa kecil, tampak sedikit canggung. “Audi, kau tahu aku masih peduli padamu. Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan baik untukmu.”Audrey menggelengkan kepalanya, mencoba menahan diri agar tidak memperkeruh suasana. “Pedulimu tidak relevan lagi, Leo. Aku sudah menjalani hidupku tanpa perlu melibatkanmu. Jadi, tolong jangan melibatkan aku lagi dalam kehidupanmu.”Leo terdiam sejenak, matanya
Hari baru akhirnya tiba, Audrey dengan semangat memakan sarapannya dengan cepat guna mempersingkat waktu untuk segera berangkat sekolah.Elang yang juga hari itu sarapan bersama terlihat santai tak berpengaruh melihat Audrey yang terburu-buru."Sekarang, kau memiliki pelayan pribadi." ujar Elang membuat Audrey yang tadinya beranjak dari tempat duduknya segera menatap Elang."Tapi untuk apa ya kak?" tanya Audrey sembari mendudukan bokongnya pada kursi lagi."Nick." balas Elang singkat lalu segera keluar menuju perusahaannya meniggalkan Audrey yang tampak bingung dengan apa yang Elang maksud.Grett yang berdiri tidak jauh dari itu segera mendekati Audrey. "Makna dari ucapan tuan adalah nyonya bisa menanyakan hal itu kepada tuan Nick." jelas Grett.Audrey terlihat mengangguk-anggukkan kepala dengan bibir membentuk huruf o, "Terima kasih, Grett." ucap Audrey lalu segera pergi menuju tempat mobil berada.Audrey semakin mempercepat laju jalannya saat mobil yang dikemudi pak Gaga terlihat, "
Audrey merasa semakin penasaran setelah percakapannya dengan Nick. Meskipun ia sudah menduga bahwa kehadiran Mia ada hubungannya dengan keselamatan dirinya, Audrey masih tidak puas karena alasan spesifiknya tidak diberikan. Di dalam lift, pikirannya melayang-layang, mencoba menebak apa yang sedang dipikirkan Elang.Ketika pintu lift terbuka, "Apakah semuanya berjalan lancar, Nyo—eh, Audi?" Mia memperbaiki ucapannya dengan cepat, mencoba mengikuti permintaan Audrey untuk memanggilnya lebih santai saat di luar mansion.Audrey tersenyum kecil, menghargai usaha Mia. "Ya, semuanya baik-baik saja, tapi aku belum mendapatkan jawaban yang jelas." ujarnya sambil berjalan menuju mobil yang telah dipersiapkan.Sepanjang perjalanan pulang, Audrey tidak bisa berhenti berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kakaknya tiba-tiba merasa perlu memberikan pelayan pribadi? Apakah ada sesuatu yang sedang ia lindungi?"Kita lihat saja nanti, aku akan bicara langs
6 bulan kemudianKehidupan Audrey tampak damai tentram dan selesainya ujian tengah semester yang sudah ia lakukan. Membuat Audrey merasa bebas dari beban juga bahagia.Malam tahun baru ini, mereka habiskan dengan keluarga juga sahabat dari mertuanya.Audrey tampak berbincang dengan Melani- putri bungsu Sisil dan Dio.Kembang api yang mulai dinyalakan membuat semua orang berkumpul dilatar taman menatap langit, tak jarang juga ada yang mengabadikan dengan merekam kembang api yang akan keluar dengan indah. Malam itu, suasana terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Audrey berdiri di samping Melani, menikmati percakapan ringan sambil sesekali melirik ke arah langit, menunggu ledakan kembang api berikutnya. Suara tawa dan canda keluarga serta sahabat mengisi malam, membuat Audrey merasa sangat bersyukur. Ujian dan beban pikirannya, seolah menghilang selama malam perayaan ini."Langit malam ini indah sekali." ujar Melani, menoleh ke Audre
Kicauan burung dan matahari yang mulai terbit tidak membuat Audrey terbangun dari tidurnya yang pulas. Begadang malam sebelumnya membuat Audrey tertidur nyenyak, sama halnya dengan Elang yang masih terlelap di sebelahnya.Di depan kamar mereka, Maudy tampak ragu untuk mengetuk pintu. Namun, baru saja ingin memutar kenop, ia terkejut ketika dipeluk dari belakang. Maudy memegang dadanya, terkejut, dan langsung bertanya kesal. "Ada apa sih, Yang?" sambil menoleh ke Peter.Peter tertawa pelan, lalu menggendong Maudy menjauh dari kamar Elang dan Audrey. "Jangan ganggu mereka. Lebih baik kita turun, yang lain sudah menunggu." jelas Peter, tak ingin Maudy mengganggu putra dan menantunya.Maudy akhirnya menurut, dan mereka bergabung untuk sarapan bersama yang lain. Waktu terus berlalu hingga pukul sembilan, saat Audrey dan Elang akhirnya turun menuju dapur. Mereka melewati ruang santai, di mana semua orang sudah berkumpul.Darren, yang selalu usil, berdeh
Audrey yang ditatap seperti itu merasa panik, "Aku hanya ingin mengajak satu adik perempuan dari Panti asuhan, apakah boleh?" cicit Audrey Gea tertawa, "Astaga, mommy pikir kamu tidak setuju untuk liburan." ujar Gea merasa lega"Iya, ajak aja sayang, itu hak kamu kok." timpal Sisil menyetujui"Benar, apakah yang namanya Salsa itu?" tanya Maudy memastikan Audrey mengangguk-anggukkan kepala, "Iya yang itu ma." jawab Audrey singkat dengan senyum lebar.Kenneth tersenyum tipis saat nama Salsa disebut. Elang, yang berada di sampingnya, hanya memutar bola matanya dengan malas, seolah sudah tahu apa yang akan dilakukan adiknya.Gea, yang mendengar nama itu, terlihat tertarik. "Apakah itu anak yang tidak tertarik dengan mainan yang Dio bawa untuk mengalihkan perhatian anak-anak?" tanya Gea penasaran.Maudy mengangguk. "Iya, Gea. Benar, yang itu." jawabnya singkat.Audrey, yang tampak tidak tahu apa-apa, mendengarkan d
Ketika asyik berbincang, kedatangan Elang tiba-tiba membuat Salsa merasa terkejut bangkit dari posisi rebahannya. Salsa masih merasa canggung untuk berbincang dengan suami kakaknya itu."Bunda dan ibu sudah memberi izin, apakah Salsa juga sudah kamu beritahu?" tanya Elang dengan lembut duduk disamping Audrey.Kini posisi Audrey berada ditengah-tengah antara Elang dan Salsa.Salsa yang mendengar itu mengulas senyum. "Kak Audi sudah memberitahu Sasa kok kak. Sasa juga ingin ikut, terima kasih keluarga kak Elang sudah mengajak Sasa untuk ikut." ujar Salsa tulus mengulas senyum manis, ternyata Elang sangat ramah. Berbeda dengan pandangannya.Elang tersenyum. "Syukurlah jika sudah, tentu saja Salsa. Terlalu dini untuk kamu berterima kasih." Elang lalu menatap Audrey, "Sepertinya kita harus kembali, by. Hari mulai petang." ujarnya menatap AudreyAudrey menganggu, benar sekarang sudah sore hari. "Kakak pulang dulu, Sa. Besok kakak akan
Setelah mereka semua selesai menghabiskan minuman juga camilan, mereka pun bersiap untuk pergi. Mobil sudah menunggu di depan, dan Pak Gaga berdiri di sampingnya dengan siap untuk mengantar mereka. Audrey melihat Salsa yang tampak tak bisa diam, penuh antusiasme untuk apa yang akan mereka beli. Dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan, suasana di dalam mobil dipenuhi canda dan tawa. Salsa tak berhenti bertanya apa yang harus mereka beli, sementara Gea dan Maudy memberikan saran dengan penuh perhatian. Audrey duduk di samping Salsa, merasa bahagia melihat adiknya begitu antusias, sambil juga bersyukur bahwa keluarga Elang selalu hadir dan mendukung setiap langkah yang diambil.Akhirnya mereka sampai di mall, mereka mulai berpencar dengan membawa daftar yang sudah Maudy dan Gea persiapkan. Audrey yang berkeliling dengan Salsa, dikejutkan dengan tepukan dibahunya.Audrey menoleh, alisnya mengerut ketika menatap sosok wanita. "Ada apa ya?" tanya Audrey terlihat biasa, sedangkan Salsa