Persidangan mereka sudah selesai, tetapi sejak tadi Kayla sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang ada di dalam sana. Pikirannya terus saja terusik dengan perlakuan Sagara pagi tadi. Pria itu tiba-tiba saja menciumnya, dan itu benar-benar membuat Kayla terkejut setengah mati. "Aku pikir kamu nggak akan datang." Suara seseorang yang amat sangat Kayla kenal, membuat wanita itu menoleh. Hanya sesaat, Kayla kembali membuang muka saat melihat Andra sedang berdiri di sampingnya. "Aku ingin sidang ini cepat selesai." "Oh, ya? Supaya kamu bisa segera menikah dengan pria sombong itu?" tanya Andra dengan sinis. Pria itu mendengkus tak suka. "Itu bukan urusanmu. Urus saja istri dan bayimu yang baru lahir itu." Andra menggeram kesal mendengar jawaban Kayla. Dengan marah pria itu menarik tangan Kayla, lalu menyentakkan bahu wanita itu hingga mereka saling berhadapan sekarang. "Lepaskan aku, Mas!" "Kamu mulai menyombongkan diri sekarang?" Andra Mencengkeram erat bahu
Alana melambaikan tangannya begitu melihat Kayla. Mereka sudah berjanji untuk bertemu di rumah sakit, setelah tahu jika temannya itu akan datang untuk mengurus pengunduran diri."Bagaimana dengan sidangnya tadi?" tanya Alana cukup antusias. Dia memang mendukung penuh keputusan Kayla untuk bercerai dengan pria brengsek seperti Andra."Semuanya lancar karena Mas Andra yang mengugat, jadi prosesnya bisa lebih cepat.""Jadi, kamu serius mau mengundurkan diri dari sini, Kay?"Kayla membalikkan tubuhnya, hingga kini dia bisa melihat Alana langsung. Mata cokelat temannya itu memancarkan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan."Aku nggak bisa kalau harus tetap di sini, Na.""Terus bagaimana dengan kontrak kerja kamu? Rumah sakit pasti akan memberikan denda karena kamu melanggar kontrak, kan?" Alana terlihat risau. Dia bukan tidak mau membantu jika Kayla benar-benar dikenakan denda atas pemutusan kontrak mereka.Hanya saja, dari mana Alana bisa memperoleh uang sebanyak itu untuk membantu K
Kayla merebahkan diri begitu sampai di rumah. Tadi setelah urusannya di rumah sakit selesai, dia menyempatkan diri untuk ke panti sebentar. Sekarang wanita itu hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dengan hampa. Sagara baru pergi beberapa jam yang lalu, tetapi dia sudah merasakan kehilangan. Biasanya pria itu selalu datang, dan memasak untuk makan malam mereka bersama. "Huh, perasaaan apa ini? Ayolah, Kayla. Jangan bersikap seolah kamu wanita gampang seperti ini." Kayla memejamkan mata untuk mengusir rasa gusarnya. Dia bicara pada dirinya sendiri. Semakin hari, dia semakin terbiasa dengan kehadiran Sagara, dan itu terlalu berbahaya. Kayla tidak mau lagi bergantung kepada siapa pun, termasuk Sagara. Apalagi pria itu adalah orang yang baru yang akhir-akhir ini masuk dalam kehidupannya. Lagi-lagi terdengar helaan napas panjang dari Kayla. Mendadak perkataan Sagara kemarin terlintas lagi dalam benaknya. Pria itu sudah lama mengenalnya? "Kapan kami pernah bertemu? Aku
"Kayla? Kamu Kayla, kan?" Sontak saja Kayla terdiam sembari mengingat siapa pria yang berdiri di hadapannya sekarang. Matanya langsung membulat sempurna saat mengingat jika pria itu adalah ... teman Sagara yang datang ke apartemennya waktu itu. Mendadak keringat dingin langsung membasahi dahi wanita itu. Bagaimana kalau pria di hadapannya ini mengatakan sesuatu di depan Alana. Kayla belum siap dengan semua itu. "Lo kenal dia, Van?" tanya pria satu lagi yang tidak lain adalah Alex. Alana menatap Kayla dengan mengerutkan keningnya, lalu setelah itu dia bertanya dengan wajah bingung. "Kamu kenal sama orang ini, Kay?" Devan tersenyum manis dan langsung mengulurkan tangannya ke arah Kayla. Ya, sejak tadi dia sudah melihat Kayla dan memberanikan diri setelah yakin jika wanita yang dilihatnya itu adalah wanita yang diceritakan oleh Sagara. "Kita belum kenalan waktu itu. Saya Devan, dan ini Alex." De
Energi Kayla benar-benar terkuras habis setelah dia pulang. Seperti yang sudah dia duga, setelah mengetahui semuanya, Alana mengajukan banyak pertanyaan. Tidak bisa dipungkiri jika Kayla berada dalam posisi yang dialami oleh Alana, dia juga akan melakukan hal yang sama untuk menuntaskan rasa penasarannya. Hanya saja pernikahan ini ... bukanlah sesuatu yang bisa Kayla pamerkan begitu saja di depan banyak orang. Meski pada akhirnya mereka semua tahu, tetap saja Kayla merasa tidak punya hak untuk mengakui pernikahan mereka yang hanya sebatas kontrak itu saja. "Kenapa aku jadi merasa gelisah seperti ini? Bukankah memang ini yang aku mau?" Kayla memejamkan matanya dengan tubuh bersandar di sofa. "Menjadi Nyonya Dewanta adalah keinginanku sendiri." Kayla kembali terdiam. Membiarkan dirinya hanyut dalam banyak kegelisahan yang dia rasakan akhir-akhir ini. Detik jarum jam terdengar nyaring, sampai akhirnya wanit
Kayla akan memulai babak baru dalam hidupnya. Setelah menunggu beberapa bulan, akhirnya hari ini tiba. Sidang terakhir mereka akan dilangsungkan sebentar lagi. Helaan napas panjang terdengar saat Kayla menatap dirinya sendiri di depan cermin. Setelah semua ini, dia akan memulai untuk membalaskan rasa sakit hatinya kepada Andra. Menjadi Nyonya Dewanta adalah satu-satunya cara agar dia bisa melakukan apa pun. "Apa Sagara akan pulang hari ini?" tanya Kayla pada dirinya sendiri. Setelah percakapan mereka beberapa hari lalu, Sagara sudah tidak pernah mengabarinya lagi. Mungkin, pria itu terlalu sibuk, dan Kayla tidak mau mengganggu. Lagi pula apa haknya? "Meskipun dia tidak pulang, aku akan mengabari hasil sidangnya nanti." Kayla tiba di pengadilan tepat waktu. Wanita itu berangkat dengan setelan rok dan kemeja mewah yang Sagara berikan. Penampilannya sekarang ben
Sagara berlari tanpa memedulikan apa pun lagi di sekitarnya. Pesawatnya baru mendarat beberapa menit yang lalu, dan dia sengaja pulang tanpa memberitahu Kayla karena ingin memberikan kejutan. Namun, bukan dirinya yang berhasil memberikan Kayla kejutan, justru kabar yang diterima dari Daffa yang membuatnya terkejut bukan main. Semua mata memandang ke arah Sagara yang tampak kacau balau. Pria yang berstatus sebagai cucu Tuan Wisnu itu membuat banyak pihak bertanya-tanya. Apa yang membuat Sagara begitu panik? "Daf!" "Lo baru sampai, Ga?" "Gimana keadaan Kayla? Dia di mana?" tanya Sagara tanpa memedulikan Daffa yang bertanya padanya tadi. Pria itu benar-benar kalut sekarang. "Daffa!" "Dokter lagi periksa keadaan Kayla di dalam. Lo duduk dulu." Daffa membantu Sagara untuk segera duduk. Dia baru pertama ini melihat wajah khawatir Sagara semenjak orang tuanya meninggal. "Mau minum?" taw
Seperti jawaban atas kegelisahannya beberapa jam yang lalu, Sagara langsung terdiam begitu mendengar perkataan Kayla. Ada makna tersirat yang kangsung bisa Sagara tangkap dari kata-kata wanita di hadapannya ini. "Apa pun?" Kayla mengangguk dengan air mata yang semakin mengalir deras. Andra benar-benar pria bejat yang pantas mendapatkan hukuman yang setimpal atas semua perbuatannya. "Aku tidak akan melarang lagi, dan aku ingin perceraian ini cepat selesai. Setelah itu ... mari kita menikah secepatnya." *** Sagara tak tinggal diam setelah mendapatkan lampu hijau dari Kayla. Pria itu mengutus pengacara, dan tak ragu menggelontorkan sejumlah uang yang cukup besar agar sidang perceraian Kayla cepat selesai. Persidangan perceraian itu memang ditunda karena insiden yang terjadi pada Kayla. Selain itu, Sagara sengaja untuk tidak melaporkan Andra
“Aku nggak tau kalau kamu ada kamu tadi kedatangan tamu. Seharusnya kamu bilang kalau ada Daffa.” Setelah mendengar suara pintu tertutup dan Daffa sudah pergi, Kayla memberanikan diri menegur Sagara.Dia takut Daffa akan berpikir buruk tentang dirinya. Apalagi Kayla sadar jika keluarga besar Sagara sepertinya belum sepenuhnya setuju pernikahan mereka.“Dia cuma mampir sebentar. Aku pikir kamu sudah tidur.”Kayla hendak menyangkal, tetapi saat dia melihat ruang kerja Sagara yang terbuka, Kayla memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali pembicaraannya.“Aku haus,” tutur Kayla yang langsung berjalan menuju dapur dan mengambil air minum. "Makanya aku keluar, dan terus lihat kamu sama Daffa."Wanita itu meneguk air dari botol langsung. Dia merasa cukup panas setelah mendengar apa yang Daffa katakan sebelum pulang tadi. Keponakan? Bayi? Ingatannya kembali melayang ke kehidupan pernikahan sebelum bersama Sagara. Dulu, dia sampai tidak berani menyinggung apa pun yang berkaitan dengan bayi
“Kayla, aku ... maksudku kenapa kita harus membahas tentang perpisahan sekarang?" Sagara membuang wajahnya begitu mendengar apa yang Kayla bicarakan. Perpisahan? Bahkan sedetik pun Sagara tidak pernah memikirkan tentang hal itu. "Bukankah itu sudah pasti?""Tapi, Kayla--"Kayla menggeleng yang langsung membuat ucapan Sagara terhenti. Wanita itu menepuk bahu Sagara berulang kali, kemudian bangkit dan pergi meninggalkan pria itu begitu saja. Dia tidak mau mendengar apa pun dari Sagara sekarang. Bukan tanpa alasan, Kayla hanya tidak ingin Sagara melihat sisi lemah dari dalam hidupnya. Melihat sang istri yang meninggalkannya begitu saja, membuat Sagara berdiri dan menyusul wanita itu. Pria itu tampak kebingungan, dan ingin memanggil, sebelum suara pintu tertutup membuat gerakan tangannya terhenti.Bruk!Tangan Sagara melayang di udara. Dia ingin mengetuk dan bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya, atau yang Kayla rasakan sekarang, tetapi dia kembali ingat. Sikap dingin wanita
Brak!Suara jas yang dilempar di atas kursi itu terdengar jelas. Andra menarik dasi yang dia kenakan dengan terus mendengus, marah.Sementara itu, Adelia hanya diam melihat suaminya pulang dalam keadaan marah. Dia tidak berniat untuk bertanya mengenai apa pun, sebelum Andra menceritakan masalahnya sendiri.“Sialan! Brengsek!” maki Andra dengan melemparkan dasinya. Egonya tidak terima melihat bagaimana hidup Kayla sekarang.Wanita itu menikah dengan orang yang punya status sosial jauh di atasnya?Tidak!Bukan ini yang dia mau. Sejak pertama kenal dengan Kayla, dia tidak pernah melihat wanita itu memiliki posisi yang kebih tinggi darinya. sekarang apa?“Brengsek!”“Kamu kenapa, sih, Ndra?” tanya Adelia tak tahan mendengar suaminya terus mengumpat. “Kamu nggak lihat ada anak kita di sini. Nggak bagus mengumpat di depan anak kecil begitu.”“Diam kamu!” bentak Andra dengan mata melotot. Pernikahan mereka memang sedang panas, sejak dia bertemu dengan Kayla terakhir kali. “Kamu kalau nggak b
“Kamu gila, ya?” bentak Kayla begitu orang yang membungkam mulutnya itu melepaskannya, dan darahnya semakin mendidih setelah tahu siapa pelakunya. “Kamu yang gila, Kay.” Wajah Andra tampak memerah karena amarah. Napas pria itu juga terllihat naik turun. Sejak tadi, dia ingin bicara secara langsung dengan Kayla, dan siapa sangka keberuntungan berpihak kepadanya. Saat dia melihat Kayla berjalan di depannya tadi, Andra tidak berpikir panjang lagi. “Jadi, ini alasan kamu mau bercerai dengan aku. Kamu menargetkan laki-laki itu dari awal?”Mata Kayla membelalak mendengar apa yang Andra katakan. Apa pria itu lupa ingatan? “Kamu yang ngajak aku cerai. Lagi pula kamu juga sudah menikah sama wanita itu. Jadi, kenapa aku nggak boleh menikah sama Sagara?” tanya Kayla, menantang.Semakin lama, dia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Andra. Mengapa setelah tahu ada pria lain bersamanya, pria itu semakin kesetanan?“Tapi, bukan harus dia juga—
Melihat bahwa Kayla lah yang benar-benar naik, dan menyambut uluran tangan Sagara dengan senyum lebar, Andra langsung merasa gelisah. Pria itu mengusap keringatnya dengan tangan gemetar. Tidak hanya dirinya yang terkejut dengan kemunculan Kayla sebagai istri dari pemimpin baru mereka, beberapa teman kerjanya yang juga tahu bagaimana hubungan wanita itu dengan Andra dulu, tampak cukup terkejut. Beberapa suara pelan mulai terdengar, membuat Andra semakin tidak nyaman. Pria itu berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat ini, tetapi Hendra mencengkeram tangannya. “Itu Kayla, kan?” Semua teman-teman Andra memang belum ada yang tahu tentang perceraiannya dengan Kayla. Pria itu memang tidak pernah menceritakan apa pun karena tidak ingin reputasinya menjadi buruk. “Andra, itu Kayla istri kamu, kan?” tanya Hendra sekali lagi dengan kening berkerut. “Ka-kami sudah berc
Pesta yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar D&W Company akan diadakan petang ini. Di pesta ini, pemimpin baru mereka akan diumumkan secara resmi.Sagara Dewanta, nama yang disebut banyak pihak akan menggantikan posisi Haris Dewanta untuk memimpin D&W Company ke depannya.Ada beberapa dari mereka yang sudah pernah melihat dan bertemu langsung dengan Sagara, ada juga yang hanya pernah mendengar nama pria itu sekilas.Desas-desus dari banyak karyawan mulai terdengar. Mereka mulai membicarakan bagaimana rupa dari seorang Sagara Dewanta.“Aku pikir Tuan Daffa yang akan menggantikan posisi ayahnya, tapi ternyata bukan.”“Benar. Aku juga nggak tau kalau ternyata Tuan Wisnu punya cucu lain selain Tuan Daffa.”“Kira-kira dia lebih ganteng nggak ya dari Tuan Daffa?”Daffa berdeham saat mendengar ocehan dari para karyawan wanita itu. “Eh, maaf, Tuan.” Salah satu karyawan tadi langsung menundukkan kepalanya dengaan waja
Malam itu Andra pulang dengan rasa gelisah, apalagi setelah mendengar semua tentang CEO di baru tempatnya bekerja. Dia memang tidak pernah tahu tentang cucu Tuan Wisnu yang tinggal di luar negeri itu. Hanya sekilas kabar burung saja yang selama ini didengar para karyawan D&W Company. “Kamu kenapa?” tanya Adelia tanpa menoleh sama sekali. Dia masih marah karena pertengkaran mereka kemarin. “Nggak kenapa-napa.” Adelia mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menggeleng sebelum melenggang pergi meninggalkan suaminya begitu saja. Dia tidak mau peduli lagi dengan pria itu. Sementara itu, setelahn Adelia pergi, Andra hanya bisa mendesah kasar. Pria itu merebahkan tubuhnya ke belakang untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku. Sekarang dia hanya berharap jika nasib baik masih berpihak kepadanya. *** Kayla menjatuhkan semua
Sagara secara resmi telah ditetapkan sebagai pemimpin baru dari D&W Company, melalui rapat dewan direksi. Sebagai pemegang saham tunggal, tentu tidak ada yang akan menentang keputusan Tuan Wisnu. Apa lagi, saham yang dimiliki Sagara memang lebih besar dari yang dipunya oleh Harris. Seluruh perusahaan menyambut baik kabar ini. Mungkin di sisi lain, akan ada yang merasa kehilangan karena semenjak Haris Dewanta memimpin, pria paruh baya itu dikenal cukup baik. Namun, semua itu tidak menjadi penghalang bagi keputusan semua keluarga Dewanta. Sudah saatnya mereka memiliki pemimpin baru, agar visi misi perusahaan terus berjalan, bahkan menciptakan inovasi baru. Sagara membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada dewan direksi. Dia sudah memikirkan ini secara matang, dan menyakini bahwa keputusannya itu sudah benar. Bibir pria itu mengembang sempurna begitu semua dewan direksi per
Sagara pulang dengan bayang-bayang tentang masa lalunya. Dua puluh tahun lalu, saat dia masih berusia delapan belas tahun, keluarga mereka mengalami kecelakaan yang membuat Sagara harus kehilangan kedua orang tuanya. Sejak hari itu, hidup pria itu hancur tak bersisa. Ayah dan ibunya adalah dunia bagi Sagara. Lalu, setelah dunianya pergi bagaimana hidup pria itu bisa baik-baik saja? Semuanya dimulai sejak hari itu. Sagara yang dulunya adalah anak yang aktif, dan ceria berubah menjadi sosok yang muram. Setiap hari hanya dia habiskan untuk tidur, atau membaca buku saja. Namun, saat Sagara mulai bangkit, paman dan kakeknya membuat keputusan yang berakhir membuat dia membenci semua orang-orang di keluarga Dewanta. Bagaimana mereka bisa mengirim Sagara yang sedang berduka ke negeri orang, hanya dengan seorang pengawal dan pengasuhnya saja? “Sagara!” panggil Kayla yang membuat pria itu terhenyak. Sejak kembali dari kediaman Dewanta tadi, Sagara memang banyak diam. Entah apa yang seda