Susi masih saja mengejar ngejar Rendra di taman dengan dibantu teman teman mereka, Susi menangkap Rendra dan memeluknya dari belakang. Sambil Rendra terus bernyanyi dan menghindar dari Susi dan mendekat ke arah Maura.
Ini tidak mungkin
Ini tidak mungkin
Aku tidak akan pernah jatuh cinta denganmu
Gadis impian saya
Tidak ada di kehidupan nyata
Aku tidak akan menempatkannya sembarangan di hati saya
Walaupun dalam mimpi saya
Tidak akan terjadi
Di tengah keramaian yang terjadi, Maura melamun disana hanya ada dirinya dengan Rendra. Terlihat Rendra yang berusaha mengejar Maura, namun Maura terus saja menghindar dan bersembunyi agar tidak ketahuan identitasnya.
Di atas kertas
Hati ini
Apakah gambar
Yang terbuat dari mimpi
Bibirmu terlihat seperti kelopak bunga
Matamu seperti laut
Rambutnya belenggu murni
Sangat memabukan hati
Ini adalah hal yang paling indah
Gadis di dunia
Gadis yang hidup di mimpi ini
Sebenarnya bisa saja ada
Dalam cermin mimpi
Di tepi mata saya
Gadis ini berada dalam pikiran saya
Ini adalah warna warni, aromatik
Ini adalah melodi yang manis
Ini sihir murni
Apa yang harus dikatakan untuk ini?
Ini adalah patung cintaku
Apa yang harus dikatakan tentang keindahan wajahnya
Hatiku yang mencari ke seluruh dunia
Tidak ada
Hanya bisa mencari
Untuk menghiasi hatiku
Rendra berlari meninggalkan keramaian, semua teman yang melihatnya hanya bisa tertawa termasuk Maura.
*****
Keesokan paginya Maura pergi ke toko alat tulis untuk membeli kartu ucapan, dan tak disangka sangka pada saat itu juga Rendra ada di toko tersebut. Rendra melihat Maura yang sedang sibuk memilih kartu ucapan memilih untuk bersembunyi sambil mengamati Maura.
Kini Rendra mulai curiga jika Maura adalah dalang dari gadis yang mengiriminya surat cinta, Rendra akan mencari tahu kebenarannya.
Di tengah jalan Maura tak sengaja bertemu dengan Rendra kembali, lantas ia pun memanggilnya.
"Hai Ndra."
"Maura, saya dari tadi mencarimu."
"Oh ya, ada apa?"
"Ya, karena sesuatu telah terjadi." ucap Rendra sambil membelakangi Maura membuat gadis itu bingung.
"Apa yang terjadi?"
"Cinta." ucap Rendra.
"Cinta? cinta apa?"
"Saya berharap kau tidak bertanya padaku, Maura." dengan berpura pura.
"Katakan dengan jelas Ndra."
"Susi mengirimkan pada saya kartu yang sangat romantis."
"Susi gendut?" tanya Maura dengan marah.
"Maura, jangan bilang gendut. Aku ingin terus melihatnya lagi dan lagi." ucap Rendra protes.
"Aku akan melihatnya besok di taman dekat kampus jam setengah enam pagi, terima kasih Maura. Kamu adalah teman sejatiku." ucap Rendra.
"Aku jatiluh cinta." racau Rendra sambil meninggalkan Maura.
Setelah kepergian Rendra, Maura memilih untuk pergi menemui Susi di tepi kolam taman. Ia berbicara tentang semua yang dikatakan Rendra, semua adalah rencana Maura untuk mengerjai Rendra dengan menyangkut pautkan Susi.
"Maura, dia cinta padaku kan?" tanya Susi dengan kegirangan.
"Jika tidak aku akan tenggelam dan memgakhiri hidupku." ucap Susi sambil memcolek colek Maura.
Maura kesal, mengapa semua jadi seperti ini. Dia mencintai Rendra dan tidak rela jika Rendra bersama dengan Susi. Maura yang kesal mendorong Susi hingga terjerembab di kolam itu, untung saja kolamnya dangkal.
"Pergilah ke neraka, dasar gendut." ucap Maura marah dan meninggalkan Susi yang masih terduduk di dalam kolam.
"Maura, Maura tolong aku." teriak Susi.
Maura terus saja melangkah meninggalkan Susi, ia sangat kesal sekarang. Mengapa Rendra justru jatuh cinta pada Susi, semua ini gara gara ide konyol ia sendiri yang meminta tolong pada Susi malam itu.
Flashback
Maura mondar mandir di kamar penginapannya bersama Susi, ia sibuk memikirkan bagaimana cara untuk mengerjai Rendra sebab ia masih belum ingin diketahui identitasnya yang telah mengirimkan surat cinta itu.
"Maura, kamu ini kenapa. Mondar mandir seperti setrikaan."
Maura menoleh melihat Susi, kemudian memperhatikan Susi dengan seksama. Terlintas sebuah ide untuk mengerjai Rendra menggunakan Susi. Dia akan meminta tolong pada Susi, dia duduj disamping Susi.
"Sus..."
"Hmmm, apa?"
"Aku mau minta tolong boleh?" tanya Maura.
"Tolong apa?"
"Jadi begini....."
Maura mulai menceritakan rencananya kepada Susi, Ia menyuruh Susi untuk bersembunyi di balik pohon besar besok pagi. Nanti akan ada seorang pemuda yang akan menemuinya, Susi diminta untuk berpura pura menjadi seorang gadis yang telah mengirimkannya surat cinta pada pemuda tersebut dan dia disuruh berpura pura untuk mencintai pemuda tersebut.
Besok dia akan memberitahukan kepada pemuda tersebut terlebih dahulu, dan Susi menunggu aba aba atau pertanda dari dirinya. Namun, Maura tidak memberitahukan siapa pemuda itu.
"Bagaimana, kau mau kan membantuku?" tanya Maura.
"Baiklah, tapi siapa pemuda itu?"
"Besok kau juga akan tahu kok."
"Hmm, lalu mengapa kamu mau mengerjai dia?"
"Tidak, tidak ini hanya sebuah permainan saja. Karena kemarin dia sudah mengerjaiku." ucap Maura bohong.
"Oke."
Flashback selesai
Maura kembali ke kamarnya dengan perasan galau, ia terus saja melamun memikirkan tentang Rendra yang akan mengungkapkan perasaannya kepada Susi besok. Susi memasuki kamarnya, kemudian mengambio baju ganti karena bajunya yang sebelumnya sudah basah kuyup.
Maura tak memperdulikan Susi yang sudah di dalam kamar mereka, hari semakin larut namun Maura masih belum bisa tidur. Ia mencoba untuk memejamkan matanya, namun bayang bayang Rendra yang akan mengutarakan perasaannya kepada Susi menari nari dibenaknya.
Hingga pukul 2 dini hari ia baru bisa tidur pulas, itu pun tidurnya gelisah. Berulang kali Maura memgganti posisi tidurnya. Hingga dalam mimpi pun ia melihat Rendra sedang duduk berdua dengan Susi ditaman sambil berpegangan tangan dan kepala Susi menyender di bahu Rendra.
Maura memdekati kedua orang itu, yang menguping pembicaraan mereka berdua.
"Susi, kamu cantik sekali." ucap Rendra.
"Terima kasih ya, berkat surat surat yang kamu kirimkan padaku akhirnya aku bisa merasakan indahnya jatuh cinta." ujar Rendra sambil mencium tangan Susi.
"Sama sama Ndra, aku juga cinta sama kamu." ucap Susi malu malu.
"Tidak, Ndra. Semua itu tidak benar! bukan dia yang mengirimimu surat surat itu tapi aku." ucap Maura tiba tiba membuat Susi dan Rendra berbalik.
"Benar begitu Sus?" tanya Rendra.
"Benar, akulah yang memgirimnya." jawab Maura.
"Aku bertanya pada Susi bukan padamu Ra, tapi terima kasih ya. Berkat surat yang kamu kirim akhirnya aku bisa bertemu dengan Susi." ucap Rendra.
"Maksudnya?" tanya Maura dengan bingung.
"Ya, berkat dirimu aku bisa jatuh cinta pada Susi yang memggemaskan ini. Sekali lagi aku terima kasih kepadamu." ucap Rendra sambil tersenyum melihat Susi disampingnya.
Maura terbengong mendengar penuturan Rendra, kemudian ia berteriak keras.
"Tidakkkkkk......"
Susi yang kaget mendengar teriakan Maura langsung terbangun dari tidurnya, kemudian menghampiri Maura. Ternyata Maura mengigau, kedian Susimencoba membangunkan Maura.
"Maura, Maura bangun hey. Kau kenapa?" ucap Susi.
"Bangun Maura." ujar Susi sambil mengguncang tubuh Maura agaar ia cepat terbangun.
Mata Maura terbuka, ia langsung kaget dan terduduk. Ternyata itu hanya mimpi, syukurkah. Maura mencoba mengatur nafasnya agar lebih teratur.
Keesokan harinya, di taman dekat kampus jam enam pagi. Rendra sudah berada disana, menunggu seseorang. Tak lama Maura pun datang, Rendra yang melihat hal itu menjadi kaget, dan membuatnya dugaaan prasangkanya dibenarkan."Kau? disini?" tanya Rendra.Maura yang kaget saat melihat Rendra pun akhirnya kembali berkilah, namun dia tidak melihat Susi disana."Ya, aku sedang berjalan jalan saja. Dia datang kesini?" kemudian ia memilih berdiri disamping Rendra."Kemarilah, duduk. Aku akan memberitahumu."ucap rendra menepuk tempat disebelahnya kemudian Maura duduk disana."Dia, sudah berada disini." ucap Rendra."Dimana?" tanya Maura."Ada dibalik pohon itu." ucap Rendra menunjuk sebuah pohon."Kalau begitu, pergilah dan temui dia." ujar Maura dengan memalingkan wajah."Mmmhh, tapi aku tidak berani. Tolong kau ikuti aku ya." ucap Rendra."Aku? tidak tidak.." tolak Maura."Ayolah, please Maura. Mau ya, ayo." Rendra menarik tangan Maura untuk mengikutinya.Rendra dan Maura berjalan menuju arah p
FlashbackPara rombongan Raja yang sedang berkampanye, tiba tiba diberhentikan oleh Varma beserta beberapa orang lainnya yang berprofesi petani."Kau." ucap Raja."Anda ingin membiarkan ladang kami tandus dengan mengalihkan aliran air, mengapa?" tanya Varma."Aku adalah Raja, dan ini wilayah kekuasaanku. Aku hanya melakukan apa yang saya inginkan." jawab Raja."Apakah anda kehilangan Istana anda? Anda tidak bisa egois, dan mau menang sendiri.""Kebetulan Anda menjadi Menteri dibagian negara, oleh karena itu saya tidak bisa tinggal diam saja dan melupakan masalah ini. Dengar, Menteri yang menangani masalah pegadaian tanah dan petani." ucap Varma lagi."Maksudmu, ayahku adalah Menteri petani biasa?" tanya Max."Tanah bisa hancur kapan saja!" jawab Varma."Diam!!! Cobalah untuk mencapai tingkat yang sama seperti saya! Baru berkomentar!" Bentak Raja."Jangan pernah menyamakan kami dengan seorang koruptor!" jawab Varma."Astaga, kau mengatakan koruptor?" tanya Mitu seorang antek Raja."Apa
Maura dan Rendra menyusuri jalan bersama dengan saling berpelukan, sambil menikmati sore hari yang tenang itu. Mereka berjalan di taman yang tampak sepi."Ndra, kau bilang kau sangat mencintaiku. Seberapa besar kau mencintaiku? katakan padaku.""Aku jatuh cinta padamu, aku menjadi seperti orang gila."Maura bergeming kemudian tersenyum lembut ke arah Rendra. Mereka berlalu dari sana."Sampai jumpa kembali pukul dua belas tepat besok, kali ini jangan membuatku menunggu." ucap Rendra yang turun dari mobil Maura."Tunggu, Ndra." cekal Maura."Ya, kenapa?""Apa kau akan mengusirku juga kali ini?""Tak maukah kau mengenalkanku pada ibumu?" ucap Maura lagi.Rendra mengangguk sebagai respon."Ya, aku akan mengenalkanmu nanti." jawab Rendra."Tidak, aku akan menemuinya hari ini sendiri." kekeh Maura."Apa kau memaksa?""Tentu.""Baiklah, ayo." ajak Rendra yang melenggang terlebih dahulu meninggalkan Maura yang masih diam mematung di dalam mobilnya.Maura tersenyum girang kemudian ia turun dar
Tepat pukul lima sore, Rendra benar benar datang ke rumah Maura untuk bertemu dengan Raja. Ia menunggu di ruang tamu, keadaan rumah daat itu sedang sepi hanya ada Raja Maura dan bibinya.Raja melangkah menuruni anak tangga, ia melihat Rendra tengah duduk sendirian kemudian menghampirinya. Maura memperkrnalkan Rendra kepada sang ayah."Papa, kenalkan ini Varendra dia kekasihku." ucap Maura dengan tersenyum.Rendra mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Raja, namun tak dibalas oleh Raja. Raja malah berbalik badan memunggungi Rendra.Rendra sedikit tersinggung dengan tindakan Raja, ia merasa apakah dirinya sehina itu sehingga Raja tidak mau diajak berjabat tangan dengannya. Sedangkan Raja, ia tidak menyangka jika anaknya akan membawa sekaligus memperkenalkan Rendra dengannya sebagai seorang kekasih."Mengapa semuanya berdiri saja, mari silakan duduk." ujar Bibi Maura.Rendra duduk di sofa samping tempat duduk Maura, berhadapan dengan Raja. Rendra yang sudah terlanjur merasa tersin
Ditempat lain, Rendra menunggu sang kekasih datang dibawah sinar rembulan tepat ditepi danau. Ia bangkit begitu melihat Maura yang berjakan mendekat ke arahnya.Rendraberjakan menghampiri Maura dan memeluknya dengan erat seolah takut akan kehilangan pujaan hatinya itu."Aku tahu, kau akan datang." ucap Rendra."Aku tahu kau telah meninggalkan rumah Ayahmu demi aku.""Aku tahu kau akan datang, Maura.""Rendra...""Kau salah paham.""Aku tidak akan meninggalkan Ayahku.""Kau bercanda?" Rendra mengusap rambut Maura pelan."Aku tidak bercanda Ndra, aku mematuhi ayahku. Aku akan tetap tinggal dirumah Ayahku."Rendra kaget mendengar penuturan Maura, ia diam saja dan mendekati sang kekasih yang tengah memunggunginya. Kemudian memeluknya dengan erat."Lalu bagaimana denganku?""Ndra, aku memang tidak akan meninggalkan ayahku tapi bukan berarti aku juga akan meninggalkanmu.""Maksudmu apa Maura?""Ya Ndra, kita akan tetap bersama sama karena Ayahku sudah setuju dengan hubungan kita berdua.""A
Didepan sel yang dimaksud oleh petugas polisi tersebut mata Rendra melotot tajam, ia kaget melihat penampakan didepannya. Dimana sang ayah saat kini tubuhnya sedang digantung dengan kedua tangan dan kakinya terikat disisi kanan dan kirinya. Wajahnya pun penuh dengan lebam dan darah yang tampak sudah ada beberapa yang mengering disana. Ia sangat marah sekarang, mengapa polisi polisi itu harus melakukan hal seperti itu untuk mengintrogasi Ayahnya. Padahal belum jelas jika sang Ayah adalah komplotan dari teroris teroris tersebut.BrakkkkRendra menggebrak meja tempat polisi tadi sedang berjaga, kedua tangannya mencengkeram kerah baju petugas itu. Ia sangat marah melihat kondisi Ayahnya yang sangat memprihatinkan, hatinya ikut tergores. Ia tahu betul jika apa yang dituduhkan kepada Varma tidaklah benar, sedari kecil Varma selalu mengajarkan Rendra untuk menjunjung tinggi rasa Patriotisme dalam dirinya."Mengapa Ayahku diperlakukan seperti itu?" ucap Rendra marah, ia masih menghardik petug
Drap drap drapTerdengar derap langkah menggema diruangan itu, langkah seseorang terdengar mendekat kearah mereka. Kepala Rendra masih saja tertunduk lemas ke bawah, ia bisa melihat sepasang sepatu kini tengah berdiri di depannya."Makanya jadi orang jangan sok, harus punya sopan santun. Miskin saja belagu!" maki petugas polisi tersebut.Orang yang berdiri didepan Rendra tersenyum smirk, Rendra mengangkat wajahnya melihat siapa orang itu. Ia kaget melihat wajah Raja yang tersenyum kepadanya, Raja mencengkeran wajah Rendra menelisik lebam yang tercetak di wajah pria itu. Kemudian meminta uang dari bawahannya untuk diberikan kepada polisi itu."Kerja bagus, ini untuk kalian. Belilah makanan dan apa saja yang kalian mau dengan uang ini." ucap Raja."Saatnya untuk bersenang senang." ujar Wira petugas polisi yang menyiksa sepasang anak dan ayah itu. Rendra memandang bergantian uang itu dan mereka semua."Terima kasih bos, senang bekerjasama dengan anda!"Kini Rendra sedikit paham dengan ap
Di kediaman keluarga Gulshan, disebuah kamar ada seorang wanita paruh baya tengah duduk dan merajut sebuah pakaian. Ia adalah Bu Rima Gulshan.Ditengah kesibukannya merajut pakaian tersebut, terdengarlah suara pintu di buka. Ia menengok karena di rumah dia hanya sendirian.Ceklek"Siapa disana?" tanya bu Rima.Bu Rima kaget saat melihat anaknya Varendra, yang sudah sangat lama sekali ia rindukan. Mereka terpaksa terpisah karena sebuah insiden yang terjadi. Insiden yang merubah seluruh kehidupan keluarga Gulshan."Ibu." ucap Varendra.Bu Rima bangkit menghampiri sang anak yang sangat ia rindukan."Rendra, anaku...""Ibu...."Mereka berdua saling berpelukan erat, dan menangis. Sungguh suara tangisan bu Rima terasa begitu memilukan untuk di dengar. Bu Rima yang tersadar segera melerai pelukan tersebut kemudian menutup pintu dan menguncinya rapat rapat.Penderitaan hidup yang mereka jalani sangat berat, tepat di mata bu Rima. Mereka selalu mengancam wanita paruh baya tersebut."Mengapa ka