Flashback
Para rombongan Raja yang sedang berkampanye, tiba tiba diberhentikan oleh Varma beserta beberapa orang lainnya yang berprofesi petani.
"Kau." ucap Raja.
"Anda ingin membiarkan ladang kami tandus dengan mengalihkan aliran air, mengapa?" tanya Varma.
"Aku adalah Raja, dan ini wilayah kekuasaanku. Aku hanya melakukan apa yang saya inginkan." jawab Raja.
"Apakah anda kehilangan Istana anda? Anda tidak bisa egois, dan mau menang sendiri."
"Kebetulan Anda menjadi Menteri dibagian negara, oleh karena itu saya tidak bisa tinggal diam saja dan melupakan masalah ini. Dengar, Menteri yang menangani masalah pegadaian tanah dan petani." ucap Varma lagi.
"Maksudmu, ayahku adalah Menteri petani biasa?" tanya Max.
"Tanah bisa hancur kapan saja!" jawab Varma.
"Diam!!! Cobalah untuk mencapai tingkat yang sama seperti saya! Baru berkomentar!" Bentak Raja.
"Jangan pernah menyamakan kami dengan seorang koruptor!" jawab Varma.
"Astaga, kau mengatakan koruptor?" tanya Mitu seorang antek Raja.
"Apakah Raja tidak menerima suap, membuat mengalihkan aliran sungai itu?" ucap Varma dengan tegas membuat Raja kaget dan juga tampak marah.
"Aku memberikan waktu sepuluh hari untuk mengembalikan aliran air ke ladang kami!" ucap Varma lagi sambil menunjuk Raja kemudian berlalu dari sana bersama para petani yang lain.
"Aku akan mengurusnya ayah." ucap Max.
Raja sangat marah dengan tindakan Varma tersebut.
"Dia begitu terobsesi akan hal itu." ucap Raja geram.
Flashback selesai.
***
"Tidak heran, mengapa Maura terlihat aneh setelah perjalanan tour itu." ucap bibi Maura.
"Mungkin karena mereka saling mencintai." ucap Bibi lagi.
Raja yang mendemgar hal tersebut menjadi sangat marah, ia memcahkan potol kaca dengan tangannya sendiri membuat bibi Maura menjadi kaget.
"Siapa orang ini? Rendra?" tanya Raja.
"Anak Varma Gulshan, ayah." jawab Max membuat bola mata Raja membulat karena kaget.
"Dia sendiri yang mengumumkannya, Raja." ucap Mitu yang kemudian di tampar oleh Raja.
"Darah? Mengapa ada darah karena sebuah tamparan?" tanya Mitu bego, padahal itu darah Raja yang telah memecahkan botol kaca dengan tangannya sendiri.
"Sekarang kau bertanya, mengapa kau ditempeleng?" tanya Raja pada Mitu.
"Mengapa anda tidak bisa mengalahkan seorang pria dan sebagainya? tanya Mitu sambil menangis.
"Kau benar benar ingin tahu apa yang dapat salah lakukan pada seorang pria? tanya Raja dengan menyeringai seram.
"Tidak, tidak. Tiba tiba perutku sakit! Tapi ayah, aku hanya memperingatka. Jangan lakukan itu!" ucap Mitu.
"Orang ini telah dihina masyarakat, dan anaknya. Rendra, telah mempermainkan kehormatan keluarga saya!"
"Lalu kau mengatakan supaya aku tidak melakukan apa apa?" ucap Raja lagi.
"Pertama tama kita harus menegur Maura terlebih dahulu." ucap bibi Maura.
"Jangan kau berani, dengar baik baik Maura tidak pernah belajar untuk masalah seperti ini." ucap Raja.
"Aku mempunyai rencana tersendiri untuk hal ini." ujar Raja lagi.
****
Seorang polisi menghentikan langkah Maura, saat gadis itu sedang berjalan.
"Nona Maura, kau bermain kartu ucapan hari ini. Bersenang senang lah! bersenang senanglah!" ucap Vinot, polisi tersebut yang diundang oleh Raja.
"Ini adalah kenyataan yang menyenangkan dalam hidup." ucap Vinot lagi.
Maura hanya menoleh sambil tersenyum dan ia berlalu begitu saja. Vinot memasuki rumah Maura, karena ia memang sudah ditunggu oleh Raja di dalam.
"Aku ingin menghancurkan Rendra dan keluarganya. Untuk memulai hal ini bukan sesuatu yang besar. Tapi bagaimana caranya kita menangkap mereka?" ucap Raja pada Vinot.
Tiba tiba saja Sobri datang, Sobri adalah salah satu tetangga Rendra dan ia bekerja dengan Raja.
"Aku bisa memberitahu anda salah satu caranya, tuan." ucap Sobri.
"Saya pernah melihat, pak Varma memberikan akomodasi kepada para tetoris tempo hari untuk satu malam." ucap Sobri.
Vinot dan Raja saling pandang, akhirnya kini mereka menemukan sebuh cara untuk menghancurkan keluarga tersebut tanpa harus menggunakan tenaga.
****
Di tempat lain terlihat Maura sedang berjalan disebuah taman yang sepi untuk menemui sang kekasih yang sudah sangat ia rindukan. Namun ia tidak menemukan Rendra disana, karena kekasihnyanitu tengah bersembunyi.
"Oke, jadi kau bersembumyi disuatu tempat. Baiklah jika kau tidak keluar secepat mungkin maka aku akan pergi sekarang juga." ucap Maura.
Rendra yang masih bersembunyi di balik pohon menjadi kaget karena mendengar ucapan Maura, kemudian ia segera keluar dari tempat persembunyiannya.
"Maura, berhenti" ucap Rendra membuat Maura menghentikan langkahnya dan menoleh. Rendra menghampirinya.
"Jangan pergi, jangan pergi." ucap Rendra.
"Mengapa aku harus tetap disini? Apakah pantas untuk kau bersembunyi dan menyulitkan orang? ucap Maura sambil mendekat kebarah Rendra dan membenarkan kancing kemeja Rendra yang sedikit terbuka.
"Tidak, tapi apakah pantas membuat seseorang menunggu begitu lama" jawab Rendra.
"Tidak, hanya saja aku baru mendapatkan maslah. Tapi apa kau akan memgerti masalahku?" ucap Maura yang hendak berlalu namun di tahan oleh Rendra.
"Putri dari orang kaya punya masalah? Itu hanya ada dalam nasib pria sepertiku yang mana hidup dijalanan dan diladang." ucap Rendra.
"Itu kau, selalu menangis pada nasibmu! Apa kau tahu nasib seseorang yang menangisi nasib mereka?" tanya Maura sambil mengelus rambut Rendra dengan sayang.
"Nasibku tidak bisa membuatku menangis, karena cintamu ada bersamaku." jawab Rendra.
Maura menghela nafasnya pelan dan berjalan mendekati Rendra.
"Itulah masalahnya, maksudku..."
"Pernikahanku telah diatur." ucap Maura membuat Rendra kaget.
"Apa? Apa yang kau katakam?" tanya Rendra.
"Ayahku telah mengatur pernikahanku, mereka adalah orang yang sangat kaya. Tanah, harta mereka memiliki semuanya. Papa telah mencarikan pangeran yang sebenarnya." ucap Maura dengan sungguh sungguh.
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan pengemis ini?" ucap Rendra.
"Aku datang untuk mengatakan keputusanku, ini mungkin akan menjadi pertemuan terakhir kita." ucap Maura sambil berlalu.
"Kita tidak dapat bertemu lagi setelah ini, aku pergi." ucap Maura sambil menangis.
Rendra mengejar Maura, dan menahannya.
"Kau mau kemana?" tanya Rendra.
"Ada apa? Kau ketakutan? Kau takut? Kua benar benar takut?" ucap Maura sambil tertawa membuat Rendra semakin bingung dengan sikao kekasihnya itu.
"Mengapa kau tetawa?"
"Karena aku hanya bercanda." ucap Maura yang masih terus tertawa.
"Aku tidak suka dengan lelucon ini."
"Oh ya, lalu lelucon seperti apa yang kau sukai?"
"Bermain lelucon apapun padaku tapi tolong jangan berbual dengan hal yang berbau perpisahan kita. Lihat, jantungku berdebar dengan sangat kencang."
"Ndra, kau menanggapi semuanya dengan serius. Jika ini bensr terjadi suatu hari nanti?"
"Aku akan mengacaukan mereka!" jawab Rendra cepat.
"Siapa? Aku?"
"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu terancam. Aku akan mati sendiri." ucap Rendra membuat Maura kaget dan langsung membungkam bibir Rendra dengan tangannya.
"Kau bicara tentang cinta dan kematian dengan nafas yang sama itu tidak terdengar baik." ucap Maura dan dihadiahi tawa kecil Rendra.
"Siapa yang ingin mati."
"Siapa yang ingin mati, Maura. Jika aku mati aku akan selalu berdetak dalam hatimu seperti debaran jantungmu." ucap Rendra lagi.
Maura tersenyum lembut ke arah Rendra.
"Apa kau sangat mencintaiku?"
"Mengapa kau bertanya padaku, tanyakan pada debaran jantungmu. Apa dia akan berdebar kencang?" ujar Rendra.
"Jangan terlalu mencintaiku, Ndra. Kau akan tersiksa dsn sakit yang tidak perlu." ucap Maura.
"Apa spesialnya aku? ada apa denganku?" lagi Maura bertanya.
"Bukankan kau yang memulainya sebelum aku." jawab Rendra.
Maura dan Rendra menyusuri jalan bersama dengan saling berpelukan, sambil menikmati sore hari yang tenang itu. Mereka berjalan di taman yang tampak sepi."Ndra, kau bilang kau sangat mencintaiku. Seberapa besar kau mencintaiku? katakan padaku.""Aku jatuh cinta padamu, aku menjadi seperti orang gila."Maura bergeming kemudian tersenyum lembut ke arah Rendra. Mereka berlalu dari sana."Sampai jumpa kembali pukul dua belas tepat besok, kali ini jangan membuatku menunggu." ucap Rendra yang turun dari mobil Maura."Tunggu, Ndra." cekal Maura."Ya, kenapa?""Apa kau akan mengusirku juga kali ini?""Tak maukah kau mengenalkanku pada ibumu?" ucap Maura lagi.Rendra mengangguk sebagai respon."Ya, aku akan mengenalkanmu nanti." jawab Rendra."Tidak, aku akan menemuinya hari ini sendiri." kekeh Maura."Apa kau memaksa?""Tentu.""Baiklah, ayo." ajak Rendra yang melenggang terlebih dahulu meninggalkan Maura yang masih diam mematung di dalam mobilnya.Maura tersenyum girang kemudian ia turun dar
Tepat pukul lima sore, Rendra benar benar datang ke rumah Maura untuk bertemu dengan Raja. Ia menunggu di ruang tamu, keadaan rumah daat itu sedang sepi hanya ada Raja Maura dan bibinya.Raja melangkah menuruni anak tangga, ia melihat Rendra tengah duduk sendirian kemudian menghampirinya. Maura memperkrnalkan Rendra kepada sang ayah."Papa, kenalkan ini Varendra dia kekasihku." ucap Maura dengan tersenyum.Rendra mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Raja, namun tak dibalas oleh Raja. Raja malah berbalik badan memunggungi Rendra.Rendra sedikit tersinggung dengan tindakan Raja, ia merasa apakah dirinya sehina itu sehingga Raja tidak mau diajak berjabat tangan dengannya. Sedangkan Raja, ia tidak menyangka jika anaknya akan membawa sekaligus memperkenalkan Rendra dengannya sebagai seorang kekasih."Mengapa semuanya berdiri saja, mari silakan duduk." ujar Bibi Maura.Rendra duduk di sofa samping tempat duduk Maura, berhadapan dengan Raja. Rendra yang sudah terlanjur merasa tersin
Ditempat lain, Rendra menunggu sang kekasih datang dibawah sinar rembulan tepat ditepi danau. Ia bangkit begitu melihat Maura yang berjakan mendekat ke arahnya.Rendraberjakan menghampiri Maura dan memeluknya dengan erat seolah takut akan kehilangan pujaan hatinya itu."Aku tahu, kau akan datang." ucap Rendra."Aku tahu kau telah meninggalkan rumah Ayahmu demi aku.""Aku tahu kau akan datang, Maura.""Rendra...""Kau salah paham.""Aku tidak akan meninggalkan Ayahku.""Kau bercanda?" Rendra mengusap rambut Maura pelan."Aku tidak bercanda Ndra, aku mematuhi ayahku. Aku akan tetap tinggal dirumah Ayahku."Rendra kaget mendengar penuturan Maura, ia diam saja dan mendekati sang kekasih yang tengah memunggunginya. Kemudian memeluknya dengan erat."Lalu bagaimana denganku?""Ndra, aku memang tidak akan meninggalkan ayahku tapi bukan berarti aku juga akan meninggalkanmu.""Maksudmu apa Maura?""Ya Ndra, kita akan tetap bersama sama karena Ayahku sudah setuju dengan hubungan kita berdua.""A
Didepan sel yang dimaksud oleh petugas polisi tersebut mata Rendra melotot tajam, ia kaget melihat penampakan didepannya. Dimana sang ayah saat kini tubuhnya sedang digantung dengan kedua tangan dan kakinya terikat disisi kanan dan kirinya. Wajahnya pun penuh dengan lebam dan darah yang tampak sudah ada beberapa yang mengering disana. Ia sangat marah sekarang, mengapa polisi polisi itu harus melakukan hal seperti itu untuk mengintrogasi Ayahnya. Padahal belum jelas jika sang Ayah adalah komplotan dari teroris teroris tersebut.BrakkkkRendra menggebrak meja tempat polisi tadi sedang berjaga, kedua tangannya mencengkeram kerah baju petugas itu. Ia sangat marah melihat kondisi Ayahnya yang sangat memprihatinkan, hatinya ikut tergores. Ia tahu betul jika apa yang dituduhkan kepada Varma tidaklah benar, sedari kecil Varma selalu mengajarkan Rendra untuk menjunjung tinggi rasa Patriotisme dalam dirinya."Mengapa Ayahku diperlakukan seperti itu?" ucap Rendra marah, ia masih menghardik petug
Drap drap drapTerdengar derap langkah menggema diruangan itu, langkah seseorang terdengar mendekat kearah mereka. Kepala Rendra masih saja tertunduk lemas ke bawah, ia bisa melihat sepasang sepatu kini tengah berdiri di depannya."Makanya jadi orang jangan sok, harus punya sopan santun. Miskin saja belagu!" maki petugas polisi tersebut.Orang yang berdiri didepan Rendra tersenyum smirk, Rendra mengangkat wajahnya melihat siapa orang itu. Ia kaget melihat wajah Raja yang tersenyum kepadanya, Raja mencengkeran wajah Rendra menelisik lebam yang tercetak di wajah pria itu. Kemudian meminta uang dari bawahannya untuk diberikan kepada polisi itu."Kerja bagus, ini untuk kalian. Belilah makanan dan apa saja yang kalian mau dengan uang ini." ucap Raja."Saatnya untuk bersenang senang." ujar Wira petugas polisi yang menyiksa sepasang anak dan ayah itu. Rendra memandang bergantian uang itu dan mereka semua."Terima kasih bos, senang bekerjasama dengan anda!"Kini Rendra sedikit paham dengan ap
Di kediaman keluarga Gulshan, disebuah kamar ada seorang wanita paruh baya tengah duduk dan merajut sebuah pakaian. Ia adalah Bu Rima Gulshan.Ditengah kesibukannya merajut pakaian tersebut, terdengarlah suara pintu di buka. Ia menengok karena di rumah dia hanya sendirian.Ceklek"Siapa disana?" tanya bu Rima.Bu Rima kaget saat melihat anaknya Varendra, yang sudah sangat lama sekali ia rindukan. Mereka terpaksa terpisah karena sebuah insiden yang terjadi. Insiden yang merubah seluruh kehidupan keluarga Gulshan."Ibu." ucap Varendra.Bu Rima bangkit menghampiri sang anak yang sangat ia rindukan."Rendra, anaku...""Ibu...."Mereka berdua saling berpelukan erat, dan menangis. Sungguh suara tangisan bu Rima terasa begitu memilukan untuk di dengar. Bu Rima yang tersadar segera melerai pelukan tersebut kemudian menutup pintu dan menguncinya rapat rapat.Penderitaan hidup yang mereka jalani sangat berat, tepat di mata bu Rima. Mereka selalu mengancam wanita paruh baya tersebut."Mengapa ka
"Apa kau akan ikut dalam perjalanan tour kampus kita?" tanya Maura."Tentu.""Bagus, kita bisa satu kelompok dan akan mencari tahu tentang gadis itu. Semoga kita bisa segera mengetahuinya.""Mengapa gadis ini begitu tergila gila padamu." ucap Maura lagi."Ide bagus."****Beberapa hari berlalu, kini tiba saatnya perjalanan tour kampus. Bus hampir saja berangkat, namun Rendra baru sampai. Disaat ia hendak duduk di kursinya lagi lagi ia menemukan sebuah surat disana.Maura menaiki bus tersebut dan di panggil oleh Rendra."Maura.""Ya, surat lagi?" tanya Maura."Bagaimana kau tahu?" Jawab Rendra."Dari wajahmu sudah terlihat jelas." jawab Maura enteng."Ya Maura, kau benar. Hal ini sangat cepat.""Permisi, ini tempat duduku." Tiba tiba Susi datang ke arah Maura dan Rendra, karena tempat duduk di samping Rendra adalah milik Susi.Rendra menoleh sebentar ke arah Susi, seorang gadis gendut berkulit coklat."Maaf, saya perlu bicara dengannya. Apakah kamu ingin mengambil tempat duduk sata saj
Susi masih saja mengejar ngejar Rendra di taman dengan dibantu teman teman mereka, Susi menangkap Rendra dan memeluknya dari belakang. Sambil Rendra terus bernyanyi dan menghindar dari Susi dan mendekat ke arah Maura.Ini tidak mungkinIni tidak mungkinAku tidak akan pernah jatuh cinta denganmuGadis impian sayaTidak ada di kehidupan nyataAku tidak akan menempatkannya sembarangan di hati sayaWalaupun dalam mimpi sayaTidak akan terjadiDi tengah keramaian yang terjadi, Maura melamun disana hanya ada dirinya dengan Rendra. Terlihat Rendra yang berusaha mengejar Maura, namun Maura terus saja menghindar dan bersembunyi agar tidak ketahuan identitasnya.Di atas kertasHati iniApakah gambarYang terbuat dari mimpiBibirmu terlihat seperti kelopak bungaMatamu seperti lautRambutnya belenggu murniSangat memabukan hatiIni adalah hal yang paling indahGadis di duniaGadis yang hidup di mimpi iniSebenarnya bisa saja adaDalam cermin mimpiDi tepi mata sayaGadis ini berada dalam pikira
Drap drap drapTerdengar derap langkah menggema diruangan itu, langkah seseorang terdengar mendekat kearah mereka. Kepala Rendra masih saja tertunduk lemas ke bawah, ia bisa melihat sepasang sepatu kini tengah berdiri di depannya."Makanya jadi orang jangan sok, harus punya sopan santun. Miskin saja belagu!" maki petugas polisi tersebut.Orang yang berdiri didepan Rendra tersenyum smirk, Rendra mengangkat wajahnya melihat siapa orang itu. Ia kaget melihat wajah Raja yang tersenyum kepadanya, Raja mencengkeran wajah Rendra menelisik lebam yang tercetak di wajah pria itu. Kemudian meminta uang dari bawahannya untuk diberikan kepada polisi itu."Kerja bagus, ini untuk kalian. Belilah makanan dan apa saja yang kalian mau dengan uang ini." ucap Raja."Saatnya untuk bersenang senang." ujar Wira petugas polisi yang menyiksa sepasang anak dan ayah itu. Rendra memandang bergantian uang itu dan mereka semua."Terima kasih bos, senang bekerjasama dengan anda!"Kini Rendra sedikit paham dengan ap
Didepan sel yang dimaksud oleh petugas polisi tersebut mata Rendra melotot tajam, ia kaget melihat penampakan didepannya. Dimana sang ayah saat kini tubuhnya sedang digantung dengan kedua tangan dan kakinya terikat disisi kanan dan kirinya. Wajahnya pun penuh dengan lebam dan darah yang tampak sudah ada beberapa yang mengering disana. Ia sangat marah sekarang, mengapa polisi polisi itu harus melakukan hal seperti itu untuk mengintrogasi Ayahnya. Padahal belum jelas jika sang Ayah adalah komplotan dari teroris teroris tersebut.BrakkkkRendra menggebrak meja tempat polisi tadi sedang berjaga, kedua tangannya mencengkeram kerah baju petugas itu. Ia sangat marah melihat kondisi Ayahnya yang sangat memprihatinkan, hatinya ikut tergores. Ia tahu betul jika apa yang dituduhkan kepada Varma tidaklah benar, sedari kecil Varma selalu mengajarkan Rendra untuk menjunjung tinggi rasa Patriotisme dalam dirinya."Mengapa Ayahku diperlakukan seperti itu?" ucap Rendra marah, ia masih menghardik petug
Ditempat lain, Rendra menunggu sang kekasih datang dibawah sinar rembulan tepat ditepi danau. Ia bangkit begitu melihat Maura yang berjakan mendekat ke arahnya.Rendraberjakan menghampiri Maura dan memeluknya dengan erat seolah takut akan kehilangan pujaan hatinya itu."Aku tahu, kau akan datang." ucap Rendra."Aku tahu kau telah meninggalkan rumah Ayahmu demi aku.""Aku tahu kau akan datang, Maura.""Rendra...""Kau salah paham.""Aku tidak akan meninggalkan Ayahku.""Kau bercanda?" Rendra mengusap rambut Maura pelan."Aku tidak bercanda Ndra, aku mematuhi ayahku. Aku akan tetap tinggal dirumah Ayahku."Rendra kaget mendengar penuturan Maura, ia diam saja dan mendekati sang kekasih yang tengah memunggunginya. Kemudian memeluknya dengan erat."Lalu bagaimana denganku?""Ndra, aku memang tidak akan meninggalkan ayahku tapi bukan berarti aku juga akan meninggalkanmu.""Maksudmu apa Maura?""Ya Ndra, kita akan tetap bersama sama karena Ayahku sudah setuju dengan hubungan kita berdua.""A
Tepat pukul lima sore, Rendra benar benar datang ke rumah Maura untuk bertemu dengan Raja. Ia menunggu di ruang tamu, keadaan rumah daat itu sedang sepi hanya ada Raja Maura dan bibinya.Raja melangkah menuruni anak tangga, ia melihat Rendra tengah duduk sendirian kemudian menghampirinya. Maura memperkrnalkan Rendra kepada sang ayah."Papa, kenalkan ini Varendra dia kekasihku." ucap Maura dengan tersenyum.Rendra mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Raja, namun tak dibalas oleh Raja. Raja malah berbalik badan memunggungi Rendra.Rendra sedikit tersinggung dengan tindakan Raja, ia merasa apakah dirinya sehina itu sehingga Raja tidak mau diajak berjabat tangan dengannya. Sedangkan Raja, ia tidak menyangka jika anaknya akan membawa sekaligus memperkenalkan Rendra dengannya sebagai seorang kekasih."Mengapa semuanya berdiri saja, mari silakan duduk." ujar Bibi Maura.Rendra duduk di sofa samping tempat duduk Maura, berhadapan dengan Raja. Rendra yang sudah terlanjur merasa tersin
Maura dan Rendra menyusuri jalan bersama dengan saling berpelukan, sambil menikmati sore hari yang tenang itu. Mereka berjalan di taman yang tampak sepi."Ndra, kau bilang kau sangat mencintaiku. Seberapa besar kau mencintaiku? katakan padaku.""Aku jatuh cinta padamu, aku menjadi seperti orang gila."Maura bergeming kemudian tersenyum lembut ke arah Rendra. Mereka berlalu dari sana."Sampai jumpa kembali pukul dua belas tepat besok, kali ini jangan membuatku menunggu." ucap Rendra yang turun dari mobil Maura."Tunggu, Ndra." cekal Maura."Ya, kenapa?""Apa kau akan mengusirku juga kali ini?""Tak maukah kau mengenalkanku pada ibumu?" ucap Maura lagi.Rendra mengangguk sebagai respon."Ya, aku akan mengenalkanmu nanti." jawab Rendra."Tidak, aku akan menemuinya hari ini sendiri." kekeh Maura."Apa kau memaksa?""Tentu.""Baiklah, ayo." ajak Rendra yang melenggang terlebih dahulu meninggalkan Maura yang masih diam mematung di dalam mobilnya.Maura tersenyum girang kemudian ia turun dar
FlashbackPara rombongan Raja yang sedang berkampanye, tiba tiba diberhentikan oleh Varma beserta beberapa orang lainnya yang berprofesi petani."Kau." ucap Raja."Anda ingin membiarkan ladang kami tandus dengan mengalihkan aliran air, mengapa?" tanya Varma."Aku adalah Raja, dan ini wilayah kekuasaanku. Aku hanya melakukan apa yang saya inginkan." jawab Raja."Apakah anda kehilangan Istana anda? Anda tidak bisa egois, dan mau menang sendiri.""Kebetulan Anda menjadi Menteri dibagian negara, oleh karena itu saya tidak bisa tinggal diam saja dan melupakan masalah ini. Dengar, Menteri yang menangani masalah pegadaian tanah dan petani." ucap Varma lagi."Maksudmu, ayahku adalah Menteri petani biasa?" tanya Max."Tanah bisa hancur kapan saja!" jawab Varma."Diam!!! Cobalah untuk mencapai tingkat yang sama seperti saya! Baru berkomentar!" Bentak Raja."Jangan pernah menyamakan kami dengan seorang koruptor!" jawab Varma."Astaga, kau mengatakan koruptor?" tanya Mitu seorang antek Raja."Apa
Keesokan harinya, di taman dekat kampus jam enam pagi. Rendra sudah berada disana, menunggu seseorang. Tak lama Maura pun datang, Rendra yang melihat hal itu menjadi kaget, dan membuatnya dugaaan prasangkanya dibenarkan."Kau? disini?" tanya Rendra.Maura yang kaget saat melihat Rendra pun akhirnya kembali berkilah, namun dia tidak melihat Susi disana."Ya, aku sedang berjalan jalan saja. Dia datang kesini?" kemudian ia memilih berdiri disamping Rendra."Kemarilah, duduk. Aku akan memberitahumu."ucap rendra menepuk tempat disebelahnya kemudian Maura duduk disana."Dia, sudah berada disini." ucap Rendra."Dimana?" tanya Maura."Ada dibalik pohon itu." ucap Rendra menunjuk sebuah pohon."Kalau begitu, pergilah dan temui dia." ujar Maura dengan memalingkan wajah."Mmmhh, tapi aku tidak berani. Tolong kau ikuti aku ya." ucap Rendra."Aku? tidak tidak.." tolak Maura."Ayolah, please Maura. Mau ya, ayo." Rendra menarik tangan Maura untuk mengikutinya.Rendra dan Maura berjalan menuju arah p
Susi masih saja mengejar ngejar Rendra di taman dengan dibantu teman teman mereka, Susi menangkap Rendra dan memeluknya dari belakang. Sambil Rendra terus bernyanyi dan menghindar dari Susi dan mendekat ke arah Maura.Ini tidak mungkinIni tidak mungkinAku tidak akan pernah jatuh cinta denganmuGadis impian sayaTidak ada di kehidupan nyataAku tidak akan menempatkannya sembarangan di hati sayaWalaupun dalam mimpi sayaTidak akan terjadiDi tengah keramaian yang terjadi, Maura melamun disana hanya ada dirinya dengan Rendra. Terlihat Rendra yang berusaha mengejar Maura, namun Maura terus saja menghindar dan bersembunyi agar tidak ketahuan identitasnya.Di atas kertasHati iniApakah gambarYang terbuat dari mimpiBibirmu terlihat seperti kelopak bungaMatamu seperti lautRambutnya belenggu murniSangat memabukan hatiIni adalah hal yang paling indahGadis di duniaGadis yang hidup di mimpi iniSebenarnya bisa saja adaDalam cermin mimpiDi tepi mata sayaGadis ini berada dalam pikira
"Apa kau akan ikut dalam perjalanan tour kampus kita?" tanya Maura."Tentu.""Bagus, kita bisa satu kelompok dan akan mencari tahu tentang gadis itu. Semoga kita bisa segera mengetahuinya.""Mengapa gadis ini begitu tergila gila padamu." ucap Maura lagi."Ide bagus."****Beberapa hari berlalu, kini tiba saatnya perjalanan tour kampus. Bus hampir saja berangkat, namun Rendra baru sampai. Disaat ia hendak duduk di kursinya lagi lagi ia menemukan sebuah surat disana.Maura menaiki bus tersebut dan di panggil oleh Rendra."Maura.""Ya, surat lagi?" tanya Maura."Bagaimana kau tahu?" Jawab Rendra."Dari wajahmu sudah terlihat jelas." jawab Maura enteng."Ya Maura, kau benar. Hal ini sangat cepat.""Permisi, ini tempat duduku." Tiba tiba Susi datang ke arah Maura dan Rendra, karena tempat duduk di samping Rendra adalah milik Susi.Rendra menoleh sebentar ke arah Susi, seorang gadis gendut berkulit coklat."Maaf, saya perlu bicara dengannya. Apakah kamu ingin mengambil tempat duduk sata saj