Setelah selesai bekerja seprofesional yang dia bisa, Kayla memilih berjalan kaki untuk pulang ke rumah.
Padahal jarak dari rumah sakit menuju rumahnya terbilang cukup jauh.
Dia bahkan menolak pergi ke kafe yang sebenarnya dia ingin kunjungi bersama Alana.
Jujur, Kayla ingin seorang diri.
Dia juga tidak mau pulang ke rumah itu atau bertemu dengan Andra.
Tapi kalau dia tidak pulang, Kayla mau tidur di mana malam ini?
"Dia bilang tidak mau punya bayi. Jadi, itu alasannya tidak mau punya bayi." Kayla menatap sepatunya dengan air mata tergenang.
Tangis yang sedari tadi ditahannya, kembali luruh.
Wanita itu berjongkok di tepi trotoar, seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.Dia merasa sendirian.
Kayla tak berani menceritakan ini pada siapapun, bahkan Alana.
Mau taruh di mana wajahnya? Padahal baru pagi tadi dia membanggakan Andra—suaminya yang ternyata brengsek itu.
Dan Andra ... suaminya itu dulu berulang kali mengatakan jika dia mencintainya, tetapi kenapa dia bisa berselingkuh seperti sekarang?
Kayla masih menunduk dengan suara tangis yang tertahan. Dia bahkan tidak peduli dengan beberapa orang yang melewati dan menatapnya dengan aneh.
"Kay," panggil seseorang yang langsung membuat Kayla mendongakkan kepalanya.
Wajah dan hidung wanita itu tampak begitu merah dan sembab.
"Tuan Saga?" Kayla cukup terkejut ketika melihat Sagara berdiri di hadapannya.
Pria bertubuh tinggi itu menatapnya dengan datar, yang tidak bisa Kayla baca.
"Kamu tidak lihat beberapa orang menatapmu aneh?"
"Tuan Saga, kenapa Anda bisa ada di sini?" Kayla segera berdiri dan mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak hanya itu, Kayla juga merapikan kembali pakaiannya yang kusut.
"Sama seperti orang-orang itu. Aku melihat pemandangan yang aneh tadi."
Kayla menurunkan wajahnya. Dia tidak berani menatap wajah Sagara yang dingin dan tampak garang itu."Maaf," cicitnya, pelan.
"Kenapa minta maaf? Kamu tidak berbuat salah padaku, kan?"
"Ya, kalau begitu—“
"Ayo, ikut aku!" Sagara memotong ucapan Kayla.
Tanpa menunggu jawaban, dia bahkan langsung saja pergi meninggalkan Kayla yang diam dengan penuh tanda tanya.
Apalagi saat melihat Sagara masuk ke dalam mobil mewah yang membuat Kayla meneguk ludahnya dengan susah payah.
Bagaimana tidak, Rolls Royce Ghost keluaran terbaru dengan warna hitam itu punya harga yang fantastis! Dan apa Kayla tidak salah dengar barusan? Sagara mengajaknya naik mobil mewah itu?"Kayla!" panggil Sagara sekali lagi yang sudah berdiri di sisi badan mobil.
Kayla yang sedang melamun tadi langsung tersentak, membuatnya tanpa sadar langsung berlari dengan cepat menyusul Sagara yang masih menatapnya dengan datar.
Namun, sesampainya Kayla di depan Sagara, wanita itu justru merutuk dalam hati.Kenapa dia jadi menghampiri Sagara? Seharusnya Kayla berlari saja tadi.
"Masuk."
"Apa?" tanya Kayla yang masih tertegun.
"Masuk!" Sagara mengulangi kalimatnya. Setelah membukakan pintu dan Kayla masuk dengan menurut, dia segera berjalan pada sisi mobil yang lain.
"Oh, sialan! Kenapa aku menurut saja? Sekarang aku mau dibawa ke mana?" gumam Kayla yang mendadak ketakutan.
Kenapa setiap ucapan Sagara membuat Kayla tidak bisa untuk menolaknya?
Dia merasa seperti terhipnotis.
"Tuan Saga, kita mau ke mana?" tanya Kayla hati-hati kala mobil sudah berjalan.
Namun, dia masih tidak berani menatap Sagara terlalu lama.
"Makan, dan jangan menolaknya. Anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena menabrakmu tadi siang."
Kayla lagi-lagi hanya bisa mengangguk patuh.
Aneh!
Dia benar-benar tidak bisa menolak ajakan Sagara.
Ting!
Suara deringan ponsel, membuat keheningan yang mendadak tercipta di antara mereka menghilang. Sagara mengambil ponselnya yang ada di atas dasbor, lalu melihat pesan yang dia minta siang tadi.
[Ini data yang lo minta, Ga. Ada tiga nama Kayla yang bekerja di rumah sakit di bawah D&W Farmasi.]
Tiga?
Sagara menoleh lalu menatap Kayla sekilas. Mata besar, serta tatapan sendu wanita itu mengingatkannya akan seseorang.
Ada tiga wanita bernama Kayla, itu berarti Kayla yang duduk di sampingnya bisa saja bukan Kayla yang sedang dia cari, tetapi entah mengapa Sagara merasa tidak asing dengan wajah wanita yang sedang duduk di sampingnya.
"Tuan Saga, kenapa melihat saya seperti itu. Apa ada yang aneh?"
Sagara berdeham, dan kembali fokus kepada jalanan di depan sana. "Tidak ada. Hanya saja ... wajahmu aneh," jawab pria itu asal.
Mendengar hal itu, Kayla langsung mengambil cermin kecil di dalam tasnya.
"Apa yang aneh?"
“Tuan Saga,” panggil Kayla lirih. Mereka masih ada di dalam perjalanan, setelah Kayla terpaksa ikut dengan Sagara.
Sagara hanya berdeham saja, tanda jika dia akan mendengarkan apa pun yang Kayla katakan.
“Saya ingin pulang saja.” Kayla menundukkan wajahnya dengan takut-takut. Dia takut Sagara akan tersinggung.
Sagara kembali menoleh dan melihat Kayla yang sedang meremas tangannya sendiri, tanpa berpikir panjang dia akhirnya setuju. "Baiklah."Kayla langsung mendongakkan kepalanya begitu mendengar jika Sagara setuju. “Kalau begitu saya turun di sini saja, Tuan. Saya akan memesan taksi online nanti.”“Sebutkan alamat kamu sekarang! Aku yang akan mengantarkan kamu sampai di rumah.”
“Tapi, Tuan—itu tidak perlu.”
Sagara menatap Kayla dengan datar, dan saat itu juga, entah mengapa Kayla langsung merasakan sesuatu yang berbeda.
Tidak ingin membuat Sagara marah, Kayla menyebutkan alamat tempat tinggalnya.
Tak lama, Rolls Royce Ghost berwarna hitam Sagara berhenti di salah satu komplek perumahan.
Setelah sampai, Kayla langsung saja turun dengan hati-hati.Menutup pintu mobil Sagara, Kayla membungkukkan tubuhnya sebagai ucapan terima kasih.
"Terima kasih banyak sudah mengantarkan saya pulang, Tuan. Maaf karena sudah merepotkan Anda."
Jujur, dia berharap Sagara segera pergi dari rumahnya, tetapi kenapa mobil pria itu justru belum jalan juga?
Wajah Sagara juga masih terlihat dari jendela yang terbuka dengan ekspresi datar. "Jadi, ini rumahmu?" ucapnya.
"I-iya, Tuan."
"Cukup mewah untuk kalangan perawat seperti dirimu. Kau tidak melakukan pekerjaan yang buruk, kan?"
Deg!
Pekerjaan buruk?
Seketika Kayla langsung menggeleng cepat dengan melambaikan tangannya setelah mendengar pertanyaan yang Sagara lontarkan!
"Tidak, Tuan. Suamiku yang membeli rumah ini.""Suami?" Sudut alis Sagara terangkat ketika mendengar jika Kayla sudah mempunyai suami. "Suamimu pasti punya jabatan tinggi di tempat pekerjaannya. Kalau begitu, aku permisi dulu. Maaf karena sudah lancang bertanya tentang rumahmu."Kayla kembali menggeleng dengan senyum tipis. Senyum yang langsung membuat Sagara merasakan dejavu."Tidak, Tuan. Saya mengerti. Anda pasti takut saya melakukan pekerjaan yang aka merugikan rumah sakit, bukan?"Sagara terdiam. Padahal dia tidak berpikir seperti itu. Dia bertanya karena memang benar-benar penasaran."Kalau suamimu melihat dan salah paham, kabari saja aku. Aku tidak mau dicap sebagai pria perebut istri orang. Kamu masih menyimpan kartu namaku, kan?"Kayla mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. Andra tidak akan marah atau berhak untuk melakukan hal itu kepadanya.Sebab pria itu sudah berbuat hal yang di luar batas.Tanpa berpamitan lagi, Sagara segera menutup kaca mobilnya dan berlalu begitu s
"Apa? Kamu gila, ya?" hardik Andra dengan napas naik turun. Dia begitu emosi begitu mendengar Kayla memintanya untuk meninggalkan Adelia. "Adel baru saja melahirkan. Lalu kamu minta aku buat ninggalin dia dan bayi kami? Kamu punya otak nggak, sih, Kay?"Kayla menahan tangannya yang gemetar saat mendengar jawaban Andra.Bukan! Bukan jawaban seperti ini yang dia mau.Apa Kayla salah mengenai permintaannya pada Andra? Biar bagaimana pun Kayla masih berhak untuk Andra. Pria itu masih suami sahnya, dan Kayla berharap mereka bisa memperbaiki hubungan yang sudah rusak ini."Kamu yang lebih nggak punya otak dan perasaan, Mas. Aku ini istri kamu, aku juga bisa kasih kamu anak, tapi kenapa kamu malah berbuat zinah dengan wanita seperti itu?"Plak!Kali ini Andra yang menampar pipi Kayla dengan kuat karena berpikir jika wanita itu sudah melewati batas.Sementara itu, Kayla menyentuh pipinya dengan perasaan bercampur aduk. Ini adalah pertama kalinya Andra melakukan kekerasan seperti ini, dan itu s
Mendengar ucapan Andra yang seperti petir di siang hari, Kayla hanya bisa menggeleng lemah. "Mas, kamu menceraikan aku tanpa berpikir panjang lagi hanya karena wanita murahan seperti itu?" Mata Andra langsung menatap nyalang ke arah Kayla. "Sudah berapa kali kukatakan, jangan menganggap Adelia wanita seperti itu, Kay! Sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa pun lagi, dan ingat, Adelia itu istriku." "Istri?" Satu pertanyaan itu lolos dari bibir Kayla dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Jadi, kalian sudah menikah di belakangku? Itu sebabnya kamu tidak terima aku mengatai kalian berzina? Kalau seperti itu kenapa kamu masih meminta izinku untuk menjadikan dia seorang madu, Mas?!" teriak Kayla putus asa. Andra sudah mencuranginya sejauh ini, dan Kayla masih berusaha menganggap jika suaminya tidak mungkin sejahat itu. "Silakan kemasi barang-barangmu, Kay. Ini rumahku, tinggalkan tempat ini, dan semua urusan perceraian biar aku yang urus. Aku mau cepat-cepat meresmik
Kayla mendongakkan wajah, merasakan setiap rintik hujan yang membasahi tubuh. Hujan ini terasa begitu damai. Akankah ini menjadi hujan terakhir bagi Kayla? Pikiran Kayla benar-benar buruk. Wanita itu tidak tahu tujuan hidupnya lagi sekarang, setelah dihancurkan oleh Andra menjadi butiran debu. Mata wanita itu menatap--menerawang ke arah lalu lalang lalu lintas yang tampak ramai. Kendaraan banyak yang mengebut karena hujan yang semakin deras. Tanpa banyak berpikir lagi, kaki Kayla melangkah ke depan. Mungkin ini akan benar-benar menjadi hujan terakhirnya. Namun, saat wanita itu berdiri di tengah jalan, tiba-tiba saja sepasang tangan besar menariknya dengan keras, menuju pinggiran. "Kamu gila!" bentak pemilik tangan yang membuat Kayla langsung menengadahkan pandangannya. "Tuan Saga," panggil Kayla dengan mata mendelik. Dia terkejut. "Kamu punya otak itu dipakai, Kayla! Apa kamu nggak berpikir bagaimana perasaan orang yang nggak sengaja nabrak kamu di jalanan n
"Kayla!" panggil Bu Arum terpekik saat melihat Kayla berdiri basah kuyup di depan pintu. Waktu sudah hampir tengah malam, dan wanita paruh baya itu tidak tau alasan apa yang membawa Kayla sampai ke sini. "Rico!" panggil Bu Arum dengan berteriak. Dia segera membawa Kayla masuk. "Kamu kenapa, Nak? Rico, cepat ambil handuk! Kak Kayla kebasahan." Tidak lama setelah itu, seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun berlari, diikuti oleh beberapa anak lainnya dengan membawa handuk yang Bu Arum minta. Bu Arum tidak banyak bertanya. Dia segera membantu Kayla dengan cara mengeringkan rambut wanita itu yang sudah basah. Melihat mata Kayla yang sembab, wanita paruh baya itu sudah tahu jika ada yang tidak beres. "Kak Kayla kenapa, Bu?" "Kalian masuk aja, dan tidur lagi. Kak Kayla cuma kecapekan." Tidak ada bantahan. Anak-anak itu segera kembali masuk ke dalam kamar setelah melihat Kayla hanya diam saja. "Kayla--" "Aku boleh menginap di sini, Bu?" tanya Kayla yang pada ak
Sagara bisa lepas dari rencana perjodohan sialan itu berkat kebohongannya. Sekarang masalah lain timbul, dan memaksa Sagara harus memutar otak untuk memenuhi permintaan Sang kakek. "Kamu punya pacar?" Sagara mengangguk cepat. Dia sama sekali tidak gugup seolah sudah terbiasa berbohong. "Kalau begitu, bawa dia kemari. Baru aku percaya kalau kamu sudah punya pacar." "Tapi, Kek," keluh Sagara yang langsung terkejut dengan permintaan Tuan Wisnu. "Kalau kamu menolak, aku anggap berbohong. Bawa dia kemari, dan aku baru akan berhenti merencakan perjodohan ini." Sagara meremas rambutnya dengan gusar. Sekarang dia harus mencari wanita yang mau menjadi pacar bohongan. Sebab pada kenyataannya, Sagara tidak punya seorang kekasih yang bisa dia kenalkan kepada Tuan Wisnu. Bagaimana mau punya kekasih? Sagara baru tiba sehari di sini. "Sialan!" Pria itu memukul kemudi mobilnya dengan kesal. Di saat yang bersamaan, ponselnya bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Daffa
Plak! Suara tamparan itu terdengar nyaring hingga membuat perhatian beberapa orang teralihkan, begitu juga dengan Sagara. Pria itu langsung berbalik dan menatap Andra yang sedang memegang pipi dengan tatapan yang tak bisa dibaca. Hanya tangan pria itu yang tampak mengepal kuat. "Alana, beraninya kamu!" bentak Andra dengan wajah merah menahan malu. "Dasar laki-laki brengsek! Jadi, selama ini kamu selingkuh di belakang Kayla? Apa jangan-jangan Kayla tidak masuk karena sudah tahu semua ini?" sinis Alana dia menatap wanita yang berdiri congkak di samping Andra. "Dan kamu ... dasar wanita nggak tau malu! Pelakor!" "Alana, jaga ucapan kamu. Dia bukan pelakor, dia istriku. Lagipula aku dan Kayla sudah memutuskan untuk berpisah." Lagi-lagi Alana dibuat terkejut dengan ungkapan Andra yang terkesan tak tau malu. "Berpisah? Oh, sialan! Kalian berdua benar-benar brengsek, nggak tau malu." "Alana--" Tangan Andra terangkat ke udara ingin membalas perkataan Alana, tetapi tidak j
"Akhirnya ketemu," ucap Sagara pelan. Dia tidak peduli dengan keterkejutan di wajah Kayla. "Tuan, ba-bagaimana bisa Anda ada di sini?" Kayla mengusap kasar pipinya, dan langsung berdiri hendak membungkukkan tubuh sebagai tanda hormat, tetapi Sagara mencegah dengan duduk langsung di samping Kayla. "Kamu tidak masuk kerja seminggu ini. Apa kamu tidak tau ada pemeriksaan di rumah sakit?" Sagara menoleh, dan dia terdiam sesaat saat melihat mata Kayla yang masih tampak terkejut. "Saya ... ingin mengajukan pengunduran diri. Bagaimana Tuan tau saya ada di sini?" Kening Kayla masih tampak berkerut, kebingungan. Kenapa Sagara tiba-tiba saja ada di depan matanya? Lantas, dari mana pria itu tahu dia ada di sini? Sagara kembali menatap lurus ke depan. Melihat anak-anak yang sedang bermain dengan riang gembira. Selama beberapa hari ini, dia sudah berusaha mencari Kayla ke mana-mana, dan akhirnya Sagara berhasil menemukan keberadaan wanita itu. "Tuan, saya butuh penjelasan agar
“Aku nggak tau kalau kamu ada kamu tadi kedatangan tamu. Seharusnya kamu bilang kalau ada Daffa.” Setelah mendengar suara pintu tertutup dan Daffa sudah pergi, Kayla memberanikan diri menegur Sagara.Dia takut Daffa akan berpikir buruk tentang dirinya. Apalagi Kayla sadar jika keluarga besar Sagara sepertinya belum sepenuhnya setuju pernikahan mereka.“Dia cuma mampir sebentar. Aku pikir kamu sudah tidur.”Kayla hendak menyangkal, tetapi saat dia melihat ruang kerja Sagara yang terbuka, Kayla memutuskan untuk tidak melanjutkan kembali pembicaraannya.“Aku haus,” tutur Kayla yang langsung berjalan menuju dapur dan mengambil air minum. "Makanya aku keluar, dan terus lihat kamu sama Daffa."Wanita itu meneguk air dari botol langsung. Dia merasa cukup panas setelah mendengar apa yang Daffa katakan sebelum pulang tadi. Keponakan? Bayi? Ingatannya kembali melayang ke kehidupan pernikahan sebelum bersama Sagara. Dulu, dia sampai tidak berani menyinggung apa pun yang berkaitan dengan bayi
“Kayla, aku ... maksudku kenapa kita harus membahas tentang perpisahan sekarang?" Sagara membuang wajahnya begitu mendengar apa yang Kayla bicarakan. Perpisahan? Bahkan sedetik pun Sagara tidak pernah memikirkan tentang hal itu. "Bukankah itu sudah pasti?""Tapi, Kayla--"Kayla menggeleng yang langsung membuat ucapan Sagara terhenti. Wanita itu menepuk bahu Sagara berulang kali, kemudian bangkit dan pergi meninggalkan pria itu begitu saja. Dia tidak mau mendengar apa pun dari Sagara sekarang. Bukan tanpa alasan, Kayla hanya tidak ingin Sagara melihat sisi lemah dari dalam hidupnya. Melihat sang istri yang meninggalkannya begitu saja, membuat Sagara berdiri dan menyusul wanita itu. Pria itu tampak kebingungan, dan ingin memanggil, sebelum suara pintu tertutup membuat gerakan tangannya terhenti.Bruk!Tangan Sagara melayang di udara. Dia ingin mengetuk dan bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya, atau yang Kayla rasakan sekarang, tetapi dia kembali ingat. Sikap dingin wanita
Brak!Suara jas yang dilempar di atas kursi itu terdengar jelas. Andra menarik dasi yang dia kenakan dengan terus mendengus, marah.Sementara itu, Adelia hanya diam melihat suaminya pulang dalam keadaan marah. Dia tidak berniat untuk bertanya mengenai apa pun, sebelum Andra menceritakan masalahnya sendiri.“Sialan! Brengsek!” maki Andra dengan melemparkan dasinya. Egonya tidak terima melihat bagaimana hidup Kayla sekarang.Wanita itu menikah dengan orang yang punya status sosial jauh di atasnya?Tidak!Bukan ini yang dia mau. Sejak pertama kenal dengan Kayla, dia tidak pernah melihat wanita itu memiliki posisi yang kebih tinggi darinya. sekarang apa?“Brengsek!”“Kamu kenapa, sih, Ndra?” tanya Adelia tak tahan mendengar suaminya terus mengumpat. “Kamu nggak lihat ada anak kita di sini. Nggak bagus mengumpat di depan anak kecil begitu.”“Diam kamu!” bentak Andra dengan mata melotot. Pernikahan mereka memang sedang panas, sejak dia bertemu dengan Kayla terakhir kali. “Kamu kalau nggak b
“Kamu gila, ya?” bentak Kayla begitu orang yang membungkam mulutnya itu melepaskannya, dan darahnya semakin mendidih setelah tahu siapa pelakunya. “Kamu yang gila, Kay.” Wajah Andra tampak memerah karena amarah. Napas pria itu juga terllihat naik turun. Sejak tadi, dia ingin bicara secara langsung dengan Kayla, dan siapa sangka keberuntungan berpihak kepadanya. Saat dia melihat Kayla berjalan di depannya tadi, Andra tidak berpikir panjang lagi. “Jadi, ini alasan kamu mau bercerai dengan aku. Kamu menargetkan laki-laki itu dari awal?”Mata Kayla membelalak mendengar apa yang Andra katakan. Apa pria itu lupa ingatan? “Kamu yang ngajak aku cerai. Lagi pula kamu juga sudah menikah sama wanita itu. Jadi, kenapa aku nggak boleh menikah sama Sagara?” tanya Kayla, menantang.Semakin lama, dia semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Andra. Mengapa setelah tahu ada pria lain bersamanya, pria itu semakin kesetanan?“Tapi, bukan harus dia juga—
Melihat bahwa Kayla lah yang benar-benar naik, dan menyambut uluran tangan Sagara dengan senyum lebar, Andra langsung merasa gelisah. Pria itu mengusap keringatnya dengan tangan gemetar. Tidak hanya dirinya yang terkejut dengan kemunculan Kayla sebagai istri dari pemimpin baru mereka, beberapa teman kerjanya yang juga tahu bagaimana hubungan wanita itu dengan Andra dulu, tampak cukup terkejut. Beberapa suara pelan mulai terdengar, membuat Andra semakin tidak nyaman. Pria itu berdiri, berniat untuk meninggalkan tempat ini, tetapi Hendra mencengkeram tangannya. “Itu Kayla, kan?” Semua teman-teman Andra memang belum ada yang tahu tentang perceraiannya dengan Kayla. Pria itu memang tidak pernah menceritakan apa pun karena tidak ingin reputasinya menjadi buruk. “Andra, itu Kayla istri kamu, kan?” tanya Hendra sekali lagi dengan kening berkerut. “Ka-kami sudah berc
Pesta yang ditunggu-tunggu oleh keluarga besar D&W Company akan diadakan petang ini. Di pesta ini, pemimpin baru mereka akan diumumkan secara resmi.Sagara Dewanta, nama yang disebut banyak pihak akan menggantikan posisi Haris Dewanta untuk memimpin D&W Company ke depannya.Ada beberapa dari mereka yang sudah pernah melihat dan bertemu langsung dengan Sagara, ada juga yang hanya pernah mendengar nama pria itu sekilas.Desas-desus dari banyak karyawan mulai terdengar. Mereka mulai membicarakan bagaimana rupa dari seorang Sagara Dewanta.“Aku pikir Tuan Daffa yang akan menggantikan posisi ayahnya, tapi ternyata bukan.”“Benar. Aku juga nggak tau kalau ternyata Tuan Wisnu punya cucu lain selain Tuan Daffa.”“Kira-kira dia lebih ganteng nggak ya dari Tuan Daffa?”Daffa berdeham saat mendengar ocehan dari para karyawan wanita itu. “Eh, maaf, Tuan.” Salah satu karyawan tadi langsung menundukkan kepalanya dengaan waja
Malam itu Andra pulang dengan rasa gelisah, apalagi setelah mendengar semua tentang CEO di baru tempatnya bekerja. Dia memang tidak pernah tahu tentang cucu Tuan Wisnu yang tinggal di luar negeri itu. Hanya sekilas kabar burung saja yang selama ini didengar para karyawan D&W Company. “Kamu kenapa?” tanya Adelia tanpa menoleh sama sekali. Dia masih marah karena pertengkaran mereka kemarin. “Nggak kenapa-napa.” Adelia mengerutkan keningnya sebentar, kemudian menggeleng sebelum melenggang pergi meninggalkan suaminya begitu saja. Dia tidak mau peduli lagi dengan pria itu. Sementara itu, setelahn Adelia pergi, Andra hanya bisa mendesah kasar. Pria itu merebahkan tubuhnya ke belakang untuk meregangkan ototnya yang terasa kaku. Sekarang dia hanya berharap jika nasib baik masih berpihak kepadanya. *** Kayla menjatuhkan semua
Sagara secara resmi telah ditetapkan sebagai pemimpin baru dari D&W Company, melalui rapat dewan direksi. Sebagai pemegang saham tunggal, tentu tidak ada yang akan menentang keputusan Tuan Wisnu. Apa lagi, saham yang dimiliki Sagara memang lebih besar dari yang dipunya oleh Harris. Seluruh perusahaan menyambut baik kabar ini. Mungkin di sisi lain, akan ada yang merasa kehilangan karena semenjak Haris Dewanta memimpin, pria paruh baya itu dikenal cukup baik. Namun, semua itu tidak menjadi penghalang bagi keputusan semua keluarga Dewanta. Sudah saatnya mereka memiliki pemimpin baru, agar visi misi perusahaan terus berjalan, bahkan menciptakan inovasi baru. Sagara membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormat kepada dewan direksi. Dia sudah memikirkan ini secara matang, dan menyakini bahwa keputusannya itu sudah benar. Bibir pria itu mengembang sempurna begitu semua dewan direksi per
Sagara pulang dengan bayang-bayang tentang masa lalunya. Dua puluh tahun lalu, saat dia masih berusia delapan belas tahun, keluarga mereka mengalami kecelakaan yang membuat Sagara harus kehilangan kedua orang tuanya. Sejak hari itu, hidup pria itu hancur tak bersisa. Ayah dan ibunya adalah dunia bagi Sagara. Lalu, setelah dunianya pergi bagaimana hidup pria itu bisa baik-baik saja? Semuanya dimulai sejak hari itu. Sagara yang dulunya adalah anak yang aktif, dan ceria berubah menjadi sosok yang muram. Setiap hari hanya dia habiskan untuk tidur, atau membaca buku saja. Namun, saat Sagara mulai bangkit, paman dan kakeknya membuat keputusan yang berakhir membuat dia membenci semua orang-orang di keluarga Dewanta. Bagaimana mereka bisa mengirim Sagara yang sedang berduka ke negeri orang, hanya dengan seorang pengawal dan pengasuhnya saja? “Sagara!” panggil Kayla yang membuat pria itu terhenyak. Sejak kembali dari kediaman Dewanta tadi, Sagara memang banyak diam. Entah apa yang seda