"Apa kau akan ikut dalam perjalanan tour kampus kita?" tanya Maura.
"Tentu."
"Bagus, kita bisa satu kelompok dan akan mencari tahu tentang gadis itu. Semoga kita bisa segera mengetahuinya."
"Mengapa gadis ini begitu tergila gila padamu." ucap Maura lagi.
"Ide bagus."
****
Beberapa hari berlalu, kini tiba saatnya perjalanan tour kampus. Bus hampir saja berangkat, namun Rendra baru sampai. Disaat ia hendak duduk di kursinya lagi lagi ia menemukan sebuah surat disana.
Maura menaiki bus tersebut dan di panggil oleh Rendra.
"Maura."
"Ya, surat lagi?" tanya Maura.
"Bagaimana kau tahu?" Jawab Rendra.
"Dari wajahmu sudah terlihat jelas." jawab Maura enteng.
"Ya Maura, kau benar. Hal ini sangat cepat."
"Permisi, ini tempat duduku." Tiba tiba Susi datang ke arah Maura dan Rendra, karena tempat duduk di samping Rendra adalah milik Susi.
Rendra menoleh sebentar ke arah Susi, seorang gadis gendut berkulit coklat.
"Maaf, saya perlu bicara dengannya. Apakah kamu ingin mengambil tempat duduk sata saja? Biar saya pindah." ucap Rendra.
"Tidak apa apa, biar saya saja yang pindah. Silakan." jawab Susi.
"Terima kasih."
"Sama sama."
Maura dusuk disamping Rendra sambil terus berbincang perihal surat cinta itu lagi. Perjalanan tour ini sangat menyenangkan, semuanya tampak bergembira. Maura dan Rendra semakin dekat satu sama lain.
Sesampainya di penginapan, ternyata Maura satu kamar dengan Susi.
"Apa kita satu kamar?" tanya Maura pada Susi.
"Sepertinya begitu."
"Baiklah."
Maura menyusun baju bajunya dan membereskan tempat tidur yang akan di gunakannya, disana ada dua tempat tidur yang terpisah. Setelah Maura membereskan semuanya, dia berniat untuk mencari tahu dimana kamar Rendra guna melancarkan aksinya menaruh surat cinta kembali.
"Dimana ya kamarnya Rendra." gumam Maura.
Disaat Maura sedang kebingunan mencari tahu kamar Rendra, ia melihat Dio teman Rendra.
"Dio, kamu tahu dimana kamar Rendra nggak?"
"Hah, buat apa?"
"Nggak apa apa cuma tanya saja."
"Oh, kamarnya disebelah sana yang paling ujung." tunjuk Dio.
"Oke, makasih ya."
Dio berlalu pergi menuju taman, dan Maura menghampiri kamar Rendra. Sebelumnya Maura mengirim pesan pada Rendra mengajaknya bertemu di Pantry penginapan.
[Rendra, aku tunggu di pantry ya. Ada yang mau aku obrolin]
[Oke]
Setelah memastikan Rendra pergu dari kamar, Maura diam diam masuk ke dalam kamar Rendra dan mulai menyusun surat cinta itu di tembok balik pintu. Surat cinta yang sangat banyak ia bentuk menjadi bentuk hati.
[Sorry, Ndra. Agak lama, aku masih ada urusan sebentar]
Akhirnya Rendra memutuskan balik ke kamarnya terlebih dahulu karena Maura belum juga datang. Maura masuk ke kamarnya sendiri sejenak kemudian tersenyum, mengingat hal itu. Ia merasa konyol dengan tingkahnya sendiri.
Betapa kagetnya Rendra ketika memasuki kamarnya, ia syok melihat banyak sekali surat cinta di tembok kamar penginapannya. Rendra berteriak keras.
"Maura...."
Rendra dan Maura akhirnya bertemu di Taman.
"Kau harus tahu."
"Kau harus tahu."
ucap mereka bersamaan.
"Apa?" ucap Rendra lagi.
"Tentang identitas gadis itu. Yang mengirim surat cinta romantis padamu." ucap Maura girang.
"Katakan! Apa itu tukang pos? Tidak itu konyol bukan romantis." jawab Rendra.
"Tidak Ndra, bukan begitu. Aku punya ide untuk memgungkapkan identitasnya."
"Bagaimana caranya?" tanya Rendra antusias.
"Besok aku akan memancingnya bertemu di Taman ini. Kita tunggu selama 1 jam, kalau ia muncul kita bisa langsung bertanya padanya."
"Tapi seteluh itu, apa yang akam kau lakukan?" tanya Maura lagi.
Remdra berpikir sejenak.
"Hmmm, akan kupikirkan."
"Apa kau akan berpikir untuk hal itu, untuk menjalin hubungan dengannya?"
"Baiklah, besok jam tiga sore. Oke?" tanya Rendra.
"Tepat pukul tiga."
Rendra pergi menuju kamarnya, Maura terus saja tersenyum sambil melihat punggung Rendra yang semakin menghilang. Maura mulai berpikir untuk rencana selanjutnya. Seertinya ia akan mengerjai Rendra kembali.
****
Keesokan harinya, tepat pukul tiga sore Rendra menunggu gadis itu di taman. Ternyata disana banyak juga mahasiswa lainnya yang sedang bersantai.
Rendra gelisah sendiri menantikan hal iti, ia mondar mandir ditempatnya.
"Ayolah, ayolah. Aku ingin tahu siapa gadis itu." gumam Rendra.
"Jangan bersembunyi, waktunya hampir tiba." Rendra terus saja mondar mandir sambil melirik jam tangannya.
Teman temannya yang melihat Rendra seperti kebingungan menunggu seseorangpun bertanya.
"Kau ini kenapa Rendra, kau sedang menunggu siapa?"
"Aku sedang menunggu seseorang."
"Hey lihat itu ada yang datang." ucap seorang teman, dan mereka langsung bersembunyi kecuali Rendra.
Rendra menoleh, ia kaget karena ternyata yang datang adalah Maura seorang diri. Maura terus saja berjalan menghampiri Rendra, dan pria itu memandang Maura tanpa berkedip.
"Kau." tanya Rendra.
"Ya, saya."
"Maksudku, kau gadis yang..."
"Tidak, tidak. Bukan saya, gadis itu berdiri dibalik pohon besar disebelah sana." ucap Maura menunjuk sebuah pohon.
"Benarkah?" tanya Rendra.
"Ya, pergilah."
"Rendra, katakan jika jatuh cinta berkat surat cinta yang dikirimnya itu." ucap Maura.
"Apa?"
"Ya, jika tidak kau tidak akan tahu apakah gadis itu yang mengirimkanmu surat cinta itu atau bukan."
"Bagaiman?" tanya Maura lagi.
"Hmmm, tidak apa apa."
Rendra pergi menuju pohon yang dimaksud oleh Maura, Maura tersenyum senang karena akan ada hal yang menarik yang akan terjadi selanjutnya.
"Ini akan baik baik saja kan?" tanya Rendra berbalik lagi pada Maura.
"Tentu, ini akan menjadi hal yang sangat indah. Semangat Ndra."
"Oke. Terima kasih." ucap Rendra sambil berlalu.
Maura jingkrak jingkrak sendiri membayangkan hal yang akan terjadi. Rendra sudah berada di pohon tersebut dan menengoknya dengan tersenyum, betapa terkejutnya dia ketika melihat gadis dibalik pohon tersebut. Senyumnya luntur begitu saja melihat Susi di balik pohon.
"Halo, Rendra." ucap Susi sambil tersenyum.
Rendra kaget dan menjerit melihat Susi, dia berteriak.
"Tolong....." teriak Rendra sambil berlari.
Maura tertawa melihat itu, teman teman Rendra yang tadi ngumpetkeluar dari tempatnya menghampiri Maura dan Rendra.
"Bukannya itu Susi?" tanya Rendra.
"Ya, mengapa kau ergi. Kau telah membuatnya jatuh cinta denganmu." ucap Maura.
"Ini tidak mungkin." ucap Rendra.
"Tapi itu kenyataannya, kau harus menerima cintanya.
"Tidak, tidak. Ini tidak mungkin."
"Lihat, dia datang untuk kamu." tunjuk Maura pada Susi.
"Ya Tuhan, tolong aku. Ini tidak mungkin." ucap Rendra sambil berlari meninggalkan semuanya.
Sedangkan Maura dan yang lainnya tertawa melihat hal itu.
"Apapun itu, kamu tetap menjadi idaman saya." gumam Maura.
Rendra terus saja berlari kesana kemari, karena dikejar oleh Susi gadis gendut itu. Akhirnya Rendra bersenandung sambil terus menghindari kejaran Susi.
Ini tidak mungkin
Ini tidak mungkin
Aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya
Rendra berlari menuju Maura, sambil terus menyanyi.
Susi masih saja mengejar ngejar Rendra di taman dengan dibantu teman teman mereka, Susi menangkap Rendra dan memeluknya dari belakang. Sambil Rendra terus bernyanyi dan menghindar dari Susi dan mendekat ke arah Maura.Ini tidak mungkinIni tidak mungkinAku tidak akan pernah jatuh cinta denganmuGadis impian sayaTidak ada di kehidupan nyataAku tidak akan menempatkannya sembarangan di hati sayaWalaupun dalam mimpi sayaTidak akan terjadiDi tengah keramaian yang terjadi, Maura melamun disana hanya ada dirinya dengan Rendra. Terlihat Rendra yang berusaha mengejar Maura, namun Maura terus saja menghindar dan bersembunyi agar tidak ketahuan identitasnya.Di atas kertasHati iniApakah gambarYang terbuat dari mimpiBibirmu terlihat seperti kelopak bungaMatamu seperti lautRambutnya belenggu murniSangat memabukan hatiIni adalah hal yang paling indahGadis di duniaGadis yang hidup di mimpi iniSebenarnya bisa saja adaDalam cermin mimpiDi tepi mata sayaGadis ini berada dalam pikira
Keesokan harinya, di taman dekat kampus jam enam pagi. Rendra sudah berada disana, menunggu seseorang. Tak lama Maura pun datang, Rendra yang melihat hal itu menjadi kaget, dan membuatnya dugaaan prasangkanya dibenarkan."Kau? disini?" tanya Rendra.Maura yang kaget saat melihat Rendra pun akhirnya kembali berkilah, namun dia tidak melihat Susi disana."Ya, aku sedang berjalan jalan saja. Dia datang kesini?" kemudian ia memilih berdiri disamping Rendra."Kemarilah, duduk. Aku akan memberitahumu."ucap rendra menepuk tempat disebelahnya kemudian Maura duduk disana."Dia, sudah berada disini." ucap Rendra."Dimana?" tanya Maura."Ada dibalik pohon itu." ucap Rendra menunjuk sebuah pohon."Kalau begitu, pergilah dan temui dia." ujar Maura dengan memalingkan wajah."Mmmhh, tapi aku tidak berani. Tolong kau ikuti aku ya." ucap Rendra."Aku? tidak tidak.." tolak Maura."Ayolah, please Maura. Mau ya, ayo." Rendra menarik tangan Maura untuk mengikutinya.Rendra dan Maura berjalan menuju arah p
FlashbackPara rombongan Raja yang sedang berkampanye, tiba tiba diberhentikan oleh Varma beserta beberapa orang lainnya yang berprofesi petani."Kau." ucap Raja."Anda ingin membiarkan ladang kami tandus dengan mengalihkan aliran air, mengapa?" tanya Varma."Aku adalah Raja, dan ini wilayah kekuasaanku. Aku hanya melakukan apa yang saya inginkan." jawab Raja."Apakah anda kehilangan Istana anda? Anda tidak bisa egois, dan mau menang sendiri.""Kebetulan Anda menjadi Menteri dibagian negara, oleh karena itu saya tidak bisa tinggal diam saja dan melupakan masalah ini. Dengar, Menteri yang menangani masalah pegadaian tanah dan petani." ucap Varma lagi."Maksudmu, ayahku adalah Menteri petani biasa?" tanya Max."Tanah bisa hancur kapan saja!" jawab Varma."Diam!!! Cobalah untuk mencapai tingkat yang sama seperti saya! Baru berkomentar!" Bentak Raja."Jangan pernah menyamakan kami dengan seorang koruptor!" jawab Varma."Astaga, kau mengatakan koruptor?" tanya Mitu seorang antek Raja."Apa
Maura dan Rendra menyusuri jalan bersama dengan saling berpelukan, sambil menikmati sore hari yang tenang itu. Mereka berjalan di taman yang tampak sepi."Ndra, kau bilang kau sangat mencintaiku. Seberapa besar kau mencintaiku? katakan padaku.""Aku jatuh cinta padamu, aku menjadi seperti orang gila."Maura bergeming kemudian tersenyum lembut ke arah Rendra. Mereka berlalu dari sana."Sampai jumpa kembali pukul dua belas tepat besok, kali ini jangan membuatku menunggu." ucap Rendra yang turun dari mobil Maura."Tunggu, Ndra." cekal Maura."Ya, kenapa?""Apa kau akan mengusirku juga kali ini?""Tak maukah kau mengenalkanku pada ibumu?" ucap Maura lagi.Rendra mengangguk sebagai respon."Ya, aku akan mengenalkanmu nanti." jawab Rendra."Tidak, aku akan menemuinya hari ini sendiri." kekeh Maura."Apa kau memaksa?""Tentu.""Baiklah, ayo." ajak Rendra yang melenggang terlebih dahulu meninggalkan Maura yang masih diam mematung di dalam mobilnya.Maura tersenyum girang kemudian ia turun dar
Tepat pukul lima sore, Rendra benar benar datang ke rumah Maura untuk bertemu dengan Raja. Ia menunggu di ruang tamu, keadaan rumah daat itu sedang sepi hanya ada Raja Maura dan bibinya.Raja melangkah menuruni anak tangga, ia melihat Rendra tengah duduk sendirian kemudian menghampirinya. Maura memperkrnalkan Rendra kepada sang ayah."Papa, kenalkan ini Varendra dia kekasihku." ucap Maura dengan tersenyum.Rendra mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Raja, namun tak dibalas oleh Raja. Raja malah berbalik badan memunggungi Rendra.Rendra sedikit tersinggung dengan tindakan Raja, ia merasa apakah dirinya sehina itu sehingga Raja tidak mau diajak berjabat tangan dengannya. Sedangkan Raja, ia tidak menyangka jika anaknya akan membawa sekaligus memperkenalkan Rendra dengannya sebagai seorang kekasih."Mengapa semuanya berdiri saja, mari silakan duduk." ujar Bibi Maura.Rendra duduk di sofa samping tempat duduk Maura, berhadapan dengan Raja. Rendra yang sudah terlanjur merasa tersin
Ditempat lain, Rendra menunggu sang kekasih datang dibawah sinar rembulan tepat ditepi danau. Ia bangkit begitu melihat Maura yang berjakan mendekat ke arahnya.Rendraberjakan menghampiri Maura dan memeluknya dengan erat seolah takut akan kehilangan pujaan hatinya itu."Aku tahu, kau akan datang." ucap Rendra."Aku tahu kau telah meninggalkan rumah Ayahmu demi aku.""Aku tahu kau akan datang, Maura.""Rendra...""Kau salah paham.""Aku tidak akan meninggalkan Ayahku.""Kau bercanda?" Rendra mengusap rambut Maura pelan."Aku tidak bercanda Ndra, aku mematuhi ayahku. Aku akan tetap tinggal dirumah Ayahku."Rendra kaget mendengar penuturan Maura, ia diam saja dan mendekati sang kekasih yang tengah memunggunginya. Kemudian memeluknya dengan erat."Lalu bagaimana denganku?""Ndra, aku memang tidak akan meninggalkan ayahku tapi bukan berarti aku juga akan meninggalkanmu.""Maksudmu apa Maura?""Ya Ndra, kita akan tetap bersama sama karena Ayahku sudah setuju dengan hubungan kita berdua.""A
Didepan sel yang dimaksud oleh petugas polisi tersebut mata Rendra melotot tajam, ia kaget melihat penampakan didepannya. Dimana sang ayah saat kini tubuhnya sedang digantung dengan kedua tangan dan kakinya terikat disisi kanan dan kirinya. Wajahnya pun penuh dengan lebam dan darah yang tampak sudah ada beberapa yang mengering disana. Ia sangat marah sekarang, mengapa polisi polisi itu harus melakukan hal seperti itu untuk mengintrogasi Ayahnya. Padahal belum jelas jika sang Ayah adalah komplotan dari teroris teroris tersebut.BrakkkkRendra menggebrak meja tempat polisi tadi sedang berjaga, kedua tangannya mencengkeram kerah baju petugas itu. Ia sangat marah melihat kondisi Ayahnya yang sangat memprihatinkan, hatinya ikut tergores. Ia tahu betul jika apa yang dituduhkan kepada Varma tidaklah benar, sedari kecil Varma selalu mengajarkan Rendra untuk menjunjung tinggi rasa Patriotisme dalam dirinya."Mengapa Ayahku diperlakukan seperti itu?" ucap Rendra marah, ia masih menghardik petug
Drap drap drapTerdengar derap langkah menggema diruangan itu, langkah seseorang terdengar mendekat kearah mereka. Kepala Rendra masih saja tertunduk lemas ke bawah, ia bisa melihat sepasang sepatu kini tengah berdiri di depannya."Makanya jadi orang jangan sok, harus punya sopan santun. Miskin saja belagu!" maki petugas polisi tersebut.Orang yang berdiri didepan Rendra tersenyum smirk, Rendra mengangkat wajahnya melihat siapa orang itu. Ia kaget melihat wajah Raja yang tersenyum kepadanya, Raja mencengkeran wajah Rendra menelisik lebam yang tercetak di wajah pria itu. Kemudian meminta uang dari bawahannya untuk diberikan kepada polisi itu."Kerja bagus, ini untuk kalian. Belilah makanan dan apa saja yang kalian mau dengan uang ini." ucap Raja."Saatnya untuk bersenang senang." ujar Wira petugas polisi yang menyiksa sepasang anak dan ayah itu. Rendra memandang bergantian uang itu dan mereka semua."Terima kasih bos, senang bekerjasama dengan anda!"Kini Rendra sedikit paham dengan ap