"Kayla!" panggil Bu Arum terpekik saat melihat Kayla berdiri basah kuyup di depan pintu. Waktu sudah hampir tengah malam, dan wanita paruh baya itu tidak tau alasan apa yang membawa Kayla sampai ke sini. "Rico!" panggil Bu Arum dengan berteriak. Dia segera membawa Kayla masuk. "Kamu kenapa, Nak? Rico, cepat ambil handuk! Kak Kayla kebasahan." Tidak lama setelah itu, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun berlari, diikuti oleh beberapa anak lainnya dengan membawa handuk yang Bu Arum minta. Bu Arum tidak banyak bertanya. Dia segera membantu Kayla dengan cara mengeringkan rambut wanita itu yang sudah basah. Melihat mata Kayla yang sembab, wanita paruh baya itu sudah tahu jika ada yang tidak beres. "Kak Kayla kenapa, Bu?" "Kalian masuk aja, dan tidur lagi. Kak Kayla cuma kecapekan." Tidak ada bantahan. Anak-anak itu segera kembali masuk ke dalam kamar setelah melihat Kayla hanya diam saja. "Kayla--" "Aku boleh menginap di sini, Bu?" tanya Kayla yang pada ak
Sagara bisa lepas dari rencana perjodohan sialan itu berkat kebohongannya. Sekarang masalah lain timbul, dan memaksa Sagara harus memutar otak untuk memenuhi permintaan Sang kakek. "Kamu punya pacar?" Sagara mengangguk cepat. Dia sama sekali tidak gugup seolah sudah terbiasa berbohong. "Kalau begitu, bawa dia kemari. Baru aku percaya kalau kamu sudah punya pacar." "Tapi, Kek," keluh Sagara yang langsung terkejut dengan permintaan Tuan Wisnu. "Kalau kamu menolak, aku anggap berbohong. Bawa dia kemari, dan aku baru akan berhenti merencakan perjodohan ini." Sagara meremas rambutnya dengan gusar. Sekarang dia harus mencari wanita yang mau menjadi pacar bohongan. Sebab pada kenyataannya, Sagara tidak punya seorang kekasih yang bisa dia kenalkan kepada Tuan Wisnu. Bagaimana mau punya kekasih? Sagara baru tiba sehari di sini. "Sialan!" Pria itu memukul kemudi mobilnya dengan kesal. Di saat yang bersamaan, ponselnya bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Daffa
Plak! Suara tamparan itu terdengar nyaring hingga membuat perhatian beberapa orang teralihkan, begitu juga dengan Sagara. Pria itu langsung berbalik dan menatap Andra yang sedang memegang pipi dengan tatapan yang tak bisa dibaca. Hanya tangan pria itu yang tampak mengepal kuat. "Alana, beraninya kamu!" bentak Andra dengan wajah merah menahan malu. "Dasar laki-laki brengsek! Jadi, selama ini kamu selingkuh di belakang Kayla? Apa jangan-jangan Kayla tidak masuk karena sudah tahu semua ini?" sinis Alana dia menatap wanita yang berdiri congkak di samping Andra. "Dan kamu ... dasar wanita nggak tau malu! Pelakor!" "Alana, jaga ucapan kamu. Dia bukan pelakor, dia istriku. Lagipula aku dan Kayla sudah memutuskan untuk berpisah." Lagi-lagi Alana dibuat terkejut dengan ungkapan Andra yang terkesan tak tau malu. "Berpisah? Oh, sialan! Kalian berdua benar-benar brengsek, nggak tau malu." "Alana--" Tangan Andra terangkat ke udara ingin membalas perkataan Alana, tetapi tidak j
"Akhirnya ketemu," ucap Sagara pelan. Dia tidak peduli dengan keterkejutan di wajah Kayla. "Tuan, ba-bagaimana bisa Anda ada di sini?" Kayla mengusap kasar pipinya, dan langsung berdiri hendak membungkukkan tubuh sebagai tanda hormat, tetapi Sagara mencegah dengan duduk langsung di samping Kayla. "Kamu tidak masuk kerja seminggu ini. Apa kamu tidak tau ada pemeriksaan di rumah sakit?" Sagara menoleh, dan dia terdiam sesaat saat melihat mata Kayla yang masih tampak terkejut. "Saya ... ingin mengajukan pengunduran diri. Bagaimana Tuan tau saya ada di sini?" Kening Kayla masih tampak berkerut, kebingungan. Kenapa Sagara tiba-tiba saja ada di depan matanya? Lantas, dari mana pria itu tahu dia ada di sini? Sagara kembali menatap lurus ke depan. Melihat anak-anak yang sedang bermain dengan riang gembira. Selama beberapa hari ini, dia sudah berusaha mencari Kayla ke mana-mana, dan akhirnya Sagara berhasil menemukan keberadaan wanita itu. "Tuan, saya butuh penjelasan agar
Kayla tertawa begitu mendengar syarat yang diajukan oleh Sagara. Menikah? Terdengar mustahil. Bagaimana dia bisa menikah dengan orang yang baru dikenal? "Kamu butuh kekuasaan untuk membalaskan rasa sakit hatimu, Kayla. Menjadi Nyonya Dewanta bukan pilihan yang buruk." Seketika tawa Kayla terhenti. Dia menatap Sagara dengan saksama. Perkataan pria itu benar. Sagara kembali menatap wajah sendu Kayla dengan lekat. Mata besar dengan bulu mata lentik itu benar-benar tidak pernah bisa pergi dari bayangan Sagara sejak mereka bertemu. "Pernikahan kontrak. Ini adalah perjanjian yang saling menguntungkan, Kayla. Setelah mendapatkan gelar Nyonya Dewanta, kamu bisa membalaskan rasa sakitmu kepada pria itu." "Lalu apa yang akan Tuan dapatkan?" Sagara terdiam sejenak. "Aku akan terbebas dari perjodohan." "Perjodohan?" "Ya, aku tidak suka dengan hal seperti itu," jawab Sagara tenang. "Kamu tau aku tinggal di negara bebas, dan aku tidak suka dengan ikatan seperti itu." "Kal
"Apa itu sangat penting?" Sagara tidak menjawab pertanyaan yang Kayla lontarkan. Pria itu justru kembali bertanya yang mana membuat Kayla kebingungan. "Saya rasa ... tidak terlalu," ucap Kayla pada akhirnya. Dia memilih untuk melanjutkan perbincangan mereka. Kayla segera mengambil surat kontrak yang sudah selesai mereka tandatangani. "Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan. Saya harus kembali ke panti." "Tunggu dulu, Kayla!" Sagara ikut berdiri saat melihat Kayla berdiri. Pria itu memanggil pelayan untuk membayar pesanan mereka, dan setelah selesai Sagara kembali menatap Kayla yang sejak tadi setia menunggunya. "Tuan ingin saya melakukan sesuatu lagi?" Sagara mengangguk. "Bulan depan kamu harus bertemu dengan keluarga saya." Wajah Kayla tampak terkejut dengan permintaan Sagara yang tiba-tiba. "Bertemu dengan keluarga Anda? Apa itu tidak terlalu cepat, Tuan? Lagi pula saya tidak tahu apakah putusan perceraian sudah keluar dari pengadilan?" "Aku hanya ingin mengenalkan
Sagara benar-benar menepati ucapannya. Pria itu datang kembali setelah satu minggu berlalu. Dia akan menagih janji Kayla yang akan pindah dari panti hari ini. Tentu saja, kedatangan Sagara membuat bu Arum terkejut. Apalagi saat Sagara mengutarakan niatnya untuk menjadi donatur tetap di panti ini. “Tuan serius ingin menjadi donatur panti?” tanya bu Arum tak percaya. Wanita paruh baya itu bahkan sampai berkaca-kaca karena terlalu senang. Akhirnya, panti yang dia dirikan sejak dulu akan punya masa depan yang jelas. Sagara mengangguk dengan senyum tipis. “Saya serius, Bu.” “Terima kasih kalau begitu, Tuan. Saya merasa sangat bahagia karena akhirnya ada malaikat yang mau menolong kami semua di sini.” Bu Arum meraih tangan Sagara dan menggenggamnya dengan kuat sebagai ucapan terima kasih, bahkan sampai ingin mencium tangan pria itu sebelum Sagara menolaknya. “Panggil saya Saga saja, Bu, dan jangan mencium tangan saya seperti ini. Saya lebih muda dari Ibu.” “Terima
Mendadak suasana terasa begitu canggung saat Sagara tiba-tiba saja menggenggam tangan Kayla. Tidak ingin membuat perasaan siapa pun salah paham, Kayla segera menarik tangannya dengan cepat. Wajah wanita itu juga terlihat begitu gugup. "Kamu gugup?" tanya Sagara yang terlihat kembali santai, seolah tidak terjadi sesuatu. "Ya, aku tidak pernah disentuh oleh orang asing." "Orang asing? Aku calon suami kamu, Kayla. Ingat itu!" tukas Sagara masih dengan menatap jalanan. "Tapi pernikahan itu hanyalah kontrak saja." Terdengar hembusan napas panjang dari Sagara saat mendengar ucapan Kayla. "Apa itu artinya kita tidak boleh berpegangan tangan? Kalau seperti itu, semua orang akan curiga, Kayla. Lagi pula di surat kontrak kita tidak ada larangan berpegangan tangan."Ya, apa yang Sagara katakan itu benar. Meskipun hanya pernikahan kontrak, tetapi mereka juga harus bersikap normal agar orang-orang percaya. Kayla menoleh dengan hati-hati, dan melihat wajah Sagara yang terlihat begitu te
Kayla menatap Sagara dengan tatapan penuh tanda tanya. Suara lembut pria itu masih terngiang di telinganya. "Kayla, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Ini tentang janjiku padamu, waktu itu." Rasa cemas merambat di hati wanita itu, ketika Sagara menjelaskan segalanya. Tentang Devan, dan keluarga Sanjaya, dan semua cerita tentang Devan yang mencari-cari keberadaan adik kandungnya selama 20 tahun terakhir. Kayla menggeleng pelan, mencoba menolak kenyataan yang tak pernah dia duga. "Itu tidak mungkin," katanya dengan suara gemetar. Devan yang berdiri di sudut ruangan, mendekatinya perlahan. Di tangan pria itu ada sebuah album foto tua yang telah menguning oleh waktu. Dia menyerahkan album itu kepada Kayla. "Buka halaman ini," kata Devan, menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto seorang gadis kecil yang mengenakan gaun merah muda. Rambutnya dikuncir kuda, dan dia memegang permen lollipop di tangannya dengan senyum yang lebar.Kayla memandang foto itu dengan saksama, air mata mengg
“Adik?” tanya Sagara dengan wajah tak percaya. Dia sama sekali tak tahu jika temannya itu memiliki seorang adik. Selama ini Devan memang tak banyak bercerita tentang keluarganya. Sagara hanya tahu jika Devan tinggal dengan ayahnya saja. Dia pikir, kedua orang tua Devan berpisah, itu sebabnya temannya itu tak banyak menceritakan tentang apa pun.“Iya. Dia hilang waktu kecelakaan. Waktu itu usianya sekitar … delapan tahun,” jawabn Devan dengan berusaha mengingat-ingat.“Terus selama ini lo nggak pernah cari atau berusaha cari dia, Van?”“Gue udah lakuin semuanya untuk cari Kay, Ga.” Pria itu tertunduk sedih. “Tapi, hasilnya selalu nihil. Sampai pencarian dihentikan sama tim sar, kita juga masih tetap berusaha cari dengan bayar banyak orang, tapi hasilnya tetap sama.”Sagara menggeleng. “Ini nggak masuk akal.”“Maksud lo apa?”“Ya, ini nggak masuk akal, Devan!” seru Sagara hampir berteriak. “Gimana bisa lo nggak menemukan adik lo sendiri selama 20 tahun ini.”Devan terduduk lemas. Selu
Kayla terdiam. Dia tak bicara apa pun karena sudah menduga jika Sagara tak mungkin semudah itu menemukan keluarganya setelah puluhan tahun.Wanita itu hanya terdiam sembari menatap Sagara yang masih menanti jawabannya.Dia harus menjawab apa?Menerima permintaan Sagara untuk meresmikan pernikahan mereka? Seharusnya, tak ada yang meragukan tentang sifat dan apa yang pria itu miliki, tetapi berbeda dengan Kayla.Kayla sempat membuka hatinya saat tahu jika Sagara adalah remaja laki-laki yang menjadi temannya dulu. Namun, Kayla juga masih tahu diri.Sagara adalah cucu dan penerus D&W Company. Apa dia pantas bersanding dengan pria seperti itu?“Kayla—”“Maaf, Ga. Keputusanku akan tetap sama.” Kayla menghela napas panjang. Dia dapat merasakan genggaman tangan Sagara melonggar, dengan tatapan penuh arti kepadanya. “A-aku bukan wanita yang cocok bersanding dengamu, Sagara. Kehidupan kita berbeda. Aku hanya anak yatim piatu yang tak jelas asal usulnya sampai sekarang. Aku nggak mau semua tenta
Devan masuk ke dalam ruangan Sagara tanpa meminta izin lebuh dulu. Pria itu terlalu terburu-buru sehingga tidak peduli dengan orang yang berusaha menghentikannya sekarang.Namun, bukan Sagara yang dia lihat di sana, melainkan hanya ruangan kosong. Sagara sudah tak ada lagi di tempat itu.“Di mana Sagara?” tanya Devan tanpa basa-basi pada sekretaris temannya itu.“Tuan sedang ada urusan di luar.”“Di mana?”Wanita itu menggeleng tanda jika dia tidak tahu. “Dia hanya berpesan jika tidak akan kembali ke kantor hari ini.”Devan membuang napasnya dengan kasar mendengar hal itu. Pria itu langsung berbalik dan meninggalkan wanita yang berdiri di belakangnya tadi tanpa sepatah kata.Sekarang di dalam mobil, pria itu duduk termenung. Ke mana dia harus mencari Sagara untuk menanyakan tentang foto tersebut?Sudah beberapa kali juga dia mencoba menghubungi temannya itu, tetapi tak ada jawaban sama sekali. Jika memang seperti ini, itu artinya Sagara tak mau diganggu. “Harus ke mana aku mencari ta
“Yang ini—”“Gue pulang dulu!” kata Devan memotong ucapan Sagara. Pria itu baru saja akan menunjuk yang mana Kayla, tetapi Devan lebih dulu pergi. Namun, bukan dengan tangan kosong melainkan dengan membawa foto yang dia pegang tadi.“Fotonya mau lo bawa ke mana, Van?”“Gue pinjam sebentar. Nanti gue balikin lagi.” Devan langsung menutup pintu dan berlari meninggalkan kantor Sagara.Sementara itu, Sagara dan Daffa tampak masih bingung dengan sikap Devan yang tiba-tiba saja berubah. Keduanya saling pandang, dengan semua isi kepala masing-masing.***Devan langsung membanting pintu mobil setelah sampai di rumahnya. Pria itu berlari seperti orang kesetanan, dan langsung menuju ruang kerja ayahnya.“Loh, Van. Kamu sudah pulang?” tanya Pram—ayah Devan yang sedang duduk di meja kerja. Pria yang sudah paruh baya itu tampak mengerutkan kening saat melihat putranya hanya diam saja. “Kamu cari apa?” tanya Pram saat melihat Devan membuka satu persatu laci lemari.“Foto keluarga kita dulu, Pa.”“D
“Kamu bercanda?” tanya Kayla yang tampak tak percaya.Menjadikan pernikahan kontrak mereka sebagai pernikahan sungguhan? Itu terdengar tak masuk akal bagi Kayla.Bukan apa-apa. Perbedaan status sosial di antara mereka sangat jauh. Dari awal saja, Kayla sudah merasa tak percaya diri berada di dekat Sagara. Lalu, bagaimana bisa pria itu berpikir untuk menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan resmi?“Kenapa? Aku besungguh-sungguh, Kay. A-aku ingin melindungimu, Kayla.”“Melindungku? Melindungi dari apa dan siapa?”Sagara menghela napas panjang. Awalnya memang seperti itu. Dia menawarkan pernikahan kontrak dengan Kayla hanya karena ingin membantu wanita itu membalaskan rasa sakit hatinya.Akan tetapi, semakin hari semenjak mengenal Kayla, Sagara akui ada yang berbeda dalam di dalam hatinya. Ada sebuah rasa yang tak bisa dia ungkapkan sekarang.“Aku tidak punya musuh, sehingga kamu harus melindungi aku, Sagara. Aku juga sudah bisa menjaga diri sendiri.”Sagara terdiam. “Kita masih ha
Kayla termenung. Serpihan tentang kenangan masa kecilnya kembali hadir. Waktu itu, dia baru berusia delapan tahun. Kayla kecil hanya gadis polos yang hidupnya terpaksa berubah secara drastis. Setelah ditemukan dan dibawa ke panti, Kayla tidak memiliki ingatan apa pun tentang hari lalu yang terjadi dalam hidupnya. Yang dia tahu, dia hanyalah seorang anak yang ditinggal dipanti, yang menunggu keluarganya untuk menjemput. Kayla memang anak yang ceria dan periang. Dia banyak bicara, seolah lupa dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dia menyambut semua tamu yang datang ke panti dengan penuh suka cita, dengan harapan jika suatu saat nanti dia akan menemukan “keluarga barunya”. Namun, sayang sampai Kayla menginjak remaja, tak ada satu keluarga pun yang mau membawanya sebagai keluarga. Hingga pada akhirnya, Kayla memilih sekolah dan belajar dengan giat, agar suatu saat nanti dia bisa bekerja dengan layak untuk bisa mmebantu panti yang menjadi rumahnya selama ini. Tak peduli de
“Apa maksudmu, Sagara?” tanya Kayla yang masih tak mengerti. “Keluargku? Orang tuaku? Me-mereka tidak pernah muncul. Apa aku masih memiliki mereka semua?”Sagara tak langsung menjawab. Pria itu bisa menyadari jika suasana hati istrinya sedikit berubah sekarang. Wajah Kayla menyiratkan banyak emosi yang terpendam begitu lama.Setelah berpuluh-puluh tahun, kini Kayla harus mendengar tentang kelurganya lagi.“Aku yakin mereka masih mencarimu sampai sekarang.”“Kalau memang benar, seharusnya mereka sudah menemukan aku sejak lama, kan?”“Tidak ada yang tau bagaimana takdir bekerja, Kayla. Kamu juga tidak ingat apa pun setelah kecelakaan itu, kan?”Kayla langsung menatap Sagara dengan penuh tanda tanya.Kecelakaan? Dari mana Sagara tahu tentang kecelakaan yang pernah dia alami di masa lalu? Kayla ingat sekali jika dia tidak pernah menceritkan tentang hal itu pada Sagara. Bahkan Andra juga tidak tahu tentang itu.Andra dan kedua orang tuanya hanya tahu jika Kayla adalah anak yang berasal d
Mendadak suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sedikit hening. Sagara berdeham, dan Kayla langsung menyodorkan segelas air ke arahnya. “Kalau kamu nggak mau cerita juga nggak masalah,” ujar Kayla yang langsung merasa tak enak hati dengan Sagara. Wanita itu kembali melanjutkan makannya, meski dengan susah payah. “Kamu masih berhubungan dengan pria itu?” Kayla mendongakkan kepalanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau Sagara salah sangka. “Tidak. Aku tau karena istrinya yang menemuiku.” Kening Sagara tampak berkerut, keheranan. “Menemuimu?” tanya pria itu memastikan. “Kami tidak sengaja bertemu di supermarket tadi. Dia bilang Andra dilaporkan ke polisi. Apa dia membuat masalah yang serius, atau ini hanya—” “Dia merugikan perusahaan,” jawab Sagara cepat. Pria itu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulut. Ada sedikit kelegaan saat tahu jika Kayla dan Andra tak berhubungan lagi, tetapi tetap saja dia masih merasa sedikit gundah karena sikap perhaitian Kayla tad