Keesokan harinya, di taman dekat kampus jam enam pagi. Rendra sudah berada disana, menunggu seseorang. Tak lama Maura pun datang, Rendra yang melihat hal itu menjadi kaget, dan membuatnya dugaaan prasangkanya dibenarkan.
"Kau? disini?" tanya Rendra.
Maura yang kaget saat melihat Rendra pun akhirnya kembali berkilah, namun dia tidak melihat Susi disana.
"Ya, aku sedang berjalan jalan saja. Dia datang kesini?" kemudian ia memilih berdiri disamping Rendra.
"Kemarilah, duduk. Aku akan memberitahumu."ucap rendra menepuk tempat disebelahnya kemudian Maura duduk disana.
"Dia, sudah berada disini." ucap Rendra.
"Dimana?" tanya Maura.
"Ada dibalik pohon itu." ucap Rendra menunjuk sebuah pohon.
"Kalau begitu, pergilah dan temui dia." ujar Maura dengan memalingkan wajah.
"Mmmhh, tapi aku tidak berani. Tolong kau ikuti aku ya." ucap Rendra.
"Aku? tidak tidak.." tolak Maura.
"Ayolah, please Maura. Mau ya, ayo." Rendra menarik tangan Maura untuk mengikutinya.
Rendra dan Maura berjalan menuju arah pohon tersebut, namun Maura tidak melihat Susi disana. Bola matanya Membulat melihat banyak surat cinta tertempel dibalik pohon besar yang dikatakan oleh Rendra. Lantas Maura menoleh ke arah Rendra.
"Hari itu aku melihatmu sedang memilih beberapa kartu itu dan membelinya. Tapi aku bingung, aku tidak tahu kalau kau juga suka menulis di kartu ucapan seperti ini."
Maura memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
"Disaat ada yang mengirimiku surat cinta di ladang, di rumah, di kampus. Bagaimana seseorang bisa mengirimnya begitu banyak. Kadang aku punya ide, karena kamu suka menulis di kartu ucapan 'Aku cinta' di surat cinta." ucap Rendra lagi.
"Terus?"
"Seperti yang saya katakan, saya tidak mempunyai keberanian. Mengapa kau tidak menuliskannya untukku?" ucap Rendra sambil mengeluarkan kertas.
"Aku? aku tidak bisa."
"Mengapa tidak bisa?"
"Sebab aku tidak punya bolpoint."
Kemudian Rendra memgeluarkan bolpoint dari sakunya.
"Ini bolpointnya."
Akhirnya mau tidak mau Maura menuruti keinginan Rendra, dia akan menuliskan surat cinta untuk Susi sesuai yang dikatakan Rendra. Maura mulai menulis apa yang Rendra ucapkan.
"Kesayangku....Maura. Maksudku Susi...Susi." ucap Rendra
Maura kaget saat Rendra tidak sengaja menyebut namanya, kemudian melanjutkan lagi kegiatan menulisnya.
"Permainanmu..." ujar Rendra yang langsung menarik kertas tersebut dari tangan Maura dan mencocokannya dengan surat cinta yang ia dapat dari gadis misterius tersebut.
"Terungkap, ini adalah karakter. Grafis yang sama. Tidak ada yang berbeda." ucap Rendra membuat Maura lagi lagi terkaget dan ia segera menyadarinya.
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku bahwa..."
"Itu hanya lelucon!" potong Maura cepat dan berlalu dari sana.
Ketika Maura hendak pergi dari tempat itu, tangannya dicekal oleh Rendra. Sehingga ia tidak bisa pergi.
"Lepaskan tanganku." ucap Maura.
"Aku tidak akan membiarkan tangan ini pergi dariku."
"Lepaskan tanganku." ucap Maura lagi sambil menggigit tangan Rendra, hingga Rendra meringis dan melepaskan tangannya.
Maura berlari dari sana, ia malu karena sudah ketahuan jika dia yangbselalu mengirimi surat cinta pada Rendra. Lain halnya dengan Rendra, ia justru senang karena ternyata gadis misterius itu adalah Maura.
Rendra mengejar Maura, dan meraih tangannya lagi kemudian mengecupnya. Rendra mulai bernyanyi untuk meluluhkan hati Maura. Ya, Rendra memang sangat hobi bernyanyi.
Aku berjalan mengikutimu
Dengan emosi dalam hatiku
Untuk waktu yang lama
(Maura yang mendengar nyanyian Rendra pun menoleh dan tersenyum tipis.)
Ada sesuatu dalam hatiku
Yang sejak lama kupendam dalam hatiku
Sekarang tolong katakan padaku
Bagaimana aku harus memberitahukan padamu
Apa yang ingin kukatakan padamu
(Maura mulai membalas nyanyian Rendra, ia memandang Rendra dengan tersenyum.)
Jika apa yang kamu katakan
Itu melelehkan hati saya yang mendengarnya
Bahwa kau telah menemukan tujuan saat perjalanan
Itu ada dihatiku
Tapi tidak bisa datang ke bibirku
Maura mulai berjalan dan memunguti surat cinta dari Rendra sambil tersenyum simpul. Rendra datang dan lanjut menyanyi membuat Maura kaget.
Ini selalu dihati saya
Tapi sayang tidak bisa berbicara
Bibirku tak pernah bisa menemukan kata kata untuk ini
Suara saya seakan hilang
Tolong katakan pendapatmu
(Dan Maura mulai membuka suaranya lagi.)
Kau tidak bisa mengenaliku
Tapi aku mengenalimu
Apa yang kau katakan atau tidak
Aku sudah tahu meski tanpa mendengarnya
(Rendra)
Tidak perlu mengatakan atau mendengar apapun
Sekarang kau tahu hal ini
Bahwa aku jatuh cinta padamu
Ya....Aku jatuh cinta padamu
(Maura)
Dan aku masih mencintaimu
Ya aku mencintaimu
Maura dan Tio berpelukan erat, seolah menumpahkan gelora dalam jiwa mereka berdua yang tengah jatuh cinta. Akhirnya mereka berdua pun jadian dengan cara yang cukup unik.
****
Beberapa hari berlalu, di rumah keluarga Gulshan hanya ada Pak Varma dengan bu Rima saja yang tengah menikmati malam.
Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu, ketika dibuka ternyata ada seorang teroris yang tengah melarikan diri dari penjara berdiri kesana dan masuk ke rumah mereka.
Pak Varma dan bu Rima kaget sekaligus takut, karena teroris tersebut membawa senjata bahkan mengancam mereka untuk tutup mulut jika mereka berada disini. Tanpa diketahui oleh mereka ternyata ada sepasang mata yang melihat kejadian tersebut, dia adalah Sobri tetangga Varendra.
Pintu rumah keluarga Gulshan kembali diketuk oleh seseorang, sekarang adalah polisi yang tengah mencari keberadaan para teroris tersebut. Namun karena Pak Varma dan sang istri diancam oleh teroris tersebut akhirnya mereka bungkam kepada polisi polisi itu.
Pak Varma dan bu Rima terpaksa melayani para teroris itu seperti tamu dengan menjamu mereka dengan makanan, tanpa sepatah kata. Menjelang pagi, ketika sinar matahari mulai bersinar dan ayam sudah berkokok.
Bu Rima terbangun dari tidurnya dikursi, ia melihat sekelilingnya yang ternyata sudsh sepi. Para teroris tersebut sudah pergi dari rumah mereka, ia membangunkan suaminya untuk mengecek keadaan rumah.
***
Terlihat Rendra dan Maura sedang berjalan jalan diarea penginapan.
"Kita akan kembali sekarang, dan aku tidak suka itu." ucap Maura.
"Rendra, aku akan merindukanmu." ucap Maura lagi.
"Kenapa, kau bisa mencariku setelah kita kembali." ucap Rendra dan dihadiahi pelukan dari Maura.
"Aku mencintaimu." ucap Rendra.
"Aku juga."
Tanpa mereka sadari sejak awal perjalanan tour dilakukan selalu ada yang memantau pergerakan Maura dengan Rendra, Max kakak Maura da. dia adalah orang suruhan Raja. Ayahnya Maura.
"Apa?" tanya Raja.
"Ya, setiap hari saya melihat Maura tersenyum ketika kuliah pa. Maura main mata dengan malu malu kepada Rendra anak pak Varma." ucap Max.
"Varma?"
"Ya, Varma Gulshan."
Raja berjalan dengan mengingat tentang Varma. Varma Gulshan, yang terang terangan berselisih paham dengannya. Dan Varma beserta beberapa orang lainnya dengan jelas menentang keinginan Raja.
Raja sangat tidak menyukai orang yang jelas menentang keinginannya, dia sangat membenci Varma. Dia tidak akan membiarkan putrinya bersama dengan anak Varma, dia akan memisahkan mereka berdua.
FlashbackPara rombongan Raja yang sedang berkampanye, tiba tiba diberhentikan oleh Varma beserta beberapa orang lainnya yang berprofesi petani."Kau." ucap Raja."Anda ingin membiarkan ladang kami tandus dengan mengalihkan aliran air, mengapa?" tanya Varma."Aku adalah Raja, dan ini wilayah kekuasaanku. Aku hanya melakukan apa yang saya inginkan." jawab Raja."Apakah anda kehilangan Istana anda? Anda tidak bisa egois, dan mau menang sendiri.""Kebetulan Anda menjadi Menteri dibagian negara, oleh karena itu saya tidak bisa tinggal diam saja dan melupakan masalah ini. Dengar, Menteri yang menangani masalah pegadaian tanah dan petani." ucap Varma lagi."Maksudmu, ayahku adalah Menteri petani biasa?" tanya Max."Tanah bisa hancur kapan saja!" jawab Varma."Diam!!! Cobalah untuk mencapai tingkat yang sama seperti saya! Baru berkomentar!" Bentak Raja."Jangan pernah menyamakan kami dengan seorang koruptor!" jawab Varma."Astaga, kau mengatakan koruptor?" tanya Mitu seorang antek Raja."Apa
Maura dan Rendra menyusuri jalan bersama dengan saling berpelukan, sambil menikmati sore hari yang tenang itu. Mereka berjalan di taman yang tampak sepi."Ndra, kau bilang kau sangat mencintaiku. Seberapa besar kau mencintaiku? katakan padaku.""Aku jatuh cinta padamu, aku menjadi seperti orang gila."Maura bergeming kemudian tersenyum lembut ke arah Rendra. Mereka berlalu dari sana."Sampai jumpa kembali pukul dua belas tepat besok, kali ini jangan membuatku menunggu." ucap Rendra yang turun dari mobil Maura."Tunggu, Ndra." cekal Maura."Ya, kenapa?""Apa kau akan mengusirku juga kali ini?""Tak maukah kau mengenalkanku pada ibumu?" ucap Maura lagi.Rendra mengangguk sebagai respon."Ya, aku akan mengenalkanmu nanti." jawab Rendra."Tidak, aku akan menemuinya hari ini sendiri." kekeh Maura."Apa kau memaksa?""Tentu.""Baiklah, ayo." ajak Rendra yang melenggang terlebih dahulu meninggalkan Maura yang masih diam mematung di dalam mobilnya.Maura tersenyum girang kemudian ia turun dar
Tepat pukul lima sore, Rendra benar benar datang ke rumah Maura untuk bertemu dengan Raja. Ia menunggu di ruang tamu, keadaan rumah daat itu sedang sepi hanya ada Raja Maura dan bibinya.Raja melangkah menuruni anak tangga, ia melihat Rendra tengah duduk sendirian kemudian menghampirinya. Maura memperkrnalkan Rendra kepada sang ayah."Papa, kenalkan ini Varendra dia kekasihku." ucap Maura dengan tersenyum.Rendra mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Raja, namun tak dibalas oleh Raja. Raja malah berbalik badan memunggungi Rendra.Rendra sedikit tersinggung dengan tindakan Raja, ia merasa apakah dirinya sehina itu sehingga Raja tidak mau diajak berjabat tangan dengannya. Sedangkan Raja, ia tidak menyangka jika anaknya akan membawa sekaligus memperkenalkan Rendra dengannya sebagai seorang kekasih."Mengapa semuanya berdiri saja, mari silakan duduk." ujar Bibi Maura.Rendra duduk di sofa samping tempat duduk Maura, berhadapan dengan Raja. Rendra yang sudah terlanjur merasa tersin
Ditempat lain, Rendra menunggu sang kekasih datang dibawah sinar rembulan tepat ditepi danau. Ia bangkit begitu melihat Maura yang berjakan mendekat ke arahnya.Rendraberjakan menghampiri Maura dan memeluknya dengan erat seolah takut akan kehilangan pujaan hatinya itu."Aku tahu, kau akan datang." ucap Rendra."Aku tahu kau telah meninggalkan rumah Ayahmu demi aku.""Aku tahu kau akan datang, Maura.""Rendra...""Kau salah paham.""Aku tidak akan meninggalkan Ayahku.""Kau bercanda?" Rendra mengusap rambut Maura pelan."Aku tidak bercanda Ndra, aku mematuhi ayahku. Aku akan tetap tinggal dirumah Ayahku."Rendra kaget mendengar penuturan Maura, ia diam saja dan mendekati sang kekasih yang tengah memunggunginya. Kemudian memeluknya dengan erat."Lalu bagaimana denganku?""Ndra, aku memang tidak akan meninggalkan ayahku tapi bukan berarti aku juga akan meninggalkanmu.""Maksudmu apa Maura?""Ya Ndra, kita akan tetap bersama sama karena Ayahku sudah setuju dengan hubungan kita berdua.""A
Didepan sel yang dimaksud oleh petugas polisi tersebut mata Rendra melotot tajam, ia kaget melihat penampakan didepannya. Dimana sang ayah saat kini tubuhnya sedang digantung dengan kedua tangan dan kakinya terikat disisi kanan dan kirinya. Wajahnya pun penuh dengan lebam dan darah yang tampak sudah ada beberapa yang mengering disana. Ia sangat marah sekarang, mengapa polisi polisi itu harus melakukan hal seperti itu untuk mengintrogasi Ayahnya. Padahal belum jelas jika sang Ayah adalah komplotan dari teroris teroris tersebut.BrakkkkRendra menggebrak meja tempat polisi tadi sedang berjaga, kedua tangannya mencengkeram kerah baju petugas itu. Ia sangat marah melihat kondisi Ayahnya yang sangat memprihatinkan, hatinya ikut tergores. Ia tahu betul jika apa yang dituduhkan kepada Varma tidaklah benar, sedari kecil Varma selalu mengajarkan Rendra untuk menjunjung tinggi rasa Patriotisme dalam dirinya."Mengapa Ayahku diperlakukan seperti itu?" ucap Rendra marah, ia masih menghardik petug
Drap drap drapTerdengar derap langkah menggema diruangan itu, langkah seseorang terdengar mendekat kearah mereka. Kepala Rendra masih saja tertunduk lemas ke bawah, ia bisa melihat sepasang sepatu kini tengah berdiri di depannya."Makanya jadi orang jangan sok, harus punya sopan santun. Miskin saja belagu!" maki petugas polisi tersebut.Orang yang berdiri didepan Rendra tersenyum smirk, Rendra mengangkat wajahnya melihat siapa orang itu. Ia kaget melihat wajah Raja yang tersenyum kepadanya, Raja mencengkeran wajah Rendra menelisik lebam yang tercetak di wajah pria itu. Kemudian meminta uang dari bawahannya untuk diberikan kepada polisi itu."Kerja bagus, ini untuk kalian. Belilah makanan dan apa saja yang kalian mau dengan uang ini." ucap Raja."Saatnya untuk bersenang senang." ujar Wira petugas polisi yang menyiksa sepasang anak dan ayah itu. Rendra memandang bergantian uang itu dan mereka semua."Terima kasih bos, senang bekerjasama dengan anda!"Kini Rendra sedikit paham dengan ap
Di kediaman keluarga Gulshan, disebuah kamar ada seorang wanita paruh baya tengah duduk dan merajut sebuah pakaian. Ia adalah Bu Rima Gulshan.Ditengah kesibukannya merajut pakaian tersebut, terdengarlah suara pintu di buka. Ia menengok karena di rumah dia hanya sendirian.Ceklek"Siapa disana?" tanya bu Rima.Bu Rima kaget saat melihat anaknya Varendra, yang sudah sangat lama sekali ia rindukan. Mereka terpaksa terpisah karena sebuah insiden yang terjadi. Insiden yang merubah seluruh kehidupan keluarga Gulshan."Ibu." ucap Varendra.Bu Rima bangkit menghampiri sang anak yang sangat ia rindukan."Rendra, anaku...""Ibu...."Mereka berdua saling berpelukan erat, dan menangis. Sungguh suara tangisan bu Rima terasa begitu memilukan untuk di dengar. Bu Rima yang tersadar segera melerai pelukan tersebut kemudian menutup pintu dan menguncinya rapat rapat.Penderitaan hidup yang mereka jalani sangat berat, tepat di mata bu Rima. Mereka selalu mengancam wanita paruh baya tersebut."Mengapa ka
"Apa kau akan ikut dalam perjalanan tour kampus kita?" tanya Maura."Tentu.""Bagus, kita bisa satu kelompok dan akan mencari tahu tentang gadis itu. Semoga kita bisa segera mengetahuinya.""Mengapa gadis ini begitu tergila gila padamu." ucap Maura lagi."Ide bagus."****Beberapa hari berlalu, kini tiba saatnya perjalanan tour kampus. Bus hampir saja berangkat, namun Rendra baru sampai. Disaat ia hendak duduk di kursinya lagi lagi ia menemukan sebuah surat disana.Maura menaiki bus tersebut dan di panggil oleh Rendra."Maura.""Ya, surat lagi?" tanya Maura."Bagaimana kau tahu?" Jawab Rendra."Dari wajahmu sudah terlihat jelas." jawab Maura enteng."Ya Maura, kau benar. Hal ini sangat cepat.""Permisi, ini tempat duduku." Tiba tiba Susi datang ke arah Maura dan Rendra, karena tempat duduk di samping Rendra adalah milik Susi.Rendra menoleh sebentar ke arah Susi, seorang gadis gendut berkulit coklat."Maaf, saya perlu bicara dengannya. Apakah kamu ingin mengambil tempat duduk sata saj