Setelah selesai dengan semua urusan membereskan apartemen, Sagara mengajak Kayla untuk berbelanja. Pria itu juga meminta Kayla memasak untuk dirinya, dengan alasan jika dia tidak bisa makan makanan sembarangan.Ya, Kayla hanya menyebut itu sebagai alasan karena dia belum tahu yang sebenarnya. Di dalam kepalanya sekarang hanyalah, Sagara mungkin ingin memanfaatkannya sebagai tukang masak juga. Namun, itu semua tidak jadi masalah. Kayla sudah biasa melakukan semua itu waktu bersama dengan Andra dulu. Bedanya, sekarang dia tidak akan bekerja lagi dan melayani Sagara layaknya seorang suami."Ambil daging juga. Di Belanda aku biasa makan daging."Kayla menuruti permintaan Sagara, dengan membiarkan pria itu berjalan lebih dulu di depan dengan memegang troley belanjaan."Ayam dan ikan?""Keduanya," ucap Sagara. Dia berbalik dan menatap Kayla yang masih terlihat bingung. "Kenapa diam saja? Cepat ambil yang aku sebutkan tadi.""Ah, baiklah." Kayla mengambil semua yang Sagara minta tanpa meli
Andra melotot tak terima mendengar peringatan pria yang ada di samping Kayla. Egonya masih tinggi dan berpikir jika Kayla tidak mungkin bangkit secepat ini, atau lebih tepatnya karena dia merasa tidak rela melihat Kayla melupakannya begitu cepat."Awas kamu, Kayla. Aku tidak bisa menerima penghinaan ini." Andra menunjuk wajah Kayla dan Sagara dengan mata memerah. "Penghinaan seperti apa yang kamu maksud, Mas? Justru sejak tadi wanita pelakor ini yang menghinaku.""Halah, sudahlah! Jangan membantahnya lagi," tukas Andra dengan mengibaskan tangan di depan wajah Kayla. "Atau jangan-jangan, kamu yang sebenarnya duluan selingkuh dari aku, kan? Itu sebabnya kamu bisa secepat ini menemukan pria lain?"Kayla mengerutkan keningnya dengan menggeleng pelan.Perkataan Andra sekarang benar-benar tidak masuk akal."Maling jangan teriak maling!" ujar Kayla yang langsung mengajak Sagara untuk segera pergi. "Aku sudah nggak peduli lagi dengan isi pikiran kamu. Terserah kamu mau berpikir apa.""Kayla
Sagara datang memenuhi permintaan Devan setelah semua urusannya di rumah sakit selesai. Pria itu sedikit heran saat melihat Devan hanya duduk seorang diri di meja kafe, tanpa ada Alex sama sekali.“Lo sendiri aja,Van?"Devan langsung mengangguk dengan membenarkan posisi duduknya. Dia segera menatap Sagara dengan lekat, dan masih menimbang apakah dia perlu menanyakan tentang Kayla?“Devan!”“Cewek yang tinggal di sebelah apart lo tadi … lo udah lama kenal dia?”Sagara tampak mengerutkan keningnya begitu mendengar pertanyaan Devan.“Kenapa?” tanya Sagara yang tidak langsung menjawab.Devan tertawa pelan untuk menghilangkan kegugupannya yang tiba-tiba saja datang. “Lupain aja, deh! Gue cuma penasaran aja. Namanya Kayla 'kan tadi?"“Lo kenal dia?” Sekarang Sagara yang dibalut rasa penasaran, sebab dia tahu seperti apa Devan. Pria itu bukan orang yang mudah penasaran dengan sosok asing yang tidak memiliki kepentingan dengan dirinya.Devan menggeleng pelan. Dia sangat yakin tidak kenal deng
Kayla membuka pintu setelah mendengaar suara bel. Wanita itu segera bergegas untuk melihat siapa tamunya kali ini.Setelah tadi dia dikejutkan dengan kedatangan teman Sagara secara tiba-tiba."Saga?"Sagara segera mendorong pintu dan masuk tanpa menunggu perintah dari Kayla. Sebenarnya dia bisa saja masuk tanpa menekan bel lebih dahulu, hanya saja Sagara tidak ingin berbuat seenak itu. Dia menghargai privasi Kayla.Bruk!Terdengar langkah kaki Kayla yang menyusul di belakang pria bertubuh tinggi tegap itu. "Kamu kok pulang ke sini?""Memangnya aku salah pulang ke rumah calon istriku?" tanya Sagara dengan wajah datar.Deg!Namun, hal sebaliknya justru terjadi pada Kayla. Jantung wanita itu berdegup kencang saat mendengar perkataan Sagara.Ya, dia memang calon istri pria itu, tetapi bukankah pernikahan mereka hanya sebatas kontrak saja?"Meskipun sebatas kontrak, pernikahan kita nanti tetap akan sah di mata agama dan juga hukum," ujar Sagara seolah tahu isi pikiran Kayla saat ini. Dia b
Sagara benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Pria itu bersungguh-sungguh tentang semua barang-barang milik Kayla yang masih berkaitan dengan Andra. Bahkan, Kayla sama sekali tak kuasa untuk menolak keinginan Sagara yang terdengar cukup konyol itu. Walaupun terpaksa, pada akhirnya dia membuang semua benda yang pernah dibelikan oleh Andra. Untuk itulah, mereka berada di sini. Di salah satu store pakaian dengan merek ternama, yang bahkan tidak pernah Kayla masuki sebelumnya. "Bantu dia memilih pakaian yang cocok!" perintah Sagara kepada salah satu pramuniaga yang ada di sana. Untuk kenyamanannya, Sagara sampai menyewa tempat ini dan menutupnya dari umum untuk beberapa jam ke depan. "Apa semua ini perlu, Sagara?" bisik Kayla yang tak langsung pergi. Dia merasa Sagara terlalu berlebihan. "Sangat perlu. Kakekku sangat melihat penampilan." Mendengar hal itu, Kayla tak punya kuasa lagi untuk membantah. Dia mengikuti kemauan Sagara. Mencoba berbagai jenis pakaian, dari dress pendek
Selama di perjalanan Kayla tak banyak bicara. Wanita itu hanya bisa menyentuh dadanya dengan tatapan bingung, lalu bertanya-tanya, menapa jantungnya berdegup kencang seperti ini setelah perlakuan sederhana Sagara tadi."Kita sudah sampai."Kayla menoleh ke luar. Mereka sudah sampai di depan salah satu kafe. Kafe yang ingin dia kunjungi bersama Alana waktu itu. Membicarakan Alana, dia jadi teringat dengan sahabatnya yang selama beberapa minggu ini tidak tahu bagaimana kabarnya."Kata teman-temanku, makanan di sini lumayan enak. Kamu mau mencobanya?"Lamunan Kayla buyar begitu mendengar suara Sagara, dia menoleh dan tersenyum tipis. "Aku juga sudah lama mau mencobanya bersama dengan Alana." Semenjak memutuskan untuk tidak bekerja lagi di rumah sakit, Kayla memutuskan semua komunikasi dengan semua orang termasuk dengan Alana. Bukan apa-apa, dia hanya masih merasa malu saja, sebab selama ini Alana adalah saksi bagaimana Kayla selalu membanggakan Andra."Alana? Dia temanmu itu, kan?" Kay
Kayla terperangah begitu mendengar penuturan Adelia. Apa maksud wanita itu? Andra menikahinya hanya untuk meredakan amarahnya saja? Dia benar-benar tidak mengerti, itu tampak dari keningnya yang berkerut kebingungan."Apa maksudmu?" tanya Kayla dengan menggelengkan kepala. Dia hendak berdiri untuk meninggalkan Adelia karena tidak mau lagi mendengar penjelasan wanita itu yang tidak masuk akal. "Tidak. Aku tarik lagi pertanyaanku tadi. Aku tidak mau tau apa pun."Wanita berambut hitam itu bergegas setelah mengambil tas di atas meja, tetapi Adelia lebih dulu menarik tangannya. Wanita berambut cokelat yang sudah merebut suaminya itu menatap Kayla dengan tajam."Kami akan menikah waktu itu. Tidak, dia yang mengajakku menikah, tapi aku menolak karena harus study ke luar negeri."Kayla bergeming. Wanita itu tidak mau mendengar apa pun lagi.Mereka mau menikah? Itu tidak mungkin!Dia dan Andra sudah dekat selama kurang lebih satu tahun, dan Andra tidak pernah bercerita mengenai Adelia atau ap
"Kenapa wajahmu murung seperti itu?" tanya Sagara begitu melihat Kayla pulang. Dia memang sengaja pulang ke apartemen wanita itu karena berniat untuk mengajaknya makan malam bersama. Namun, apa yang dia lihat sekarang? Wajah muram Kayla setelah kembali dari pertemuannya dengan Alana. Seharusnya, Kayla merasa senang, bukan, setelah bertemu dengan sahabatnya. Namun, yang dilihat Sagara justru sebaliknya. Sementara itu, Kayla tidak menjawab pertanyaan yang Sagara lontarkan. Wanita itu justru meletakkan secarik kertas di atas meja, yang langsung diambil oleh Sagara. "Apa ini?" Pria itu bergegas membacanya, dan terkadang keningnya tampak berkerut saat membaca isi kertas yang Kayla berikan tadi. "Surat dari pengadilan. Kamu murung gara-gara surat ini, Kay?" "Kapan pernikahan kita akan dilangsungkan?" tanya Kayla tanpa menjawab pertanyaan Sagara. Wanita itu tampak menarik napas dalam-dalam dan langsung duduk, mengabaikan Sagara yang tampak kebingungan. "Pernikahan? Kenapa t
“Aku nggak tau kalau kamu ada kamu tadi kedatangan tamu. Seharusnya kamu bilang kalau ada Daffa.” Setelah mendengar suara pintu tertutup dan Daffa sudah pergi, Kayla memberanikan diri menegur Sagara.Dia takut Daffa akan berpikir buruk tentang dirinya. Apalagi Kayla sadar jika keluarga besar Sagara sepertinya belum sepenuhnya setuju pernikahan mereka.“Dia cuma mampir sebentar. Aku pikir kamu sudah tidur.”Kayla hendak menyangkal, tetapi saat dia melihat ruang kerja Sagara yang terbuka, Kayla memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali pembicaraannya.“Aku haus,” tutur Kayla yang langsung berjalan menuju dapur dan mengambil air minum. "Makanya aku keluar, dan terus lihat kamu sama Daffa."Wanita itu meneguk air dari botol langsung. Dia merasa cukup panas setelah mendengar apa yang Daffa katakan sebelum pulang tadi. Keponakan? Bayi? Ingatannya kembali melayang ke kehidupan pernikahan sebelum bersama Sagara. Dulu, dia sampai tidak berani menyinggung apa pun yang berkaitan dengan bayi
“Kayla, aku ... maksudku kenapa kita harus membahas tentang perpisahan sekarang?" Sagara membuang wajahnya begitu mendengar apa yang Kayla bicarakan. Perpisahan? Bahkan sedetik pun Sagara tidak pernah memikirkan tentang hal itu. "Bukankah itu sudah pasti?""Tapi, Kayla--"Kayla menggeleng yang langsung membuat ucapan Sagara terhenti. Wanita itu menepuk bahu Sagara berulang kali, kemudian bangkit dan pergi meninggalkan pria itu begitu saja. Dia tidak mau mendengar apa pun dari Sagara sekarang. Bukan tanpa alasan, Kayla hanya tidak ingin Sagara melihat sisi lemah dari dalam hidupnya. Melihat sang istri yang meninggalkannya begitu saja, membuat Sagara berdiri dan menyusul wanita itu. Pria itu tampak kebingungan, dan ingin memanggil, sebelum suara pintu tertutup membuat gerakan tangannya terhenti.Bruk!Tangan Sagara melayang di udara. Dia ingin mengetuk dan bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya, atau yang Kayla rasakan sekarang, tetapi dia kembali ingat. Sikap dingin wanita
Brak!Suara jas yang dilempar di atas kursi itu terdengar jelas. Andra menarik dasi yang dia kenakan dengan terus mendengus, marah.Sementara itu, Adelia hanya diam melihat suaminya pulang dalam keadaan marah. Dia tidak berniat untuk bertanya mengenai apa pun, sebelum Andra menceritakan masalahnya sendiri.“Sialan! Brengsek!” maki Andra dengan melemparkan dasinya. Egonya tidak terima melihat bagaimana hidup Kayla sekarang.Wanita itu menikah dengan orang yang punya status sosial jauh di atasnya?Tidak!Bukan ini yang dia mau. Sejak pertama kenal dengan Kayla, dia tidak pernah melihat wanita itu memiliki posisi yang kebih tinggi darinya. sekarang apa?“Brengsek!”“Kamu kenapa, sih, Ndra?” tanya Adelia tak tahan mendengar suaminya terus mengumpat. “Kamu nggak lihat ada anak kita di sini. Nggak bagus mengumpat di depan anak kecil begitu.”“Diam kamu!” bentak Andra dengan mata melotot. Pernikahan mereka memang sedang panas, sejak dia bertemu dengan Kayla terakhir kali. “Kamu kalau nggak b
“Kamu gila, ya?” bentak Kayla begitu orang yang membungkam mulutnya itu melepaskannya, dan darahnya semakin mendidih setelah tahu siapa pelakunya. “Kamu yang gila, Kay.” Wajah Andra tampak memerah karena amarah. Napas pria itu juga terllihat naik turun. Sejak tadi, dia ingin bicara secara langsung dengan Kayla, dan siapa sangka keberuntungan berpihak kepadanya. Saat dia melihat Kayla berjalan di depannya tadi, Andra tidak berpikir panjang lagi. “Jadi, ini alasan kamu mau bercerai dengan aku. Kamu menargetkan laki-laki itu dari awal?”Mata Kayla membelalak mendengar apa yang Andra katakan. Apa pria itu lupa ingatan? “Kamu yang ngajak aku cerai. Lagi pula kamu juga sudah menikah sama wanita itu. Jadi, kenapa aku nggak boleh menikah sama Sagara?” tanya Kayla, menantang.Semakin lama, dia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Andra. Mengapa setelah tahu ada pria lain bersamanya, pria itu semakin kesetanan?“Tapi, bukan harus dia juga—
Melihat bahwa Kayla lah yang benar-benar naik, dan menyambut uluran tangan Sagara dengan senyum lebar, Andra langsung merasa gelisah. Pria itu mengusap keringatnya dengan tangan gemetar. Tidak hanya dirinya yang terkejut dengan kemunculan Kayla sebagai istri dari pemimpin baru mereka, beberapa teman kerjanya yang juga tahu bagaimana hubungan wanita itu dengan Andra dulu, tampak cukup terkejut. Beberapa suara pelan mulai terdengar, membuat Andra semakin tidak nyaman. Pria itu berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat ini, tetapi Hendra mencengkeram tangannya. “Itu Kayla, kan?” Semua teman-teman Andra memang belum ada yang tahu tentang perceraiannya dengan Kayla. Pria itu memang tidak pernah menceritakan apa pun karena tidak ingin reputasinya menjadi buruk. “Andra, itu Kayla istri kamu, kan?” tanya Hendra sekali lagi dengan kening berkerut. “Ka-kami sudah berc
Pesta yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar D&W Company akan diadakan petang ini. Di pesta ini, pemimpin baru mereka akan diumumkan secara resmi.Sagara Dewanta, nama yang disebut banyak pihak akan menggantikan posisi Haris Dewanta untuk memimpin D&W Company ke depannya.Ada beberapa dari mereka yang sudah pernah melihat dan bertemu langsung dengan Sagara, ada juga yang hanya pernah mendengar nama pria itu sekilas.Desas-desus dari banyak karyawan mulai terdengar. Mereka mulai membicarakan bagaimana rupa dari seorang Sagara Dewanta.“Aku pikir Tuan Daffa yang akan menggantikan posisi ayahnya, tapi ternyata bukan.”“Benar. Aku juga nggak tau kalau ternyata Tuan Wisnu punya cucu lain selain Tuan Daffa.”“Kira-kira dia lebih ganteng nggak ya dari Tuan Daffa?”Daffa berdeham saat mendengar ocehan dari para karyawan wanita itu. “Eh, maaf, Tuan.” Salah satu karyawan tadi langsung menundukkan kepalanya dengaan waja
Malam itu Andra pulang dengan rasa gelisah, apalagi setelah mendengar semua tentang CEO di baru tempatnya bekerja. Dia memang tidak pernah tahu tentang cucu Tuan Wisnu yang tinggal di luar negeri itu. Hanya sekilas kabar burung saja yang selama ini didengar para karyawan D&W Company. “Kamu kenapa?” tanya Adelia tanpa menoleh sama sekali. Dia masih marah karena pertengkaran mereka kemarin. “Nggak kenapa-napa.” Adelia mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menggeleng sebelum melenggang pergi meninggalkan suaminya begitu saja. Dia tidak mau peduli lagi dengan pria itu. Sementara itu, setelahn Adelia pergi, Andra hanya bisa mendesah kasar. Pria itu merebahkan tubuhnya ke belakang untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku. Sekarang dia hanya berharap jika nasib baik masih berpihak kepadanya. *** Kayla menjatuhkan semua
Sagara secara resmi telah ditetapkan sebagai pemimpin baru dari D&W Company, melalui rapat dewan direksi. Sebagai pemegang saham tunggal, tentu tidak ada yang akan menentang keputusan Tuan Wisnu. Apa lagi, saham yang dimiliki Sagara memang lebih besar dari yang dipunya oleh Harris. Seluruh perusahaan menyambut baik kabar ini. Mungkin di sisi lain, akan ada yang merasa kehilangan karena semenjak Haris Dewanta memimpin, pria paruh baya itu dikenal cukup baik. Namun, semua itu tidak menjadi penghalang bagi keputusan semua keluarga Dewanta. Sudah saatnya mereka memiliki pemimpin baru, agar visi misi perusahaan terus berjalan, bahkan menciptakan inovasi baru. Sagara membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada dewan direksi. Dia sudah memikirkan ini secara matang, dan menyakini bahwa keputusannya itu sudah benar. Bibir pria itu mengembang sempurna begitu semua dewan direksi per
Sagara pulang dengan bayang-bayang tentang masa lalunya. Dua puluh tahun lalu, saat dia masih berusia delapan belas tahun, keluarga mereka mengalami kecelakaan yang membuat Sagara harus kehilangan kedua orang tuanya. Sejak hari itu, hidup pria itu hancur tak bersisa. Ayah dan ibunya adalah dunia bagi Sagara. Lalu, setelah dunianya pergi bagaimana hidup pria itu bisa baik-baik saja? Semuanya dimulai sejak hari itu. Sagara yang dulunya adalah anak yang aktif, dan ceria berubah menjadi sosok yang muram. Setiap hari hanya dia habiskan untuk tidur, atau membaca buku saja. Namun, saat Sagara mulai bangkit, paman dan kakeknya membuat keputusan yang berakhir membuat dia membenci semua orang-orang di keluarga Dewanta. Bagaimana mereka bisa mengirim Sagara yang sedang berduka ke negeri orang, hanya dengan seorang pengawal dan pengasuhnya saja? “Sagara!” panggil Kayla yang membuat pria itu terhenyak. Sejak kembali dari kediaman Dewanta tadi, Sagara memang banyak diam. Entah apa yang seda