Sagara datang memenuhi permintaan Devan setelah semua urusannya di rumah sakit selesai. Pria itu sedikit heran saat melihat Devan hanya duduk seorang diri di meja kafe, tanpa ada Alex sama sekali.“Lo sendiri aja,Van?"Devan langsung mengangguk dengan membenarkan posisi duduknya. Dia segera menatap Sagara dengan lekat, dan masih menimbang apakah dia perlu menanyakan tentang Kayla?“Devan!”“Cewek yang tinggal di sebelah apart lo tadi … lo udah lama kenal dia?”Sagara tampak mengerutkan keningnya begitu mendengar pertanyaan Devan.“Kenapa?” tanya Sagara yang tidak langsung menjawab.Devan tertawa pelan untuk menghilangkan kegugupannya yang tiba-tiba saja datang. “Lupain aja, deh! Gue cuma penasaran aja. Namanya Kayla 'kan tadi?"“Lo kenal dia?” Sekarang Sagara yang dibalut rasa penasaran, sebab dia tahu seperti apa Devan. Pria itu bukan orang yang mudah penasaran dengan sosok asing yang tidak memiliki kepentingan dengan dirinya.Devan menggeleng pelan. Dia sangat yakin tidak kenal deng
Kayla membuka pintu setelah mendengaar suara bel. Wanita itu segera bergegas untuk melihat siapa tamunya kali ini.Setelah tadi dia dikejutkan dengan kedatangan teman Sagara secara tiba-tiba."Saga?"Sagara segera mendorong pintu dan masuk tanpa menunggu perintah dari Kayla. Sebenarnya dia bisa saja masuk tanpa menekan bel lebih dahulu, hanya saja Sagara tidak ingin berbuat seenak itu. Dia menghargai privasi Kayla.Bruk!Terdengar langkah kaki Kayla yang menyusul di belakang pria bertubuh tinggi tegap itu. "Kamu kok pulang ke sini?""Memangnya aku salah pulang ke rumah calon istriku?" tanya Sagara dengan wajah datar.Deg!Namun, hal sebaliknya justru terjadi pada Kayla. Jantung wanita itu berdegup kencang saat mendengar perkataan Sagara.Ya, dia memang calon istri pria itu, tetapi bukankah pernikahan mereka hanya sebatas kontrak saja?"Meskipun sebatas kontrak, pernikahan kita nanti tetap akan sah di mata agama dan juga hukum," ujar Sagara seolah tahu isi pikiran Kayla saat ini. Dia b
Sagara benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Pria itu bersungguh-sungguh tentang semua barang-barang milik Kayla yang masih berkaitan dengan Andra. Bahkan, Kayla sama sekali tak kuasa untuk menolak keinginan Sagara yang terdengar cukup konyol itu. Walaupun terpaksa, pada akhirnya dia membuang semua benda yang pernah dibelikan oleh Andra. Untuk itulah, mereka berada di sini. Di salah satu store pakaian dengan merek ternama, yang bahkan tidak pernah Kayla masuki sebelumnya. "Bantu dia memilih pakaian yang cocok!" perintah Sagara kepada salah satu pramuniaga yang ada di sana. Untuk kenyamanannya, Sagara sampai menyewa tempat ini dan menutupnya dari umum untuk beberapa jam ke depan. "Apa semua ini perlu, Sagara?" bisik Kayla yang tak langsung pergi. Dia merasa Sagara terlalu berlebihan. "Sangat perlu. Kakekku sangat melihat penampilan." Mendengar hal itu, Kayla tak punya kuasa lagi untuk membantah. Dia mengikuti kemauan Sagara. Mencoba berbagai jenis pakaian, dari dress pendek
Selama di perjalanan Kayla tak banyak bicara. Wanita itu hanya bisa menyentuh dadanya dengan tatapan bingung, lalu bertanya-tanya, menapa jantungnya berdegup kencang seperti ini setelah perlakuan sederhana Sagara tadi."Kita sudah sampai."Kayla menoleh ke luar. Mereka sudah sampai di depan salah satu kafe. Kafe yang ingin dia kunjungi bersama Alana waktu itu. Membicarakan Alana, dia jadi teringat dengan sahabatnya yang selama beberapa minggu ini tidak tahu bagaimana kabarnya."Kata teman-temanku, makanan di sini lumayan enak. Kamu mau mencobanya?"Lamunan Kayla buyar begitu mendengar suara Sagara, dia menoleh dan tersenyum tipis. "Aku juga sudah lama mau mencobanya bersama dengan Alana." Semenjak memutuskan untuk tidak bekerja lagi di rumah sakit, Kayla memutuskan semua komunikasi dengan semua orang termasuk dengan Alana. Bukan apa-apa, dia hanya masih merasa malu saja, sebab selama ini Alana adalah saksi bagaimana Kayla selalu membanggakan Andra."Alana? Dia temanmu itu, kan?" Kay
Kayla terperangah begitu mendengar penuturan Adelia. Apa maksud wanita itu? Andra menikahinya hanya untuk meredakan amarahnya saja? Dia benar-benar tidak mengerti, itu tampak dari keningnya yang berkerut kebingungan."Apa maksudmu?" tanya Kayla dengan menggelengkan kepala. Dia hendak berdiri untuk meninggalkan Adelia karena tidak mau lagi mendengar penjelasan wanita itu yang tidak masuk akal. "Tidak. Aku tarik lagi pertanyaanku tadi. Aku tidak mau tau apa pun."Wanita berambut hitam itu bergegas setelah mengambil tas di atas meja, tetapi Adelia lebih dulu menarik tangannya. Wanita berambut cokelat yang sudah merebut suaminya itu menatap Kayla dengan tajam."Kami akan menikah waktu itu. Tidak, dia yang mengajakku menikah, tapi aku menolak karena harus study ke luar negeri."Kayla bergeming. Wanita itu tidak mau mendengar apa pun lagi.Mereka mau menikah? Itu tidak mungkin!Dia dan Andra sudah dekat selama kurang lebih satu tahun, dan Andra tidak pernah bercerita mengenai Adelia atau ap
"Kenapa wajahmu murung seperti itu?" tanya Sagara begitu melihat Kayla pulang. Dia memang sengaja pulang ke apartemen wanita itu karena berniat untuk mengajaknya makan malam bersama. Namun, apa yang dia lihat sekarang? Wajah muram Kayla setelah kembali dari pertemuannya dengan Alana. Seharusnya, Kayla merasa senang, bukan, setelah bertemu dengan sahabatnya. Namun, yang dilihat Sagara justru sebaliknya. Sementara itu, Kayla tidak menjawab pertanyaan yang Sagara lontarkan. Wanita itu justru meletakkan secarik kertas di atas meja, yang langsung diambil oleh Sagara. "Apa ini?" Pria itu bergegas membacanya, dan terkadang keningnya tampak berkerut saat membaca isi kertas yang Kayla berikan tadi. "Surat dari pengadilan. Kamu murung gara-gara surat ini, Kay?" "Kapan pernikahan kita akan dilangsungkan?" tanya Kayla tanpa menjawab pertanyaan Sagara. Wanita itu tampak menarik napas dalam-dalam dan langsung duduk, mengabaikan Sagara yang tampak kebingungan. "Pernikahan? Kenapa t
Brak! Suara gebrakan meja membuat Kayla tersentak. Wanita itu menoleh--melihat pria setengah baya yang sejak tadi hanya diam mendengarkan perbincangan mereka."Apa-apaan ini, Sagara!" bentak Haris yang sejak tadi diam saja. Napas pria itu terengah-engah saat melihat ayahnya yang terdiam dengan pucat. "Kamu akan menikahi seorang wanita yang baru akan bercerai? Mau ditaruh di mana wajah keluarga kita?"Bukannya marah ataupun kesal, Sagara justru tertawa sinis begitu mendengar perkataan Haris. "Kamu mau mengaturku, Paman?""Saga, jaga cara bicaramu!" Sekarang Tuan Wisnu yang mencoba melerai. Jika dibiarkan, maka tidak bisa ditutupi jika Sagara dan putra bungsunya itu akan bertengkar. "Biar bagaimana pun juga dia tetap pamanmu. Jadi, hormati dia.""Kalau begitu hormati juga keputusanku. Aku akan tetap menikahi Kayla."Kayla meraih tangan Sagara yang duduk di sampingnya. Di bawah meja wanita itu menggengam erat tangan pria yang sedang membelanya sekarang. Kayla tahu hal ini pasti terjad
Persidangan mereka sudah selesai, tetapi sejak tadi Kayla sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang ada di dalam sana. Pikirannya terus saja terusik dengan perlakuan Sagara pagi tadi. Pria itu tiba-tiba saja menciumnya, dan itu benar-benar membuat Kayla terkejut setengah mati. "Aku pikir kamu nggak akan datang." Suara seseorang yang amat sangat Kayla kenal, membuat wanita itu menoleh. Hanya sesaat, Kayla kembali membuang muka saat melihat Andra sedang berdiri di sampingnya. "Aku ingin sidang ini cepat selesai." "Oh, ya? Supaya kamu bisa segera menikah dengan pria sombong itu?" tanya Andra dengan sinis. Pria itu mendengkus tak suka. "Itu bukan urusanmu. Urus saja istri dan bayimu yang baru lahir itu." Andra menggeram kesal mendengar jawaban Kayla. Dengan marah pria itu menarik tangan Kayla, lalu menyentakkan bahu wanita itu hingga mereka saling berhadapan sekarang. "Lepaskan aku, Mas!" "Kamu mulai menyombongkan diri sekarang?" Andra Mencengkeram erat bahu
Kayla menatap Sagara dengan tatapan penuh tanda tanya. Suara lembut pria itu masih terngiang di telinganya. "Kayla, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Ini tentang janjiku padamu, waktu itu." Rasa cemas merambat di hati wanita itu, ketika Sagara menjelaskan segalanya. Tentang Devan, dan keluarga Sanjaya, dan semua cerita tentang Devan yang mencari-cari keberadaan adik kandungnya selama 20 tahun terakhir. Kayla menggeleng pelan, mencoba menolak kenyataan yang tak pernah dia duga. "Itu tidak mungkin," katanya dengan suara gemetar. Devan yang berdiri di sudut ruangan, mendekatinya perlahan. Di tangan pria itu ada sebuah album foto tua yang telah menguning oleh waktu. Dia menyerahkan album itu kepada Kayla. "Buka halaman ini," kata Devan, menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto seorang gadis kecil yang mengenakan gaun merah muda. Rambutnya dikuncir kuda, dan dia memegang permen lollipop di tangannya dengan senyum yang lebar.Kayla memandang foto itu dengan saksama, air mata mengg
“Adik?” tanya Sagara dengan wajah tak percaya. Dia sama sekali tak tahu jika temannya itu memiliki seorang adik. Selama ini Devan memang tak banyak bercerita tentang keluarganya. Sagara hanya tahu jika Devan tinggal dengan ayahnya saja. Dia pikir, kedua orang tua Devan berpisah, itu sebabnya temannya itu tak banyak menceritakan tentang apa pun.“Iya. Dia hilang waktu kecelakaan. Waktu itu usianya sekitar … delapan tahun,” jawabn Devan dengan berusaha mengingat-ingat.“Terus selama ini lo nggak pernah cari atau berusaha cari dia, Van?”“Gue udah lakuin semuanya untuk cari Kay, Ga.” Pria itu tertunduk sedih. “Tapi, hasilnya selalu nihil. Sampai pencarian dihentikan sama tim sar, kita juga masih tetap berusaha cari dengan bayar banyak orang, tapi hasilnya tetap sama.”Sagara menggeleng. “Ini nggak masuk akal.”“Maksud lo apa?”“Ya, ini nggak masuk akal, Devan!” seru Sagara hampir berteriak. “Gimana bisa lo nggak menemukan adik lo sendiri selama 20 tahun ini.”Devan terduduk lemas. Selu
Kayla terdiam. Dia tak bicara apa pun karena sudah menduga jika Sagara tak mungkin semudah itu menemukan keluarganya setelah puluhan tahun.Wanita itu hanya terdiam sembari menatap Sagara yang masih menanti jawabannya.Dia harus menjawab apa?Menerima permintaan Sagara untuk meresmikan pernikahan mereka? Seharusnya, tak ada yang meragukan tentang sifat dan apa yang pria itu miliki, tetapi berbeda dengan Kayla.Kayla sempat membuka hatinya saat tahu jika Sagara adalah remaja laki-laki yang menjadi temannya dulu. Namun, Kayla juga masih tahu diri.Sagara adalah cucu dan penerus D&W Company. Apa dia pantas bersanding dengan pria seperti itu?“Kayla—”“Maaf, Ga. Keputusanku akan tetap sama.” Kayla menghela napas panjang. Dia dapat merasakan genggaman tangan Sagara melonggar, dengan tatapan penuh arti kepadanya. “A-aku bukan wanita yang cocok bersanding dengamu, Sagara. Kehidupan kita berbeda. Aku hanya anak yatim piatu yang tak jelas asal usulnya sampai sekarang. Aku nggak mau semua tenta
Devan masuk ke dalam ruangan Sagara tanpa meminta izin lebuh dulu. Pria itu terlalu terburu-buru sehingga tidak peduli dengan orang yang berusaha menghentikannya sekarang.Namun, bukan Sagara yang dia lihat di sana, melainkan hanya ruangan kosong. Sagara sudah tak ada lagi di tempat itu.“Di mana Sagara?” tanya Devan tanpa basa-basi pada sekretaris temannya itu.“Tuan sedang ada urusan di luar.”“Di mana?”Wanita itu menggeleng tanda jika dia tidak tahu. “Dia hanya berpesan jika tidak akan kembali ke kantor hari ini.”Devan membuang napasnya dengan kasar mendengar hal itu. Pria itu langsung berbalik dan meninggalkan wanita yang berdiri di belakangnya tadi tanpa sepatah kata.Sekarang di dalam mobil, pria itu duduk termenung. Ke mana dia harus mencari Sagara untuk menanyakan tentang foto tersebut?Sudah beberapa kali juga dia mencoba menghubungi temannya itu, tetapi tak ada jawaban sama sekali. Jika memang seperti ini, itu artinya Sagara tak mau diganggu. “Harus ke mana aku mencari ta
“Yang ini—”“Gue pulang dulu!” kata Devan memotong ucapan Sagara. Pria itu baru saja akan menunjuk yang mana Kayla, tetapi Devan lebih dulu pergi. Namun, bukan dengan tangan kosong melainkan dengan membawa foto yang dia pegang tadi.“Fotonya mau lo bawa ke mana, Van?”“Gue pinjam sebentar. Nanti gue balikin lagi.” Devan langsung menutup pintu dan berlari meninggalkan kantor Sagara.Sementara itu, Sagara dan Daffa tampak masih bingung dengan sikap Devan yang tiba-tiba saja berubah. Keduanya saling pandang, dengan semua isi kepala masing-masing.***Devan langsung membanting pintu mobil setelah sampai di rumahnya. Pria itu berlari seperti orang kesetanan, dan langsung menuju ruang kerja ayahnya.“Loh, Van. Kamu sudah pulang?” tanya Pram—ayah Devan yang sedang duduk di meja kerja. Pria yang sudah paruh baya itu tampak mengerutkan kening saat melihat putranya hanya diam saja. “Kamu cari apa?” tanya Pram saat melihat Devan membuka satu persatu laci lemari.“Foto keluarga kita dulu, Pa.”“D
“Kamu bercanda?” tanya Kayla yang tampak tak percaya.Menjadikan pernikahan kontrak mereka sebagai pernikahan sungguhan? Itu terdengar tak masuk akal bagi Kayla.Bukan apa-apa. Perbedaan status sosial di antara mereka sangat jauh. Dari awal saja, Kayla sudah merasa tak percaya diri berada di dekat Sagara. Lalu, bagaimana bisa pria itu berpikir untuk menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan resmi?“Kenapa? Aku besungguh-sungguh, Kay. A-aku ingin melindungimu, Kayla.”“Melindungku? Melindungi dari apa dan siapa?”Sagara menghela napas panjang. Awalnya memang seperti itu. Dia menawarkan pernikahan kontrak dengan Kayla hanya karena ingin membantu wanita itu membalaskan rasa sakit hatinya.Akan tetapi, semakin hari semenjak mengenal Kayla, Sagara akui ada yang berbeda dalam di dalam hatinya. Ada sebuah rasa yang tak bisa dia ungkapkan sekarang.“Aku tidak punya musuh, sehingga kamu harus melindungi aku, Sagara. Aku juga sudah bisa menjaga diri sendiri.”Sagara terdiam. “Kita masih ha
Kayla termenung. Serpihan tentang kenangan masa kecilnya kembali hadir. Waktu itu, dia baru berusia delapan tahun. Kayla kecil hanya gadis polos yang hidupnya terpaksa berubah secara drastis. Setelah ditemukan dan dibawa ke panti, Kayla tidak memiliki ingatan apa pun tentang hari lalu yang terjadi dalam hidupnya. Yang dia tahu, dia hanyalah seorang anak yang ditinggal dipanti, yang menunggu keluarganya untuk menjemput. Kayla memang anak yang ceria dan periang. Dia banyak bicara, seolah lupa dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dia menyambut semua tamu yang datang ke panti dengan penuh suka cita, dengan harapan jika suatu saat nanti dia akan menemukan “keluarga barunya”. Namun, sayang sampai Kayla menginjak remaja, tak ada satu keluarga pun yang mau membawanya sebagai keluarga. Hingga pada akhirnya, Kayla memilih sekolah dan belajar dengan giat, agar suatu saat nanti dia bisa bekerja dengan layak untuk bisa mmebantu panti yang menjadi rumahnya selama ini. Tak peduli de
“Apa maksudmu, Sagara?” tanya Kayla yang masih tak mengerti. “Keluargku? Orang tuaku? Me-mereka tidak pernah muncul. Apa aku masih memiliki mereka semua?”Sagara tak langsung menjawab. Pria itu bisa menyadari jika suasana hati istrinya sedikit berubah sekarang. Wajah Kayla menyiratkan banyak emosi yang terpendam begitu lama.Setelah berpuluh-puluh tahun, kini Kayla harus mendengar tentang kelurganya lagi.“Aku yakin mereka masih mencarimu sampai sekarang.”“Kalau memang benar, seharusnya mereka sudah menemukan aku sejak lama, kan?”“Tidak ada yang tau bagaimana takdir bekerja, Kayla. Kamu juga tidak ingat apa pun setelah kecelakaan itu, kan?”Kayla langsung menatap Sagara dengan penuh tanda tanya.Kecelakaan? Dari mana Sagara tahu tentang kecelakaan yang pernah dia alami di masa lalu? Kayla ingat sekali jika dia tidak pernah menceritkan tentang hal itu pada Sagara. Bahkan Andra juga tidak tahu tentang itu.Andra dan kedua orang tuanya hanya tahu jika Kayla adalah anak yang berasal d
Mendadak suasana yang tadinya hangat berubah menjadi sedikit hening. Sagara berdeham, dan Kayla langsung menyodorkan segelas air ke arahnya. “Kalau kamu nggak mau cerita juga nggak masalah,” ujar Kayla yang langsung merasa tak enak hati dengan Sagara. Wanita itu kembali melanjutkan makannya, meski dengan susah payah. “Kamu masih berhubungan dengan pria itu?” Kayla mendongakkan kepalanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat. Dia tidak mau Sagara salah sangka. “Tidak. Aku tau karena istrinya yang menemuiku.” Kening Sagara tampak berkerut, keheranan. “Menemuimu?” tanya pria itu memastikan. “Kami tidak sengaja bertemu di supermarket tadi. Dia bilang Andra dilaporkan ke polisi. Apa dia membuat masalah yang serius, atau ini hanya—” “Dia merugikan perusahaan,” jawab Sagara cepat. Pria itu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulut. Ada sedikit kelegaan saat tahu jika Kayla dan Andra tak berhubungan lagi, tetapi tetap saja dia masih merasa sedikit gundah karena sikap perhaitian Kayla tad