Di sisi lain, Andra hanya menghembuskan napas dengan kesal. "Aku pergi dulu kalau begitu. Ini masih pagi dan aku malas berdebat." Andra meraih tas kerjanya. Namun, sebelum pergi dia kembali menatap Kayla yang hanya diam saja. "Pikirkan baik-baik ucapanku tadi. Lagian aku juga belum mau punya anak sekarang. Merepotkan saja!"
Kayla hanya bisa berdiri mematung, menatap punggung Andra yang perlahan pergi meninggalkan dia. 'Aku belum mau punya anak sekarang. Merepotkan saja!' Jadi, setelah berdebat panjang tadi, intinya Andra tetap tidak ingin punya anak darinya? Untungnya, pekerjaannya di Rumah Sakit begitu menguras tenaga dan pikiran, hingga ia bisa mengalihkan pikirannya. Tak terasa, Kayla bahkan telah bekerja selama empat jam. "Kayla!" panggil Alana yang langsung membuat Kayla menoleh. "Makan siang, yuk!" Kayla mengusap keringat di wajahnya. "Yuk. Pas banget sebentar lagi juga jam istirahat." "Gimana UGD hari ini? Aku lihat banyak pasien yang masuk." Kayla mengangguk lemah. "Benar-benar full. Kakiku rasanya capek banget." Kedua wanita berpakaian putih itu berjalan menuju kantin rumah sakit, untuk membeli makan siang. "Tadi malam gimana?" tanya Alana dengan senyum jahil. Dia menyenggol bahu temannya dengan penasaran. Kayla memaksakan senyumnya dengan lebar. Dia tidak mungkin menceritakan hal buruk dalam rumah tangganya bersama Andra kepada Alana bukan? "Oke. Saran kamu manjur. Mas Andra langsung klepek-klepek begitu aku pakai lingerie seksi," cicit Kayla dengan tawa yang dipaksakan. "Apa kataku!" Alana mengajak Kayla menuju kantin yang menjual soto ayam. "Makan soto enak kayanya." "Yuk! Aku juga lagi mau yang segar-segar," balas Kayla. Mereka berdua berjalan dengan sesekali berbincang mengenai malam tadi. Kayla hanya menceritakan khayalannya saja karena semua itu tidak pernah terjadi. Jangankan bercinta, saling bersapa saja rasanya sudah sangat susah. Hatinya seketika kembali pedih. Untungnya, antrean soto ayam tak terlalu panjang. Jadi, keduanya pun duduk setelah memesan.Namun, tiba-tiba saja keadaan rumah sakit terlihat cukup ramai dengan kedatangan sekelompok orang yang membuat Kayla dan Alana saling pandang. "Siapa yang datang?" Bersamaan dengan itu, ada notifikasi grup yang masuk secara bersamaan di ponsel Kayla dan Alana. [Cucu Tuan Wisnu Dewanta melakukan sidak mendadak di rumah sakit. Semuanya berkumpul!] Hah? Sidak? Semua pegawai rumah sakit yang baru akan beristirahat, langsung bergerak cepat ketika menerima pesan masuk tadi. Termasuk Kayla dan Alana. Mereka kembali bekerja seperti semula karena jam istirahat yang memang masih satu jam lagi. Kalau sampai cucu Wisnu Dewanta itu tahu, bisa-bisa ada pemecatan massal di rumah sakit siang ini! Dari kabar burung yang beredar, cucu sulung Tuan Wisnu terkenal dingin dan begitu disiplin. Dia juga tidak mentolerir kesalahan sekecil apa pun. Jadi, jika mereka tetap diam di kantin, itu sama saja dengan bunuh diri. "Apa cucu Tuan Wisnu pernah datang sebelumnya ke rumah sakit ini?" tanya Kayla dengan sedikit berbisik. Jujur, selama dia bekerja di rumah sakit kurang lebih tiga tahun, Kayla tidak pernah melihat cucu sulung Tuan Wisnu. Biasanya yang datang untuk memeriksa rumah sakit adalah cucu Tuan Wisnu yang lain. Sembari membicarakan tentang seseorang yang belum tahu seperti apa wujudnya, mereka kembali bekerja di unit gawat darurat, dan Kayla juga melihat wajah beberapa dokter mulai sedikit pucat. "Aku nggak tau. Kabarnya, sih, dia baru kembali lagi dari Belanda. Jadi, sepertinya dia baru berkunjung hari ini." Mendengar ucapan sahabatnya, Kayla mengangguk paham. Rumah sakit tempatnya bekerja memang rumah sakit swasta di bawah naungan D&W Farmasi. Salah satu cabang perusahaan yang ada di D&W Company. Untungnya, Kayla dan Alana bisa ke post mereka masing-masing. Akan tetapi ... saat mereka sudah kembali sibuk dengan pekerjaan, suara sirine ambulance tiba-tiba terdengar menandakan jika ada pasien yang masuk! Kayla yang memang bertugas di unit gawat darurat langsung bergegas untuk keluar. Namun, karena terlalu terburu-buru Kayla sampai tidak melihat jika ada orang-orang yang masuk ke dalam rumah sakit. Brak! Wanita itu terjatuh ketika dia menabrak seseorang dengan keras. Kayla sedikit meringis dengan menyentuh bahunya. "Tuan Saga, Anda baik-baik saja?" Suara seseorang mulai menyadarkan Kayla yang terdiam sejenak. Kayla langsung mendongak ketika mendengar suara seseorang. Barulah setelah itu matanya menangkap sosok pria bertubuh tinggi yang sedang mengulurkan tangan ke arahnya. "Kamu baik-baik saja?" tanya pria yang memiliki suara berat itu. Kayla terdiam. Dia mengamati wajah pria yang dipanggil Tuan Saga barusan. Rahangnya begitu tegas, membuat wajah Saga tampak garang. "Nona?" panggil pria itu dengan alis terangkat ketika melihat Kayla diam saja. "Ah, ya, aku baik-baik saja." Kayla menerima uluran tangan pria itu. "Terima kasih, Tuan. Maaf, saya sedang terburu-buru tadi karena ada ambulance yang akan masuk." "Ya, tidak masalah." "Mari, Tuan. Pertemuan kita sebentar lagi," bisik seseorang berpakaian rapi yang berdiri di samping pria bernama Saga tersebut. Pria itu mengangguk dengan wajah tenang. Sesaat dia melihat kembali ke arah Kayla yang tampak tak asing baginya. Namun, mendengar perkataan asistennya yang berkali-kali, akhirnya meninggalkan Kayla yang masih berdiri dengan menunduk. "Dia siapa? Kok, wajahnya kaya nggak asing?" batin Kayla dengan menatap punggung lebar milik pria yang belum dia tahu identitasnya. Saga? Kayla yakin dia tidak tahu atau kenal dengan pria bernama Saga, tetapi kenapa Saga terus memerhatikannya sejak tadi?Hanya saja, suara sirine yang memekakakn telinga membuat Kayla kembali tersadar akan tugasnya.Segera dilupakannya pria yang ditabraknya di koridor rumah sakit tadi."Kayla, bantu cepat!" ujar salah seorang dokter yang keluar bersama Kayla barusan.Wanita itu pun bergerak lihai setelah tahu jika pasien yang datang adalah wanita yang akan melahirkan.Dia segera membantu dokter pria itu, dan mencoba menenangkan pasien yang mulai kesakitan."Kay, arahkan keluarga pasien untuk mengurus administrasinya, ya. Setelah itu susul aku ke ruang persalinan.""Baik, Dok, tapi keluarganya di mana?"Wanita yang sedang mengerang kesakitan itu berusaha menjawab dengan suara terbata-bata, "Suamiku sedang di jalan, Sus. Dia akan datang sebentar lagi.""Ah, baiklah kalau begitu." Setelah membantu dokter mendorong brankar untuk masuk ke dalam lift, Kayla kembali ke bagian administrasi untuk memberitahu tentang pasien yang baru saja datang tadi."Suaminya baru akan tiba sebentar lagi. Kamu bisa 'kan bantu
Wanita itu tidak memedulikan lagi keadaan rumah sakit yang ramai, atau orang-orang yang mulai menatap ke arahnya dengan wajah kebingungan.Isi kepala Kayla saat ini penuh dengan pertanyaan, kenapa Andra melakukan ini padanya?"Kayla!" panggil Alana ketika tidak sengaja melihat Kayla menangis.Namun, Kayla tidak menjawab sama sekali. Dia ingin keluar untuk menghirup udara segar sekarang."Kay!"Lagi, Kayla mengabaikan panggilan Alana. Dia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. "Mas Andra mengkhianatiku?" lirihnya, pedih.Saat wanita itu berjalan pelan seperti mayat hidup, dan tidak melihat jalan di depannya, Alana berteriak ketika sebuah mobil melaju dari arah berlawanan."Kay, awas!"CIT! Suara gesekan antara ban mobil dan jalanan terdengar cukup kuat, hingga membuat perhatian orang-orang teralihkan.Kayla yang terkejut langsung jatuh dengan tubuhnya yang gemerart. Tidak hanya itu, jantungnya juga berpacu cepat saat melihat jarak antara dirinya dan juga mobil yang tin
Setelah selesai bekerja seprofesional yang dia bisa, Kayla memilih berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Padahal jarak dari rumah sakit menuju rumahnya terbilang cukup jauh.Dia bahkan menolak pergi ke kafe yang sebenarnya dia ingin kunjungi bersama Alana.Jujur, Kayla ingin seorang diri.Dia juga tidak mau pulang ke rumah itu atau bertemu dengan Andra.Tapi kalau dia tidak pulang, Kayla mau tidur di mana malam ini?"Dia bilang tidak mau punya bayi. Jadi, itu alasannya tidak mau punya bayi." Kayla menatap sepatunya dengan air mata tergenang.Tangis yang sedari tadi ditahannya, kembali luruh.Wanita itu berjongkok di tepi trotoar, seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.Dia merasa sendirian.Kayla tak berani menceritakan ini pada siapapun, bahkan Alana.Mau taruh di mana wajahnya? Padahal baru pagi tadi dia membanggakan Andra—suaminya yang ternyata brengsek itu.Dan Andra ... suaminya itu dulu berulang kali mengatakan jika dia mencintainya, tetapi kenapa dia bisa berselingkuh seper
"Tidak, Tuan. Suamiku yang membeli rumah ini.""Suami?" Sudut alis Sagara terangkat ketika mendengar jika Kayla sudah mempunyai suami. "Suamimu pasti punya jabatan tinggi di tempat pekerjaannya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Maaf karena sudah lancang bertanya tentang rumahmu."Kayla kembali menggeleng dengan senyum tipis. Senyum yang langsung membuat Sagara merasakan dejavu."Tidak, Tuan. Saya mengerti. Anda pasti takut saya melakukan pekerjaan yang aka merugikan rumah sakit, bukan?"Sagara terdiam. Padahal dia tidak berpikir seperti itu. Dia bertanya karena memang benar-benar penasaran."Kalau suamimu melihat dan salah paham, kabari saja aku. Aku tidak mau dicap sebagai pria perebut istri orang. Kamu masih menyimpan kartu namaku, kan?"Kayla mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Andra tidak akan marah atau berhak untuk melakukan hal itu kepadanya.Sebab pria itu sudah berbuat hal yang di luar batas.Tanpa berpamitan lagi, Sagara segera menutup kaca mobilnya dan berlalu begitu s
"Apa? Kamu gila, ya?" hardik Andra dengan napas naik turun. Dia begitu emosi begitu mendengar Kayla memintanya untuk meninggalkan Adelia. "Adel baru saja melahirkan. Lalu kamu minta aku buat ninggalin dia dan bayi kami? Kamu punya otak nggak, sih, Kay?"Kayla menahan tangannya yang gemetar saat mendengar jawaban Andra.Bukan! Bukan jawaban seperti ini yang dia mau.Apa Kayla salah mengenai permintaannya pada Andra? Biar bagaimana pun Kayla masih berhak untuk Andra. Pria itu masih suami sahnya, dan Kayla berharap mereka bisa memperbaiki hubungan yang sudah rusak ini."Kamu yang lebih nggak punya otak dan perasaan, Mas. Aku ini istri kamu, aku juga bisa kasih kamu anak, tapi kenapa kamu malah berbuat zinah dengan wanita seperti itu?"Plak!Kali ini Andra yang menampar pipi Kayla dengan kuat karena berpikir jika wanita itu sudah melewati batas.Sementara itu, Kayla menyentuh pipinya dengan perasaan bercampur aduk. Ini adalah pertama kalinya Andra melakukan kekerasan seperti ini, dan itu s
Mendengar ucapan Andra yang seperti petir di siang hari, Kayla hanya bisa menggeleng lemah. "Mas, kamu menceraikan aku tanpa berpikir panjang lagi hanya karena wanita murahan seperti itu?" Mata Andra langsung menatap nyalang ke arah Kayla. "Sudah berapa kali kukatakan, jangan menganggap Adelia wanita seperti itu, Kay! Sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa pun lagi, dan ingat, Adelia itu istriku." "Istri?" Satu pertanyaan itu lolos dari bibir Kayla dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Jadi, kalian sudah menikah di belakangku? Itu sebabnya kamu tidak terima aku mengatai kalian berzina? Kalau seperti itu kenapa kamu masih meminta izinku untuk menjadikan dia seorang madu, Mas?!" teriak Kayla putus asa. Andra sudah mencuranginya sejauh ini, dan Kayla masih berusaha menganggap jika suaminya tidak mungkin sejahat itu. "Silakan kemasi barang-barangmu, Kay. Ini rumahku, tinggalkan tempat ini, dan semua urusan perceraian biar aku yang urus. Aku mau cepat-cepat meresmik
Kayla mendongakkan wajah, merasakan setiap rintik hujan yang membasahi tubuh. Hujan ini terasa begitu damai. Akankah ini menjadi hujan terakhir bagi Kayla? Pikiran Kayla benar-benar buruk. Wanita itu tidak tahu tujuan hidupnya lagi sekarang, setelah dihancurkan oleh Andra menjadi butiran debu. Mata wanita itu menatap--menerawang ke arah lalu lalang lalu lintas yang tampak ramai. Kendaraan banyak yang mengebut karena hujan yang semakin deras. Tanpa banyak berpikir lagi, kaki Kayla melangkah ke depan. Mungkin ini akan benar-benar menjadi hujan terakhirnya. Namun, saat wanita itu berdiri di tengah jalan, tiba-tiba saja sepasang tangan besar menariknya dengan keras, menuju pinggiran. "Kamu gila!" bentak pemilik tangan yang membuat Kayla langsung menengadahkan pandangannya. "Tuan Saga," panggil Kayla dengan mata mendelik. Dia terkejut. "Kamu punya otak itu dipakai, Kayla! Apa kamu nggak berpikir bagaimana perasaan orang yang nggak sengaja nabrak kamu di jalanan n
"Kayla!" panggil Bu Arum terpekik saat melihat Kayla berdiri basah kuyup di depan pintu. Waktu sudah hampir tengah malam, dan wanita paruh baya itu tidak tau alasan apa yang membawa Kayla sampai ke sini. "Rico!" panggil Bu Arum dengan berteriak. Dia segera membawa Kayla masuk. "Kamu kenapa, Nak? Rico, cepat ambil handuk! Kak Kayla kebasahan." Tidak lama setelah itu, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun berlari, diikuti oleh beberapa anak lainnya dengan membawa handuk yang Bu Arum minta. Bu Arum tidak banyak bertanya. Dia segera membantu Kayla dengan cara mengeringkan rambut wanita itu yang sudah basah. Melihat mata Kayla yang sembab, wanita paruh baya itu sudah tahu jika ada yang tidak beres. "Kak Kayla kenapa, Bu?" "Kalian masuk aja, dan tidur lagi. Kak Kayla cuma kecapekan." Tidak ada bantahan. Anak-anak itu segera kembali masuk ke dalam kamar setelah melihat Kayla hanya diam saja. "Kayla--" "Aku boleh menginap di sini, Bu?" tanya Kayla yang pada ak
Kayla menatap Sagara dengan tatapan penuh tanda tanya. Suara lembut pria itu masih terngiang di telinganya. "Kayla, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Ini tentang janjiku padamu, waktu itu." Rasa cemas merambat di hati wanita itu, ketika Sagara menjelaskan segalanya. Tentang Devan, dan keluarga Sanjaya, dan semua cerita tentang Devan yang mencari-cari keberadaan adik kandungnya selama 20 tahun terakhir. Kayla menggeleng pelan, mencoba menolak kenyataan yang tak pernah dia duga. "Itu tidak mungkin," katanya dengan suara gemetar. Devan yang berdiri di sudut ruangan, mendekatinya perlahan. Di tangan pria itu ada sebuah album foto tua yang telah menguning oleh waktu. Dia menyerahkan album itu kepada Kayla. "Buka halaman ini," kata Devan, menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto seorang gadis kecil yang mengenakan gaun merah muda. Rambutnya dikuncir kuda, dan dia memegang permen lollipop di tangannya dengan senyum yang lebar.Kayla memandang foto itu dengan saksama, air mata mengg
“Adik?” tanya Sagara dengan wajah tak percaya. Dia sama sekali tak tahu jika temannya itu memiliki seorang adik. Selama ini Devan memang tak banyak bercerita tentang keluarganya. Sagara hanya tahu jika Devan tinggal dengan ayahnya saja. Dia pikir, kedua orang tua Devan berpisah, itu sebabnya temannya itu tak banyak menceritakan tentang apa pun.“Iya. Dia hilang waktu kecelakaan. Waktu itu usianya sekitar … delapan tahun,” jawabn Devan dengan berusaha mengingat-ingat.“Terus selama ini lo nggak pernah cari atau berusaha cari dia, Van?”“Gue udah lakuin semuanya untuk cari Kay, Ga.” Pria itu tertunduk sedih. “Tapi, hasilnya selalu nihil. Sampai pencarian dihentikan sama tim sar, kita juga masih tetap berusaha cari dengan bayar banyak orang, tapi hasilnya tetap sama.”Sagara menggeleng. “Ini nggak masuk akal.”“Maksud lo apa?”“Ya, ini nggak masuk akal, Devan!” seru Sagara hampir berteriak. “Gimana bisa lo nggak menemukan adik lo sendiri selama 20 tahun ini.”Devan terduduk lemas. Selu
Kayla terdiam. Dia tak bicara apa pun karena sudah menduga jika Sagara tak mungkin semudah itu menemukan keluarganya setelah puluhan tahun.Wanita itu hanya terdiam sembari menatap Sagara yang masih menanti jawabannya.Dia harus menjawab apa?Menerima permintaan Sagara untuk meresmikan pernikahan mereka? Seharusnya, tak ada yang meragukan tentang sifat dan apa yang pria itu miliki, tetapi berbeda dengan Kayla.Kayla sempat membuka hatinya saat tahu jika Sagara adalah remaja laki-laki yang menjadi temannya dulu. Namun, Kayla juga masih tahu diri.Sagara adalah cucu dan penerus D&W Company. Apa dia pantas bersanding dengan pria seperti itu?“Kayla—”“Maaf, Ga. Keputusanku akan tetap sama.” Kayla menghela napas panjang. Dia dapat merasakan genggaman tangan Sagara melonggar, dengan tatapan penuh arti kepadanya. “A-aku bukan wanita yang cocok bersanding dengamu, Sagara. Kehidupan kita berbeda. Aku hanya anak yatim piatu yang tak jelas asal usulnya sampai sekarang. Aku nggak mau semua tenta
Devan masuk ke dalam ruangan Sagara tanpa meminta izin lebuh dulu. Pria itu terlalu terburu-buru sehingga tidak peduli dengan orang yang berusaha menghentikannya sekarang.Namun, bukan Sagara yang dia lihat di sana, melainkan hanya ruangan kosong. Sagara sudah tak ada lagi di tempat itu.“Di mana Sagara?” tanya Devan tanpa basa-basi pada sekretaris temannya itu.“Tuan sedang ada urusan di luar.”“Di mana?”Wanita itu menggeleng tanda jika dia tidak tahu. “Dia hanya berpesan jika tidak akan kembali ke kantor hari ini.”Devan membuang napasnya dengan kasar mendengar hal itu. Pria itu langsung berbalik dan meninggalkan wanita yang berdiri di belakangnya tadi tanpa sepatah kata.Sekarang di dalam mobil, pria itu duduk termenung. Ke mana dia harus mencari Sagara untuk menanyakan tentang foto tersebut?Sudah beberapa kali juga dia mencoba menghubungi temannya itu, tetapi tak ada jawaban sama sekali. Jika memang seperti ini, itu artinya Sagara tak mau diganggu. “Harus ke mana aku mencari ta
“Yang ini—”“Gue pulang dulu!” kata Devan memotong ucapan Sagara. Pria itu baru saja akan menunjuk yang mana Kayla, tetapi Devan lebih dulu pergi. Namun, bukan dengan tangan kosong melainkan dengan membawa foto yang dia pegang tadi.“Fotonya mau lo bawa ke mana, Van?”“Gue pinjam sebentar. Nanti gue balikin lagi.” Devan langsung menutup pintu dan berlari meninggalkan kantor Sagara.Sementara itu, Sagara dan Daffa tampak masih bingung dengan sikap Devan yang tiba-tiba saja berubah. Keduanya saling pandang, dengan semua isi kepala masing-masing.***Devan langsung membanting pintu mobil setelah sampai di rumahnya. Pria itu berlari seperti orang kesetanan, dan langsung menuju ruang kerja ayahnya.“Loh, Van. Kamu sudah pulang?” tanya Pram—ayah Devan yang sedang duduk di meja kerja. Pria yang sudah paruh baya itu tampak mengerutkan kening saat melihat putranya hanya diam saja. “Kamu cari apa?” tanya Pram saat melihat Devan membuka satu persatu laci lemari.“Foto keluarga kita dulu, Pa.”“D
“Kamu bercanda?” tanya Kayla yang tampak tak percaya.Menjadikan pernikahan kontrak mereka sebagai pernikahan sungguhan? Itu terdengar tak masuk akal bagi Kayla.Bukan apa-apa. Perbedaan status sosial di antara mereka sangat jauh. Dari awal saja, Kayla sudah merasa tak percaya diri berada di dekat Sagara. Lalu, bagaimana bisa pria itu berpikir untuk menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan resmi?“Kenapa? Aku besungguh-sungguh, Kay. A-aku ingin melindungimu, Kayla.”“Melindungku? Melindungi dari apa dan siapa?”Sagara menghela napas panjang. Awalnya memang seperti itu. Dia menawarkan pernikahan kontrak dengan Kayla hanya karena ingin membantu wanita itu membalaskan rasa sakit hatinya.Akan tetapi, semakin hari semenjak mengenal Kayla, Sagara akui ada yang berbeda dalam di dalam hatinya. Ada sebuah rasa yang tak bisa dia ungkapkan sekarang.“Aku tidak punya musuh, sehingga kamu harus melindungi aku, Sagara. Aku juga sudah bisa menjaga diri sendiri.”Sagara terdiam. “Kita masih ha
Kayla termenung. Serpihan tentang kenangan masa kecilnya kembali hadir. Waktu itu, dia baru berusia delapan tahun. Kayla kecil hanya gadis polos yang hidupnya terpaksa berubah secara drastis. Setelah ditemukan dan dibawa ke panti, Kayla tidak memiliki ingatan apa pun tentang hari lalu yang terjadi dalam hidupnya. Yang dia tahu, dia hanyalah seorang anak yang ditinggal dipanti, yang menunggu keluarganya untuk menjemput. Kayla memang anak yang ceria dan periang. Dia banyak bicara, seolah lupa dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dia menyambut semua tamu yang datang ke panti dengan penuh suka cita, dengan harapan jika suatu saat nanti dia akan menemukan “keluarga barunya”. Namun, sayang sampai Kayla menginjak remaja, tak ada satu keluarga pun yang mau membawanya sebagai keluarga. Hingga pada akhirnya, Kayla memilih sekolah dan belajar dengan giat, agar suatu saat nanti dia bisa bekerja dengan layak untuk bisa mmebantu panti yang menjadi rumahnya selama ini. Tak peduli de
“Apa maksudmu, Sagara?” tanya Kayla yang masih tak mengerti. “Keluargku? Orang tuaku? Me-mereka tidak pernah muncul. Apa aku masih memiliki mereka semua?”Sagara tak langsung menjawab. Pria itu bisa menyadari jika suasana hati istrinya sedikit berubah sekarang. Wajah Kayla menyiratkan banyak emosi yang terpendam begitu lama.Setelah berpuluh-puluh tahun, kini Kayla harus mendengar tentang kelurganya lagi.“Aku yakin mereka masih mencarimu sampai sekarang.”“Kalau memang benar, seharusnya mereka sudah menemukan aku sejak lama, kan?”“Tidak ada yang tau bagaimana takdir bekerja, Kayla. Kamu juga tidak ingat apa pun setelah kecelakaan itu, kan?”Kayla langsung menatap Sagara dengan penuh tanda tanya.Kecelakaan? Dari mana Sagara tahu tentang kecelakaan yang pernah dia alami di masa lalu? Kayla ingat sekali jika dia tidak pernah menceritkan tentang hal itu pada Sagara. Bahkan Andra juga tidak tahu tentang itu.Andra dan kedua orang tuanya hanya tahu jika Kayla adalah anak yang berasal d
Mendadak suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sedikit hening. Sagara berdeham, dan Kayla langsung menyodorkan segelas air ke arahnya. “Kalau kamu nggak mau cerita juga nggak masalah,” ujar Kayla yang langsung merasa tak enak hati dengan Sagara. Wanita itu kembali melanjutkan makannya, meski dengan susah payah. “Kamu masih berhubungan dengan pria itu?” Kayla mendongakkan kepalanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau Sagara salah sangka. “Tidak. Aku tau karena istrinya yang menemuiku.” Kening Sagara tampak berkerut, keheranan. “Menemuimu?” tanya pria itu memastikan. “Kami tidak sengaja bertemu di supermarket tadi. Dia bilang Andra dilaporkan ke polisi. Apa dia membuat masalah yang serius, atau ini hanya—” “Dia merugikan perusahaan,” jawab Sagara cepat. Pria itu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulut. Ada sedikit kelegaan saat tahu jika Kayla dan Andra tak berhubungan lagi, tetapi tetap saja dia masih merasa sedikit gundah karena sikap perhaitian Kayla tad