Selama di perjalanan Kayla tak banyak bicara. Wanita itu hanya bisa menyentuh dadanya dengan tatapan bingung, lalu bertanya-tanya, menapa jantungnya berdegup kencang seperti ini setelah perlakuan sederhana Sagara tadi."Kita sudah sampai."Kayla menoleh ke luar. Mereka sudah sampai di depan salah satu kafe. Kafe yang ingin dia kunjungi bersama Alana waktu itu. Membicarakan Alana, dia jadi teringat dengan sahabatnya yang selama beberapa minggu ini tidak tahu bagaimana kabarnya."Kata teman-temanku, makanan di sini lumayan enak. Kamu mau mencobanya?"Lamunan Kayla buyar begitu mendengar suara Sagara, dia menoleh dan tersenyum tipis. "Aku juga sudah lama mau mencobanya bersama dengan Alana." Semenjak memutuskan untuk tidak bekerja lagi di rumah sakit, Kayla memutuskan semua komunikasi dengan semua orang termasuk dengan Alana. Bukan apa-apa, dia hanya masih merasa malu saja, sebab selama ini Alana adalah saksi bagaimana Kayla selalu membanggakan Andra."Alana? Dia temanmu itu, kan?" Kay
Kayla terperangah begitu mendengar penuturan Adelia. Apa maksud wanita itu? Andra menikahinya hanya untuk meredakan amarahnya saja? Dia benar-benar tidak mengerti, itu tampak dari keningnya yang berkerut kebingungan."Apa maksudmu?" tanya Kayla dengan menggelengkan kepala. Dia hendak berdiri untuk meninggalkan Adelia karena tidak mau lagi mendengar penjelasan wanita itu yang tidak masuk akal. "Tidak. Aku tarik lagi pertanyaanku tadi. Aku tidak mau tau apa pun."Wanita berambut hitam itu bergegas setelah mengambil tas di atas meja, tetapi Adelia lebih dulu menarik tangannya. Wanita berambut cokelat yang sudah merebut suaminya itu menatap Kayla dengan tajam."Kami akan menikah waktu itu. Tidak, dia yang mengajakku menikah, tapi aku menolak karena harus study ke luar negeri."Kayla bergeming. Wanita itu tidak mau mendengar apa pun lagi.Mereka mau menikah? Itu tidak mungkin!Dia dan Andra sudah dekat selama kurang lebih satu tahun, dan Andra tidak pernah bercerita mengenai Adelia atau ap
"Kenapa wajahmu murung seperti itu?" tanya Sagara begitu melihat Kayla pulang. Dia memang sengaja pulang ke apartemen wanita itu karena berniat untuk mengajaknya makan malam bersama. Namun, apa yang dia lihat sekarang? Wajah muram Kayla setelah kembali dari pertemuannya dengan Alana. Seharusnya, Kayla merasa senang, bukan, setelah bertemu dengan sahabatnya. Namun, yang dilihat Sagara justru sebaliknya. Sementara itu, Kayla tidak menjawab pertanyaan yang Sagara lontarkan. Wanita itu justru meletakkan secarik kertas di atas meja, yang langsung diambil oleh Sagara. "Apa ini?" Pria itu bergegas membacanya, dan terkadang keningnya tampak berkerut saat membaca isi kertas yang Kayla berikan tadi. "Surat dari pengadilan. Kamu murung gara-gara surat ini, Kay?" "Kapan pernikahan kita akan dilangsungkan?" tanya Kayla tanpa menjawab pertanyaan Sagara. Wanita itu tampak menarik napas dalam-dalam dan langsung duduk, mengabaikan Sagara yang tampak kebingungan. "Pernikahan? Kenapa t
Brak! Suara gebrakan meja membuat Kayla tersentak. Wanita itu menoleh--melihat pria setengah baya yang sejak tadi hanya diam mendengarkan perbincangan mereka."Apa-apaan ini, Sagara!" bentak Haris yang sejak tadi diam saja. Napas pria itu terengah-engah saat melihat ayahnya yang terdiam dengan pucat. "Kamu akan menikahi seorang wanita yang baru akan bercerai? Mau ditaruh di mana wajah keluarga kita?"Bukannya marah ataupun kesal, Sagara justru tertawa sinis begitu mendengar perkataan Haris. "Kamu mau mengaturku, Paman?""Saga, jaga cara bicaramu!" Sekarang Tuan Wisnu yang mencoba melerai. Jika dibiarkan, maka tidak bisa ditutupi jika Sagara dan putra bungsunya itu akan bertengkar. "Biar bagaimana pun juga dia tetap pamanmu. Jadi, hormati dia.""Kalau begitu hormati juga keputusanku. Aku akan tetap menikahi Kayla."Kayla meraih tangan Sagara yang duduk di sampingnya. Di bawah meja wanita itu menggengam erat tangan pria yang sedang membelanya sekarang. Kayla tahu hal ini pasti terjad
Persidangan mereka sudah selesai, tetapi sejak tadi Kayla sama sekali tidak bisa fokus dengan apa yang ada di dalam sana. Pikirannya terus saja terusik dengan perlakuan Sagara pagi tadi. Pria itu tiba-tiba saja menciumnya, dan itu benar-benar membuat Kayla terkejut setengah mati. "Aku pikir kamu nggak akan datang." Suara seseorang yang amat sangat Kayla kenal, membuat wanita itu menoleh. Hanya sesaat, Kayla kembali membuang muka saat melihat Andra sedang berdiri di sampingnya. "Aku ingin sidang ini cepat selesai." "Oh, ya? Supaya kamu bisa segera menikah dengan pria sombong itu?" tanya Andra dengan sinis. Pria itu mendengkus tak suka. "Itu bukan urusanmu. Urus saja istri dan bayimu yang baru lahir itu." Andra menggeram kesal mendengar jawaban Kayla. Dengan marah pria itu menarik tangan Kayla, lalu menyentakkan bahu wanita itu hingga mereka saling berhadapan sekarang. "Lepaskan aku, Mas!" "Kamu mulai menyombongkan diri sekarang?" Andra Mencengkeram erat bahu
Alana melambaikan tangannya begitu melihat Kayla. Mereka sudah berjanji untuk bertemu di rumah sakit, setelah tahu jika temannya itu akan datang untuk mengurus pengunduran diri."Bagaimana dengan sidangnya tadi?" tanya Alana cukup antusias. Dia memang mendukung penuh keputusan Kayla untuk bercerai dengan pria brengsek seperti Andra."Semuanya lancar karena Mas Andra yang mengugat, jadi prosesnya bisa lebih cepat.""Jadi, kamu serius mau mengundurkan diri dari sini, Kay?"Kayla membalikkan tubuhnya, hingga kini dia bisa melihat Alana langsung. Mata cokelat temannya itu memancarkan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan."Aku nggak bisa kalau harus tetap di sini, Na.""Terus bagaimana dengan kontrak kerja kamu? Rumah sakit pasti akan memberikan denda karena kamu melanggar kontrak, kan?" Alana terlihat risau. Dia bukan tidak mau membantu jika Kayla benar-benar dikenakan denda atas pemutusan kontrak mereka.Hanya saja, dari mana Alana bisa memperoleh uang sebanyak itu untuk membantu K
Kayla merebahkan diri begitu sampai di rumah. Tadi setelah urusannya di rumah sakit selesai, dia menyempatkan diri untuk ke panti sebentar. Sekarang wanita itu hanya bisa menatap langit-langit kamarnya dengan hampa. Sagara baru pergi beberapa jam yang lalu, tetapi dia sudah merasakan kehilangan. Biasanya pria itu selalu datang, dan memasak untuk makan malam mereka bersama. "Huh, perasaaan apa ini? Ayolah, Kayla. Jangan bersikap seolah kamu wanita gampang seperti ini." Kayla memejamkan mata untuk mengusir rasa gusarnya. Dia bicara pada dirinya sendiri. Semakin hari, dia semakin terbiasa dengan kehadiran Sagara, dan itu terlalu berbahaya. Kayla tidak mau lagi bergantung kepada siapa pun, termasuk Sagara. Apalagi pria itu adalah orang yang baru yang akhir-akhir ini masuk dalam kehidupannya. Lagi-lagi terdengar helaan napas panjang dari Kayla. Mendadak perkataan Sagara kemarin terlintas lagi dalam benaknya. Pria itu sudah lama mengenalnya? "Kapan kami pernah bertemu? Aku
"Kayla? Kamu Kayla, kan?" Sontak saja Kayla terdiam sembari mengingat siapa pria yang berdiri di hadapannya sekarang. Matanya langsung membulat sempurna saat mengingat jika pria itu adalah ... teman Sagara yang datang ke apartemennya waktu itu. Mendadak keringat dingin langsung membasahi dahi wanita itu. Bagaimana kalau pria di hadapannya ini mengatakan sesuatu di depan Alana. Kayla belum siap dengan semua itu. "Lo kenal dia, Van?" tanya pria satu lagi yang tidak lain adalah Alex. Alana menatap Kayla dengan mengerutkan keningnya, lalu setelah itu dia bertanya dengan wajah bingung. "Kamu kenal sama orang ini, Kay?" Devan tersenyum manis dan langsung mengulurkan tangannya ke arah Kayla. Ya, sejak tadi dia sudah melihat Kayla dan memberanikan diri setelah yakin jika wanita yang dilihatnya itu adalah wanita yang diceritakan oleh Sagara. "Kita belum kenalan waktu itu. Saya Devan, dan ini Alex." De
“Aku nggak tau kalau kamu ada kamu tadi kedatangan tamu. Seharusnya kamu bilang kalau ada Daffa.” Setelah mendengar suara pintu tertutup dan Daffa sudah pergi, Kayla memberanikan diri menegur Sagara.Dia takut Daffa akan berpikir buruk tentang dirinya. Apalagi Kayla sadar jika keluarga besar Sagara sepertinya belum sepenuhnya setuju pernikahan mereka.“Dia cuma mampir sebentar. Aku pikir kamu sudah tidur.”Kayla hendak menyangkal, tetapi saat dia melihat ruang kerja Sagara yang terbuka, Kayla memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali pembicaraannya.“Aku haus,” tutur Kayla yang langsung berjalan menuju dapur dan mengambil air minum. "Makanya aku keluar, dan terus lihat kamu sama Daffa."Wanita itu meneguk air dari botol langsung. Dia merasa cukup panas setelah mendengar apa yang Daffa katakan sebelum pulang tadi. Keponakan? Bayi? Ingatannya kembali melayang ke kehidupan pernikahan sebelum bersama Sagara. Dulu, dia sampai tidak berani menyinggung apa pun yang berkaitan dengan bayi
“Kayla, aku ... maksudku kenapa kita harus membahas tentang perpisahan sekarang?" Sagara membuang wajahnya begitu mendengar apa yang Kayla bicarakan. Perpisahan? Bahkan sedetik pun Sagara tidak pernah memikirkan tentang hal itu. "Bukankah itu sudah pasti?""Tapi, Kayla--"Kayla menggeleng yang langsung membuat ucapan Sagara terhenti. Wanita itu menepuk bahu Sagara berulang kali, kemudian bangkit dan pergi meninggalkan pria itu begitu saja. Dia tidak mau mendengar apa pun dari Sagara sekarang. Bukan tanpa alasan, Kayla hanya tidak ingin Sagara melihat sisi lemah dari dalam hidupnya. Melihat sang istri yang meninggalkannya begitu saja, membuat Sagara berdiri dan menyusul wanita itu. Pria itu tampak kebingungan, dan ingin memanggil, sebelum suara pintu tertutup membuat gerakan tangannya terhenti.Bruk!Tangan Sagara melayang di udara. Dia ingin mengetuk dan bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya, atau yang Kayla rasakan sekarang, tetapi dia kembali ingat. Sikap dingin wanita
Brak!Suara jas yang dilempar di atas kursi itu terdengar jelas. Andra menarik dasi yang dia kenakan dengan terus mendengus, marah.Sementara itu, Adelia hanya diam melihat suaminya pulang dalam keadaan marah. Dia tidak berniat untuk bertanya mengenai apa pun, sebelum Andra menceritakan masalahnya sendiri.“Sialan! Brengsek!” maki Andra dengan melemparkan dasinya. Egonya tidak terima melihat bagaimana hidup Kayla sekarang.Wanita itu menikah dengan orang yang punya status sosial jauh di atasnya?Tidak!Bukan ini yang dia mau. Sejak pertama kenal dengan Kayla, dia tidak pernah melihat wanita itu memiliki posisi yang kebih tinggi darinya. sekarang apa?“Brengsek!”“Kamu kenapa, sih, Ndra?” tanya Adelia tak tahan mendengar suaminya terus mengumpat. “Kamu nggak lihat ada anak kita di sini. Nggak bagus mengumpat di depan anak kecil begitu.”“Diam kamu!” bentak Andra dengan mata melotot. Pernikahan mereka memang sedang panas, sejak dia bertemu dengan Kayla terakhir kali. “Kamu kalau nggak b
“Kamu gila, ya?” bentak Kayla begitu orang yang membungkam mulutnya itu melepaskannya, dan darahnya semakin mendidih setelah tahu siapa pelakunya. “Kamu yang gila, Kay.” Wajah Andra tampak memerah karena amarah. Napas pria itu juga terllihat naik turun. Sejak tadi, dia ingin bicara secara langsung dengan Kayla, dan siapa sangka keberuntungan berpihak kepadanya. Saat dia melihat Kayla berjalan di depannya tadi, Andra tidak berpikir panjang lagi. “Jadi, ini alasan kamu mau bercerai dengan aku. Kamu menargetkan laki-laki itu dari awal?”Mata Kayla membelalak mendengar apa yang Andra katakan. Apa pria itu lupa ingatan? “Kamu yang ngajak aku cerai. Lagi pula kamu juga sudah menikah sama wanita itu. Jadi, kenapa aku nggak boleh menikah sama Sagara?” tanya Kayla, menantang.Semakin lama, dia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Andra. Mengapa setelah tahu ada pria lain bersamanya, pria itu semakin kesetanan?“Tapi, bukan harus dia juga—
Melihat bahwa Kayla lah yang benar-benar naik, dan menyambut uluran tangan Sagara dengan senyum lebar, Andra langsung merasa gelisah. Pria itu mengusap keringatnya dengan tangan gemetar. Tidak hanya dirinya yang terkejut dengan kemunculan Kayla sebagai istri dari pemimpin baru mereka, beberapa teman kerjanya yang juga tahu bagaimana hubungan wanita itu dengan Andra dulu, tampak cukup terkejut. Beberapa suara pelan mulai terdengar, membuat Andra semakin tidak nyaman. Pria itu berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat ini, tetapi Hendra mencengkeram tangannya. “Itu Kayla, kan?” Semua teman-teman Andra memang belum ada yang tahu tentang perceraiannya dengan Kayla. Pria itu memang tidak pernah menceritakan apa pun karena tidak ingin reputasinya menjadi buruk. “Andra, itu Kayla istri kamu, kan?” tanya Hendra sekali lagi dengan kening berkerut. “Ka-kami sudah berc
Pesta yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar D&W Company akan diadakan petang ini. Di pesta ini, pemimpin baru mereka akan diumumkan secara resmi.Sagara Dewanta, nama yang disebut banyak pihak akan menggantikan posisi Haris Dewanta untuk memimpin D&W Company ke depannya.Ada beberapa dari mereka yang sudah pernah melihat dan bertemu langsung dengan Sagara, ada juga yang hanya pernah mendengar nama pria itu sekilas.Desas-desus dari banyak karyawan mulai terdengar. Mereka mulai membicarakan bagaimana rupa dari seorang Sagara Dewanta.“Aku pikir Tuan Daffa yang akan menggantikan posisi ayahnya, tapi ternyata bukan.”“Benar. Aku juga nggak tau kalau ternyata Tuan Wisnu punya cucu lain selain Tuan Daffa.”“Kira-kira dia lebih ganteng nggak ya dari Tuan Daffa?”Daffa berdeham saat mendengar ocehan dari para karyawan wanita itu. “Eh, maaf, Tuan.” Salah satu karyawan tadi langsung menundukkan kepalanya dengaan waja
Malam itu Andra pulang dengan rasa gelisah, apalagi setelah mendengar semua tentang CEO di baru tempatnya bekerja. Dia memang tidak pernah tahu tentang cucu Tuan Wisnu yang tinggal di luar negeri itu. Hanya sekilas kabar burung saja yang selama ini didengar para karyawan D&W Company. “Kamu kenapa?” tanya Adelia tanpa menoleh sama sekali. Dia masih marah karena pertengkaran mereka kemarin. “Nggak kenapa-napa.” Adelia mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menggeleng sebelum melenggang pergi meninggalkan suaminya begitu saja. Dia tidak mau peduli lagi dengan pria itu. Sementara itu, setelahn Adelia pergi, Andra hanya bisa mendesah kasar. Pria itu merebahkan tubuhnya ke belakang untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku. Sekarang dia hanya berharap jika nasib baik masih berpihak kepadanya. *** Kayla menjatuhkan semua
Sagara secara resmi telah ditetapkan sebagai pemimpin baru dari D&W Company, melalui rapat dewan direksi. Sebagai pemegang saham tunggal, tentu tidak ada yang akan menentang keputusan Tuan Wisnu. Apa lagi, saham yang dimiliki Sagara memang lebih besar dari yang dipunya oleh Harris. Seluruh perusahaan menyambut baik kabar ini. Mungkin di sisi lain, akan ada yang merasa kehilangan karena semenjak Haris Dewanta memimpin, pria paruh baya itu dikenal cukup baik. Namun, semua itu tidak menjadi penghalang bagi keputusan semua keluarga Dewanta. Sudah saatnya mereka memiliki pemimpin baru, agar visi misi perusahaan terus berjalan, bahkan menciptakan inovasi baru. Sagara membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada dewan direksi. Dia sudah memikirkan ini secara matang, dan menyakini bahwa keputusannya itu sudah benar. Bibir pria itu mengembang sempurna begitu semua dewan direksi per
Sagara pulang dengan bayang-bayang tentang masa lalunya. Dua puluh tahun lalu, saat dia masih berusia delapan belas tahun, keluarga mereka mengalami kecelakaan yang membuat Sagara harus kehilangan kedua orang tuanya. Sejak hari itu, hidup pria itu hancur tak bersisa. Ayah dan ibunya adalah dunia bagi Sagara. Lalu, setelah dunianya pergi bagaimana hidup pria itu bisa baik-baik saja? Semuanya dimulai sejak hari itu. Sagara yang dulunya adalah anak yang aktif, dan ceria berubah menjadi sosok yang muram. Setiap hari hanya dia habiskan untuk tidur, atau membaca buku saja. Namun, saat Sagara mulai bangkit, paman dan kakeknya membuat keputusan yang berakhir membuat dia membenci semua orang-orang di keluarga Dewanta. Bagaimana mereka bisa mengirim Sagara yang sedang berduka ke negeri orang, hanya dengan seorang pengawal dan pengasuhnya saja? “Sagara!” panggil Kayla yang membuat pria itu terhenyak. Sejak kembali dari kediaman Dewanta tadi, Sagara memang banyak diam. Entah apa yang seda