Brak! Suara gebrakan meja membuat Kayla tersentak. Wanita itu menoleh--melihat pria setengah baya yang sejak tadi hanya diam mendengarkan perbincangan mereka."Apa-apaan ini, Sagara!" bentak Haris yang sejak tadi diam saja. Napas pria itu terengah-engah saat melihat ayahnya yang terdiam dengan pucat. "Kamu akan menikahi seorang wanita yang baru akan bercerai? Mau ditaruh di mana wajah keluarga kita?"Bukannya marah ataupun kesal, Sagara justru tertawa sinis begitu mendengar perkataan Haris. "Kamu mau mengaturku, Paman?""Saga, jaga cara bicaramu!" Sekarang Tuan Wisnu yang mencoba melerai. Jika dibiarkan, maka tidak bisa ditutupi jika Sagara dan putra bungsunya itu akan bertengkar. "Biar bagaimana pun juga dia tetap pamanmu. Jadi, hormati dia.""Kalau begitu hormati juga keputusanku. Aku akan tetap menikahi Kayla."Kayla meraih tangan Sagara yang duduk di sampingnya. Di bawah meja wanita itu menggengam erat tangan pria yang sedang membelanya sekarang. Kayla tahu hal ini pasti terjad
Persidangan mereka sudah selesai, tetapi sejak tadi Kayla sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang ada di dalam sana. Pikirannya terus saja terusik dengan perlakuan Sagara pagi tadi. Pria itu tiba-tiba saja menciumnya, dan itu benar-benar membuat Kayla terkejut setengah mati. "Aku pikir kamu nggak akan datang." Suara seseorang yang amat sangat Kayla kenal, membuat wanita itu menoleh. Hanya sesaat, Kayla kembali membuang muka saat melihat Andra sedang berdiri di sampingnya. "Aku ingin sidang ini cepat selesai." "Oh, ya? Supaya kamu bisa segera menikah dengan pria sombong itu?" tanya Andra dengan sinis. Pria itu mendengkus tak suka. "Itu bukan urusanmu. Urus saja istri dan bayimu yang baru lahir itu." Andra menggeram kesal mendengar jawaban Kayla. Dengan marah pria itu menarik tangan Kayla, lalu menyentakkan bahu wanita itu hingga mereka saling berhadapan sekarang. "Lepaskan aku, Mas!" "Kamu mulai menyombongkan diri sekarang?" Andra Mencengkeram erat bahu
Alana melambaikan tangannya begitu melihat Kayla. Mereka sudah berjanji untuk bertemu di rumah sakit, setelah tahu jika temannya itu akan datang untuk mengurus pengunduran diri."Bagaimana dengan sidangnya tadi?" tanya Alana cukup antusias. Dia memang mendukung penuh keputusan Kayla untuk bercerai dengan pria brengsek seperti Andra."Semuanya lancar karena Mas Andra yang mengugat, jadi prosesnya bisa lebih cepat.""Jadi, kamu serius mau mengundurkan diri dari sini, Kay?"Kayla membalikkan tubuhnya, hingga kini dia bisa melihat Alana langsung. Mata cokelat temannya itu memancarkan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan."Aku nggak bisa kalau harus tetap di sini, Na.""Terus bagaimana dengan kontrak kerja kamu? Rumah sakit pasti akan memberikan denda karena kamu melanggar kontrak, kan?" Alana terlihat risau. Dia bukan tidak mau membantu jika Kayla benar-benar dikenakan denda atas pemutusan kontrak mereka.Hanya saja, dari mana Alana bisa memperoleh uang sebanyak itu untuk membantu K
Kayla merebahkan diri begitu sampai di rumah. Tadi setelah urusannya di rumah sakit selesai, dia menyempatkan diri untuk ke panti sebentar. Sekarang wanita itu hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dengan hampa. Sagara baru pergi beberapa jam yang lalu, tetapi dia sudah merasakan kehilangan. Biasanya pria itu selalu datang, dan memasak untuk makan malam mereka bersama. "Huh, perasaaan apa ini? Ayolah, Kayla. Jangan bersikap seolah kamu wanita gampang seperti ini." Kayla memejamkan mata untuk mengusir rasa gusarnya. Dia bicara pada dirinya sendiri. Semakin hari, dia semakin terbiasa dengan kehadiran Sagara, dan itu terlalu berbahaya. Kayla tidak mau lagi bergantung kepada siapa pun, termasuk Sagara. Apalagi pria itu adalah orang yang baru yang akhir-akhir ini masuk dalam kehidupannya. Lagi-lagi terdengar helaan napas panjang dari Kayla. Mendadak perkataan Sagara kemarin terlintas lagi dalam benaknya. Pria itu sudah lama mengenalnya? "Kapan kami pernah bertemu? Aku
"Kayla? Kamu Kayla, kan?" Sontak saja Kayla terdiam sembari mengingat siapa pria yang berdiri di hadapannya sekarang. Matanya langsung membulat sempurna saat mengingat jika pria itu adalah ... teman Sagara yang datang ke apartemennya waktu itu. Mendadak keringat dingin langsung membasahi dahi wanita itu. Bagaimana kalau pria di hadapannya ini mengatakan sesuatu di depan Alana. Kayla belum siap dengan semua itu. "Lo kenal dia, Van?" tanya pria satu lagi yang tidak lain adalah Alex. Alana menatap Kayla dengan mengerutkan keningnya, lalu setelah itu dia bertanya dengan wajah bingung. "Kamu kenal sama orang ini, Kay?" Devan tersenyum manis dan langsung mengulurkan tangannya ke arah Kayla. Ya, sejak tadi dia sudah melihat Kayla dan memberanikan diri setelah yakin jika wanita yang dilihatnya itu adalah wanita yang diceritakan oleh Sagara. "Kita belum kenalan waktu itu. Saya Devan, dan ini Alex." De
Energi Kayla benar-benar terkuras habis setelah dia pulang. Seperti yang sudah dia duga, setelah mengetahui semuanya, Alana mengajukan banyak pertanyaan. Tidak bisa dipungkiri jika Kayla berada dalam posisi yang dialami oleh Alana, dia juga akan melakukan hal yang sama untuk menuntaskan rasa penasarannya. Hanya saja pernikahan ini ... bukanlah sesuatu yang bisa Kayla pamerkan begitu saja di depan banyak orang. Meski pada akhirnya mereka semua tahu, tetap saja Kayla merasa tidak punya hak untuk mengakui pernikahan mereka yang hanya sebatas kontrak itu saja. "Kenapa aku jadi merasa gelisah seperti ini? Bukankah memang ini yang aku mau?" Kayla memejamkan matanya dengan tubuh bersandar di sofa. "Menjadi Nyonya Dewanta adalah keinginanku sendiri." Kayla kembali terdiam. Membiarkan dirinya hanyut dalam banyak kegelisahan yang dia rasakan akhir-akhir ini. Detik jarum jam terdengar nyaring, sampai akhirnya wanit
Kayla akan memulai babak baru dalam hidupnya. Setelah menunggu beberapa bulan, akhirnya hari ini tiba. Sidang terakhir mereka akan dilangsungkan sebentar lagi. Helaan napas panjang terdengar saat Kayla menatap dirinya sendiri di depan cermin. Setelah semua ini, dia akan memulai untuk membalaskan rasa sakit hatinya kepada Andra. Menjadi Nyonya Dewanta adalah satu-satunya cara agar dia bisa melakukan apa pun. "Apa Sagara akan pulang hari ini?" tanya Kayla pada dirinya sendiri. Setelah percakapan mereka beberapa hari lalu, Sagara sudah tidak pernah mengabarinya lagi. Mungkin, pria itu terlalu sibuk, dan Kayla tidak mau mengganggu. Lagi pula apa haknya? "Meskipun dia tidak pulang, aku akan mengabari hasil sidangnya nanti." Kayla tiba di pengadilan tepat waktu. Wanita itu berangkat dengan setelan rok dan kemeja mewah yang Sagara berikan. Penampilannya sekarang ben
Sagara berlari tanpa memedulikan apa pun lagi di sekitarnya. Pesawatnya baru mendarat beberapa menit yang lalu, dan dia sengaja pulang tanpa memberitahu Kayla karena ingin memberikan kejutan. Namun, bukan dirinya yang berhasil memberikan Kayla kejutan, justru kabar yang diterima dari Daffa yang membuatnya terkejut bukan main. Semua mata memandang ke arah Sagara yang tampak kacau balau. Pria yang berstatus sebagai cucu Tuan Wisnu itu membuat banyak pihak bertanya-tanya. Apa yang membuat Sagara begitu panik? "Daf!" "Lo baru sampai, Ga?" "Gimana keadaan Kayla? Dia di mana?" tanya Sagara tanpa memedulikan Daffa yang bertanya padanya tadi. Pria itu benar-benar kalut sekarang. "Daffa!" "Dokter lagi periksa keadaan Kayla di dalam. Lo duduk dulu." Daffa membantu Sagara untuk segera duduk. Dia baru pertama ini melihat wajah khawatir Sagara semenjak orang tuanya meninggal. "Mau minum?" taw
Kayla menatap Sagara dengan tatapan penuh tanda tanya. Suara lembut pria itu masih terngiang di telinganya. "Kayla, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Ini tentang janjiku padamu, waktu itu." Rasa cemas merambat di hati wanita itu, ketika Sagara menjelaskan segalanya. Tentang Devan, dan keluarga Sanjaya, dan semua cerita tentang Devan yang mencari-cari keberadaan adik kandungnya selama 20 tahun terakhir. Kayla menggeleng pelan, mencoba menolak kenyataan yang tak pernah dia duga. "Itu tidak mungkin," katanya dengan suara gemetar. Devan yang berdiri di sudut ruangan, mendekatinya perlahan. Di tangan pria itu ada sebuah album foto tua yang telah menguning oleh waktu. Dia menyerahkan album itu kepada Kayla. "Buka halaman ini," kata Devan, menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto seorang gadis kecil yang mengenakan gaun merah muda. Rambutnya dikuncir kuda, dan dia memegang permen lollipop di tangannya dengan senyum yang lebar.Kayla memandang foto itu dengan saksama, air mata mengg
“Adik?” tanya Sagara dengan wajah tak percaya. Dia sama sekali tak tahu jika temannya itu memiliki seorang adik. Selama ini Devan memang tak banyak bercerita tentang keluarganya. Sagara hanya tahu jika Devan tinggal dengan ayahnya saja. Dia pikir, kedua orang tua Devan berpisah, itu sebabnya temannya itu tak banyak menceritakan tentang apa pun.“Iya. Dia hilang waktu kecelakaan. Waktu itu usianya sekitar … delapan tahun,” jawabn Devan dengan berusaha mengingat-ingat.“Terus selama ini lo nggak pernah cari atau berusaha cari dia, Van?”“Gue udah lakuin semuanya untuk cari Kay, Ga.” Pria itu tertunduk sedih. “Tapi, hasilnya selalu nihil. Sampai pencarian dihentikan sama tim sar, kita juga masih tetap berusaha cari dengan bayar banyak orang, tapi hasilnya tetap sama.”Sagara menggeleng. “Ini nggak masuk akal.”“Maksud lo apa?”“Ya, ini nggak masuk akal, Devan!” seru Sagara hampir berteriak. “Gimana bisa lo nggak menemukan adik lo sendiri selama 20 tahun ini.”Devan terduduk lemas. Selu
Kayla terdiam. Dia tak bicara apa pun karena sudah menduga jika Sagara tak mungkin semudah itu menemukan keluarganya setelah puluhan tahun.Wanita itu hanya terdiam sembari menatap Sagara yang masih menanti jawabannya.Dia harus menjawab apa?Menerima permintaan Sagara untuk meresmikan pernikahan mereka? Seharusnya, tak ada yang meragukan tentang sifat dan apa yang pria itu miliki, tetapi berbeda dengan Kayla.Kayla sempat membuka hatinya saat tahu jika Sagara adalah remaja laki-laki yang menjadi temannya dulu. Namun, Kayla juga masih tahu diri.Sagara adalah cucu dan penerus D&W Company. Apa dia pantas bersanding dengan pria seperti itu?“Kayla—”“Maaf, Ga. Keputusanku akan tetap sama.” Kayla menghela napas panjang. Dia dapat merasakan genggaman tangan Sagara melonggar, dengan tatapan penuh arti kepadanya. “A-aku bukan wanita yang cocok bersanding dengamu, Sagara. Kehidupan kita berbeda. Aku hanya anak yatim piatu yang tak jelas asal usulnya sampai sekarang. Aku nggak mau semua tenta
Devan masuk ke dalam ruangan Sagara tanpa meminta izin lebuh dulu. Pria itu terlalu terburu-buru sehingga tidak peduli dengan orang yang berusaha menghentikannya sekarang.Namun, bukan Sagara yang dia lihat di sana, melainkan hanya ruangan kosong. Sagara sudah tak ada lagi di tempat itu.“Di mana Sagara?” tanya Devan tanpa basa-basi pada sekretaris temannya itu.“Tuan sedang ada urusan di luar.”“Di mana?”Wanita itu menggeleng tanda jika dia tidak tahu. “Dia hanya berpesan jika tidak akan kembali ke kantor hari ini.”Devan membuang napasnya dengan kasar mendengar hal itu. Pria itu langsung berbalik dan meninggalkan wanita yang berdiri di belakangnya tadi tanpa sepatah kata.Sekarang di dalam mobil, pria itu duduk termenung. Ke mana dia harus mencari Sagara untuk menanyakan tentang foto tersebut?Sudah beberapa kali juga dia mencoba menghubungi temannya itu, tetapi tak ada jawaban sama sekali. Jika memang seperti ini, itu artinya Sagara tak mau diganggu. “Harus ke mana aku mencari ta
“Yang ini—”“Gue pulang dulu!” kata Devan memotong ucapan Sagara. Pria itu baru saja akan menunjuk yang mana Kayla, tetapi Devan lebih dulu pergi. Namun, bukan dengan tangan kosong melainkan dengan membawa foto yang dia pegang tadi.“Fotonya mau lo bawa ke mana, Van?”“Gue pinjam sebentar. Nanti gue balikin lagi.” Devan langsung menutup pintu dan berlari meninggalkan kantor Sagara.Sementara itu, Sagara dan Daffa tampak masih bingung dengan sikap Devan yang tiba-tiba saja berubah. Keduanya saling pandang, dengan semua isi kepala masing-masing.***Devan langsung membanting pintu mobil setelah sampai di rumahnya. Pria itu berlari seperti orang kesetanan, dan langsung menuju ruang kerja ayahnya.“Loh, Van. Kamu sudah pulang?” tanya Pram—ayah Devan yang sedang duduk di meja kerja. Pria yang sudah paruh baya itu tampak mengerutkan kening saat melihat putranya hanya diam saja. “Kamu cari apa?” tanya Pram saat melihat Devan membuka satu persatu laci lemari.“Foto keluarga kita dulu, Pa.”“D
“Kamu bercanda?” tanya Kayla yang tampak tak percaya.Menjadikan pernikahan kontrak mereka sebagai pernikahan sungguhan? Itu terdengar tak masuk akal bagi Kayla.Bukan apa-apa. Perbedaan status sosial di antara mereka sangat jauh. Dari awal saja, Kayla sudah merasa tak percaya diri berada di dekat Sagara. Lalu, bagaimana bisa pria itu berpikir untuk menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan resmi?“Kenapa? Aku besungguh-sungguh, Kay. A-aku ingin melindungimu, Kayla.”“Melindungku? Melindungi dari apa dan siapa?”Sagara menghela napas panjang. Awalnya memang seperti itu. Dia menawarkan pernikahan kontrak dengan Kayla hanya karena ingin membantu wanita itu membalaskan rasa sakit hatinya.Akan tetapi, semakin hari semenjak mengenal Kayla, Sagara akui ada yang berbeda dalam di dalam hatinya. Ada sebuah rasa yang tak bisa dia ungkapkan sekarang.“Aku tidak punya musuh, sehingga kamu harus melindungi aku, Sagara. Aku juga sudah bisa menjaga diri sendiri.”Sagara terdiam. “Kita masih ha
Kayla termenung. Serpihan tentang kenangan masa kecilnya kembali hadir. Waktu itu, dia baru berusia delapan tahun. Kayla kecil hanya gadis polos yang hidupnya terpaksa berubah secara drastis. Setelah ditemukan dan dibawa ke panti, Kayla tidak memiliki ingatan apa pun tentang hari lalu yang terjadi dalam hidupnya. Yang dia tahu, dia hanyalah seorang anak yang ditinggal dipanti, yang menunggu keluarganya untuk menjemput. Kayla memang anak yang ceria dan periang. Dia banyak bicara, seolah lupa dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dia menyambut semua tamu yang datang ke panti dengan penuh suka cita, dengan harapan jika suatu saat nanti dia akan menemukan “keluarga barunya”. Namun, sayang sampai Kayla menginjak remaja, tak ada satu keluarga pun yang mau membawanya sebagai keluarga. Hingga pada akhirnya, Kayla memilih sekolah dan belajar dengan giat, agar suatu saat nanti dia bisa bekerja dengan layak untuk bisa mmebantu panti yang menjadi rumahnya selama ini. Tak peduli de
“Apa maksudmu, Sagara?” tanya Kayla yang masih tak mengerti. “Keluargku? Orang tuaku? Me-mereka tidak pernah muncul. Apa aku masih memiliki mereka semua?”Sagara tak langsung menjawab. Pria itu bisa menyadari jika suasana hati istrinya sedikit berubah sekarang. Wajah Kayla menyiratkan banyak emosi yang terpendam begitu lama.Setelah berpuluh-puluh tahun, kini Kayla harus mendengar tentang kelurganya lagi.“Aku yakin mereka masih mencarimu sampai sekarang.”“Kalau memang benar, seharusnya mereka sudah menemukan aku sejak lama, kan?”“Tidak ada yang tau bagaimana takdir bekerja, Kayla. Kamu juga tidak ingat apa pun setelah kecelakaan itu, kan?”Kayla langsung menatap Sagara dengan penuh tanda tanya.Kecelakaan? Dari mana Sagara tahu tentang kecelakaan yang pernah dia alami di masa lalu? Kayla ingat sekali jika dia tidak pernah menceritkan tentang hal itu pada Sagara. Bahkan Andra juga tidak tahu tentang itu.Andra dan kedua orang tuanya hanya tahu jika Kayla adalah anak yang berasal d
Mendadak suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sedikit hening. Sagara berdeham, dan Kayla langsung menyodorkan segelas air ke arahnya. “Kalau kamu nggak mau cerita juga nggak masalah,” ujar Kayla yang langsung merasa tak enak hati dengan Sagara. Wanita itu kembali melanjutkan makannya, meski dengan susah payah. “Kamu masih berhubungan dengan pria itu?” Kayla mendongakkan kepalanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau Sagara salah sangka. “Tidak. Aku tau karena istrinya yang menemuiku.” Kening Sagara tampak berkerut, keheranan. “Menemuimu?” tanya pria itu memastikan. “Kami tidak sengaja bertemu di supermarket tadi. Dia bilang Andra dilaporkan ke polisi. Apa dia membuat masalah yang serius, atau ini hanya—” “Dia merugikan perusahaan,” jawab Sagara cepat. Pria itu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulut. Ada sedikit kelegaan saat tahu jika Kayla dan Andra tak berhubungan lagi, tetapi tetap saja dia masih merasa sedikit gundah karena sikap perhaitian Kayla tad