Share

Bab 24

Penulis: Emilia Sebastian
Yang disukai Ayu bukanlah Panji, melainkan statusnya.

Di kehidupan sebelumnya, Syakia masih mengingat jelas semuanya. Berhubung Panji terlalu arogan dan menyinggung orang yang tidak seharusnya disinggungnya, kedua kakinya pun dipatahkan sehingga dia menjadi orang lumpuh. Setelah itu, Ayu juga mencampakkannya tanpa ragu.

“Kak Syakia, jangan ngomong lagi. Maki saja aku, tapi jangan maki Kak Panji lagi.”

Ayu merasa Syakia seperti sudah salah minum obat dan sangat aneh selama beberapa hari terakhir. Berhubung Syakia juga ingin membongkar kedoknya, dia segera berlagak kasihan. Sesuai dugaan, Panji tertipu lagi.

“Syakia, kamu nggak usah coba untuk merusak hubungan kami!” Panji sama sekali tidak percaya pada ucapan Syakia. Dia mengadang di depan Ayu dan berseru marah, “Ayu nggak seperti kamu! Dia baik hati dan sangat polos. Dia jauh lebih baik dari kamu. Orang sejahat kamu nggak akan pernah bisa dibandingkan dengannya!”

Syakia menangkap sesuatu dari ujung matanya. Pada detik berikutnya, dia
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 25

    Semua orang menatap ke arah Syakia yang berlutut di paling depan dengan ekspresi tidak percaya. Jangankan mereka, bahkan Syakia sendiri juga merasa terkejut. Dia tidak menyangka Kaisar akan memberinya gelar sebagai “putri suci”.Dari Dinasti Minggana didirikan hingga sekarang, masih belum ada orang yang diberi gelar putri suci. Syakia merupakan orang pertama yang diberi gelar seperti itu. Terlebih lagi, dia juga disebut sebagai “pembawa berkah”.Syakia terlalu terkejut hingga lupa menerima dekret itu. Danu pun tersenyum dan mengingatkannya. “Putri Suci, cepat terima dekretnya.”Setelah Syakia berterima kasih atas dekret Kaisar dengan ekspresi linglung, Danu memapahnya untuk berdiri dan lanjut berkata, “Kelak, kamu nggak boleh asal berlutut lagi selain kepada langit, Yang Mulia Kaisar, dan para dewa.”Maksud tersirat dari ucapan Danu adalah, Syakia berada dalam perlindungan Kaisar. Bahkan Damar sekalipun juga tidak dapat mengintimidasi Syakia lagi.“Terima kasih atas kemurahan Yang Muli

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 26

    “Kama, apa kamu masih bisa hitung sudah berapa kali kamu memukulku?”Kama secara refleks membantah, “Itu karena kamu bersikeras mau berselisih sama Ayu! Ayu itu adik bungsu kita, aku tentu saja harus lindungi dia!”Hati Syakia terasa dingin lagi. Dia menatap Kama lekat-lekat dan menekankan kata-katanya. “Aku juga adik kalian.”Orang-orang ini sepertinya sudah lupa bahwa sebelum Ayu datang ke rumah ini, Syakia barulah adik bungsu mereka. Namun, Syakia yang hatinya sudah sepenuhnya dilukai tidak ingin berbicara terlalu banyak lagi dengan mereka. Dia langsung berbalik dan kembali ke kamar untuk mengemas barang-barangnya.Abista dan orang lain yang masih berdiri di tempat menoleh ke arah Kama dengan serentak.Abista mengkritik, “Kama, kamu memang sering mukul Syakia akhir-akhir ini. Waktu di upacara kedewasaan hari itu juga. Kamu sama sekali nggak bisa bedakan waktu dan menampar wajah Syakia sampai sebengkak itu.”“Itu karena ... karena ....”Kama secara refleks ingin mengatakan bahwa itu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 27

    Kama dan yang lain ingin mengawasi Syakia, tetapi Syakia tidak mengizinkan mereka masuk ke kamarnya.“Brak!” Setelah mengunci pintu, Syakia segera memindahkan semua barang miliknya yang ada di kamar ke ruang giok.Sayangnya, Kama dan yang lain ada di luar. Jika tidak, Syakia masih ingin pergi ke kamar ibunya. Meskipun Anggreni sudah meninggal bertahun-tahun, kamarnya masih dipertahankan dan ada orang yang pergi membersihkannya setiap hari. Orang yang mengaturkan semua ini adalah Damar. Di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak mencurigai hubungan Damar dengan Ayu karena alasan ini. Dia mengira Ayu benar-benar adalah putri penyelamat Damar seperti yang dikatakan Damar. Sampai Ayu sendiri dengan sombongnya membongkar semuanya di hadapan Syakia, Syakia baru tahu bahwa dirinya dan ibunya sudah dibohongi Damar selama ini. Ayu bukanlah putri penyelamat Damar, melainkan putri Damar dengan cinta pertamanya.Hal yang membuat Syakia paling marah adalah, dia adalah orang terakhir yang mengetahui fa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 28

    Setelah melihat kepergian Ranjana, Ayu pun tersenyum bangga. Meskipun tidak tahu cara apa yang digunakan Syakia untuk membujuk Kaisar memberinya gelar putri suci, selama dia bisa mengendalikan anggota Keluarga Angkola, apa yang tidak bisa didapatkan Ayu?Pada akhirnya, posisi Syakia sebagai putri suci juga akan menjadi miliknya! Setelah berpikir begitu, rasa cemburu Ayu baru berkurang sedikit.Namun, Ayu harus terlebih dahulu mencari tahu cara apa yang digunakan Syakia untuk meyakinkan Kaisar. Apa mungkin ada rahasia Syakia yang tidak diketahuinya?Ayu menggigit bibirnya. Ada kilatan kejam yang melintasi matanya.Pada saat ini, Syakia tiba-tiba membuka pintu kamar dan berjalan keluar. Setelah melirik orang-orang di depan kamarnya, dia mengunci pintu kamarnya, lalu berbalik untuk pergi.Kama mengira Syakia ingin melarikan diri dan buru-buru mengadang jalannya.“Berhenti! Kamu mau ke mana? Syakia, selama ada aku di sini, jangan harap kamu bisa tinggalkan rumah ....”Alhasil, sebelum Kama

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 29

    Syakia menunduk, lalu menertawakan dirinya sendiri. “Benar juga. Kenapa sebenarnya? Semua orang jelas-jelas tahu jawabannya, apa Ayah nggak tahu?”Tatapan Damar memancarkan sedikit amarah. “Syakia, kukatakan sekali lagi. Kalau kamu lanjut buat onar seperti ini, aku nggak akan ampuni kamu!”“Kalau aku bersikeras mau buat onar?” Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar dan menyahut tanpa sedikit pun rasa takut, “Apa lagi yang mau kamu lakukan? Kalau 50 cambukan nggak cukup, kamu mau cambuk aku 100 kali? Kalau 100 cambukan nggak cukup, kamu mau langsung cambuk aku sampai mati?”“Syakia!”“Ayah!”Kama dan Abista berseru bersamaan. Kama tidak menyangka Syakia akan bertindak segila ini. Selain melawannya, Syakia juga berani memprovokasi Damar. Apa dia benar-benar ingin mati?Di sisi lain, Abista juga merasa kelakuan Syakia hari ini sangat keterlaluan. Namun, dia juga tidak mungkin membiarkan Damar benar-benar membunuh Syakia. Dia buru-buru membujuk, “Ayah, masalahnya sudah capai titik

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 30

    Namun, Panji merasa Syakia hanya tidak ingin mengakuinya.“Demi tunjukkan ketulusan hatimu padaku, kamu sengaja pergi ke Gunung Selatan dan berjalan sambil bersujud sepanjang perjalanan ke Kuil Bulani. Bukannya kamu memang sengaja mau menunjukkannya pada sahabat-sahabatku? Memangnya ini bukan rencanamu?”Kama bertanya dengan terkejut, “Kamu bahkan rela lakukan hal seperti itu demi dia?”Ayu juga tertegun sejenak, lalu sengaja berkata dengan sedih, “Ini semua salahku. Gara-gara aku tolak permintaan Kak Syakia malam itu, Kak Syakia baru menyiksa diri demi Kak Panji.”Orang lainnya langsung memercayai ucapan Ayu.“Syakia, demi seorang pria, kamu rela bertindak senekat itu dan bahkan nggak peduli sama reputasi keluarga?”“Syakia, kalau kamu benar-benar nyesal, kenapa kamu nggak ngomong dari awal?”“Kenapa kamu nggak kasih tahu kami? Kenapa kamu bersikeras timbulkan masalah sebesar ini demi masalah sepele seperti itu? Kamu mau semua orang tahu?”Kakak beradik Keluarga Angkola itu mulai mene

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 31

    Panji yang lengah pun dihajar habis-habisan oleh Kama. Semua orang di sekeliling masih melongo dan tidak melerai mereka.Jangankan kakak beradik Keluarga Angkola, bahkan teman-teman Panji juga merasa ucapan Panji keterlaluan. Berani-beraninya dia berharap kedua putri dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan menikahinya! Apa Panji tidak melihat wajah Damar yang menjadi begitu suram setelah mendengar ucapannya? Jika bukan karena adalah paman dan keponakan, Damar mungkin sudah menghabisinya!Namun, meskipun Damar bisa bersabar, Kama dan yang lain tidak dapat bersabar. Abista memang tidak bertindak. Namun, ketika berpura-pura ingin menghentikan Kama dan Kahar yang menghajar Panji, dia juga diam-diam melayangkan beberapa pukulan ke arah Panji.Dalam sekejap, Panji pun dihajar sampai babak belur. Sementara itu, Abdi dan yang lain hanya meringis dan langsung berpikiran untuk kabur. Berhubung takut terlibat dalam masalah ini, mereka buru-buru berpamitan dengan Damar. Kemudian, mereka langsun

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 32

    Tidak lama kemudian, Kama dan Kahar pun berhasil menyusul Syakia.“Syakia, jangan keras kepala lagi. Kalau nggak mau Ayah marah, sebaiknya kamu kembali ke kamar dengan patuh.”Kama dan Kahar mengadang Syakia dari depan dan belakang. Damar memberi perintah dengan dingin, “Kurung dia di kamar! Tanpa izinku, nggak ada yang boleh biarkan dia keluar!”Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berat dan malas dari luar pintu. “Hari ini, Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan ramai sekali.”Semua orang langsung menoleh ke arah datangnya suara. Di sana, berdiri seorang pria berambut perak yang terlihat tampan. Dia membawa beberapa prajurit Pasukan Bendera Hitam masuk ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, lalu melirik Ayu dan orang lainnya dengan aura yang sangat mendominasi.Adika bertanya, “Lagi ngapain kalian?”Ekspresi Abista langsung berubah. Dia buru-buru menarik Syakia dan Ayu untuk berlutut dan memberi hormat.“Hormat, Pangeran Adika.”Ayu mengamati Adika dengan mata

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 100

    Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 99

    Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 98

    Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   bab 97

    “Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 96

    “Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 95

    “Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 94

    Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 93

    Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 92

    Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status