“Baiklah. Hari ini, aku yang traktir. Mau makan apa, pesan saja!” ujar Xander dengan royal. Dia sudah menekan kekesalannya untuk sementara.“Xander, berhubung kamu sudah buka mulut, kami nggak sungkan lagi ya!”“Ini restoran bintang lima yang mewah, harga makanannya mahal banget! Aku masih belum pernah makan di tempat semewah ini!”“Benar, aku juga belum pernah datang. Kali ini, aku sudah bisa cicipi makanan di sini berkat Xander. Pekerja biasa kayak kita mah nggak mampu makan di tempat semahal ini.”“Ini semua berkat Xander! Kita harus berterima kasih padanya!”Semua orang mulai menyanjung Xander.“Tenang, tenang. Sedikit uang ini mah bukan apa-apa.” Xander sangat menikmati pujian semua orang. Dia merasa dirinya sangat hebat dan tersanjung karena menjadi pusat perhatian semua orang. Kemudian, dia melirik ke arah Marisa dengan harapan Marisa bisa terpesona. Owen hanyalah seorang yatim piatu miskin. Jadi, Xander tidak memedulikan pendapatnya.Namun, Marisa bahkan tidak meliriknya dan ha
Xander berkata dengan marah. Dia memang terlihat seperti sedang membela Owen, tetapi sebenarnya sedang mengorek luka Owen. Ini juga merupakan tujuan utamanya menarik Owen hadir di reuni kali ini. Dia ingin mempermalukan Owen untuk melampiaskan kekesalan dalam hatinya.“Apa? Sudah diselingkuhi, istrinya juga mengandung anak pria lain?”“Owen, hidupmu tragis banget!”“Haha ....”Semua orang pun terkejut, lalu tertawa terbahak-bahak. Mereka pada dasarnya sudah merendahkan Owen. Setelah mendengar kabar buruk tentang Owen ini, mereka bahkan lebih merendahkan Owen lagi dan tidak berhenti mengejeknya.Satu-satunya orang yang tidak mengejek Owen hanyalah Marisa. Dia sangat bersimpati atas kejadian yang menimpa Owen. Dia juga tahu semua orang sengaja mengejek Owen. Jadi, dia buru-buru menghibur, “Owen ... abaikan saja mereka.”“Nggak apa-apa, aku sudah terbiasa,” jawab Owen dengan acuh tak acuh. Dia tidak bodoh dan tentu saja tahu bahwa Xander sengaja mempermalukannya. Namun, mentalnya cukup ku
“Apa yang dikatakan Xander benar. Kami cuma bercanda kok. Kamu sudah dewasa, pikiranmu nggak sesempit itu, ‘kan? Lagian, kita sudah lama nggak ketemu. Sekarang susah payah baru bisa kumpul, masa kamu mau pergi secepat itu ....”Begitu mendengar kata-kata orang lainnya, Marisa juga mengira bahwa Owen marah sehingga mau pergi lebih awal. Jadi, dia pun membujuk Owen, “Owen, kamu toh sudah datang. Makan saja dulu sebelum pergi. Lagian, kita sudah nggak ketemu tiga tahun lebih. Ada banyak yang mau kubicarakan sama kamu.” Sikap Marisa sangat tulus. Kali ini, dia setuju menghadiri reuni karena berharap untuk bertemu dengan Owen. Hari ini, dia sudah susah payah bertemu dengan Owen. Dia tentu saja tidak berharap Owen pergi dengan begitu terburu-buru.“Marisa, aku benar-benar masih ada urusan. Begini saja, beberapa hari lagi aku traktir kamu makan, ya? Nanti kita baru ngobrol bareng ....” Sebelum Owen selesai berbicara, Yura membuka pintu ruang privat dan berjalan masuk.“Siapa kamu?”Semua ora
Xander awalnya memang ingin mengejar Marisa. Namun, ada Yura yang jauh lebih cantik dari Marisa di hadapannya saat ini. Jika bisa mendapatkan Yura, untuk apa dia mengejar Marisa dengan susah payah?“Siapa kamu? Memangnya kamu pantas mengetahui namaku?” Yura mendengus dingin. Sikapnya terlihat sangat sombong. Pada dasarnya, sifatnya memang sudah dingin dan temperamental. Dia bahkan tidak peduli pada begitu banyak putra dari keluarga kaya dan berkuasa. Jadi, mana mungkin dia memedulikan Xander?“Kamu ....” Xander langsung tertegun. Dia juga sudah terbiasa bersikap sombong. Sikap Yura yang merendahkannya tentu saja membuatnya malu dan marah. “Kamu kira kamu itu siapa? Cuma pacar seorang anak yatim miskin saja berani bersikap sok suci di depanku!”“Berengsek!” Tatapan Yura langsung berubah dingin. Kemudian, dia langsung melayangkan sebuah tamparan.Plak!Terdengar suara tamparan yang nyaring. Telinga Xander langsung berdengung, dia juga hampir terjatuh. “Ka ... kamu berani menamparku?” tan
Bahkan, teman sekelas lainnya bergembira atas bencana yang akan menimpa Owen dan ingin melihat bagaimana Owen akan berakhir. Mereka tahu bahwa Owen adalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa, baik kemampuan, kekayaan, ataupun kekuasaan.Selain itu, Yura adalah pacarnya Owen. Jadi, mereka beranggapan bahwa kondisi keluarga gadis itu sudah pasti tidak jauh lebih baik. Sekarang, Yura yang tidak tahu diri itu telah menyinggung Xander. Begitu orang-orang yang dipanggil Xander datang, nasib Owen dan Yura pasti akan berakhir mengenaskan!Tepat pada saat itu, Xander yang mendengar suara langkah kaki di luar langsung tersenyum dingin dan berkata, "Mau pergi? Sudah terlambat."Begitu ucapannya terlontar, pintu ruang privat terbuka dan manajer hotel yang membawa empat atau lima petugas keamanan masuk dengan aura yang mengancam."Xander, apa yang terjadi? Siapa yang membuat keributan di sini? Besar sekali nyalinya!" seru manajer hotel dengan dingin.Xander pun menunjuk Yura dan Owen, l
Yura mendengkus dingin.Bagi Xander, dengkusan Yura sama saja dengan petir yang menyambar tanah dan dia langsung teringat pada masalah dirinya yang menabrak Yura barusan. Xander tahu tentang kekuasaan Keluarga Suwanto, bukan hal yang sulit jika mereka ingin menghabisi dirinya. Jika saat ini tidak dapat menemukan cara untuk mendapatkan pengampunan Yura, nasibnya pasti akan berakhir mengenaskan!Xander langsung ketakutan begitu memikirkan ini. Akibatnya, kedua kakinya menjadi lemas dan dia langsung berlutut di tanah. Dengan raut wajah yang memohon belas kasihan, dia berkata, "Nona Yura, aku barusan benar-benar nggak sengaja. Tolong maafkan aku.""Sekarang baru mau minta maaf padaku? Kenapa nggak minta maaf dari awal?" tanya Yura sambil tersenyum dingin. Dia sama sekali tidak tersentuh dengan permohonan maaf Xander.Yura pada dasarnya adalah wanita yang mudah tersinggung dan emosinya berubah-ubah. Di komunitas orang kaya terkenal di Jenggala, hampir tidak ada orang yang berani memprovokas
Jika Owen terus mengandalkan Keluarga Suwanto yang memiliki kekuasaan besar itu, kemungkinannya untuk berjaya di masa depan pasti sangat besar. Paling tidak, Owen akan lebih kuat dari mereka yang merupakan orang biasa.Dalam sekejap, terlintas penyesalan dalam lubuk hati mereka. Seandainya mengetahui kemampuan Owen sejak awal, mereka pasti akan menyanjung Owen. Siapa tahu kelak Owen menjadi orang sukses dan mereka juga akan terciprat keuntungan. Sayang sekali, semuanya sudah terlambat!Di sisi lain, Owen dan Yura yang pindah ke ruang privat lain sedang makan sambil membahas detail kerja sama pembelian bahan obat tradisional. Pembahasannya berjalan lancar dan setelah membahas beberapa detail, kontrak langsung ditandatangani.Setelah semuanya beres, Owen dan Yura meninggalkan hotel secara terpisah.Yura mengendarai mobil kesayangannya menuju ke kediaman Keluarga Suwanto. Namun, dia sama sekali tidak menyadari bahwa ada dua mobil jeep hitam mengikutinya dengan diam-diam. Begitu Yura berke
"Mau kabur? Nggak semudah itu!" seru salah satu dari kedua orang itu sambil tertawa dingin.Pada saat yang bersamaan, mobil jeep hitam lainnya mendekat dari belakang. Begitu pintu terbuka, tampak tiga pemuda melangkah keluar dari mobil. Orang yang memimpin adalah pria berjas yang mengenakan sepatu kulit dan wajahnya memancarkan aura yang ganas. Begitu dilihat, bisa langsung terlihat bahwa orang ini sulit untuk dihadapi.'Astaga, masih ada kaki tangan lainnya!' batin Yura dan dia segera berlari ke semak-semak.Dia saja tidak mampu menghadapi dua pria barusan. Sekarang, datang tiga orang lagi. Yura tentu sadar bahwa dirinya tidak akan bisa melawan mereka berlima sendirian."Tangkap dia!" teriak pria yang memimpin sambil melambaikan tangannya.Setelah itu, dua pria yang bersamanya beserta dua pria yang barusan berhadapan dengan Yura berlari ke arah Yura dan berhasil mengadang Yura dalam sekejap."Siapa sebenarnya kalian? Apa yang kalian inginkan?" hardik Yura sambil menggertakkan giginya.