“Ainur, apa yang terjadi di luar? Kenapa bising sekali?” tanya Ayu dengan tidak senang. Dia sedang duduk di samping tempat tidur Ranjana.Ainur membungkukkan badannya dan menjawab, “Aku akan pergi memeriksanya.”Baru saja Ainur berjalan ke pintu kamar, dia sudah melihat ada banyak orang yang berada di halaman. Mereka semua mengenakan pakaian zirah hitam dengan pedang tergantung di bagian pinggang, juga memancarkan aura mengerikan. Ainur pun ketakutan dan wajahnya juga terlihat pucat.“Siapa kalian? Ini area tempat tinggal putra keempat Adipati Pelindung Kerajaan. Buat apa kalian menerjang masuk kemari?”“Kami datang untuk membawa Tuan Ranjana dan Nona Ayu pergi menemui Pangeran Adika dan Putri Suci.”Ayu yang mendengar keributan ini merasa ada yang tidak beres dan buru-buru bangkit, lalu keluar untuk memeriksa keadaannya. Dia kebetulan mendengar ucapan itu dan raut wajahnya langsung berubah. “Pangeran Adika?”Untuk apa pria itu datang lagi kemari?Ayu sudah tahu Damar pasti akan pergi
Syakia hanya tersenyum sinis, tetapi tidak peduli pada sikap Ayu. Lagi pula, ini hanyalah hukuman kecil untuk Ayu. Selanjutnya, dia akan memberi Ayu sebuah kejutan besar.“Berhubung semua orang sudah berkumpul, kita mulai saja,” ucap Syakia dengan acuh tak acuh.Dari awal sampai akhir, Syakia sama sekali tidak melirik Kahar dan Ranjana yang terbaring di lantai. Sikapnya itu mau tak mau membuat Kamar merasa sedih.Adika melirik ke arah Damar dan berkata, “Untuk mencegah timbulnya kesalahpahaman yang nggak diperlukan, aku mau nggak mau harus merepotkan Adipati untuk ikut menggeledah bersamaku.”Damar tidak berbicara.Hati Ayu pun berdegup kencang. Dia berpura-pura bodoh dan bertanya, “Ayah, buat apa orang sebanyak ini datang kemari?”Damar menjawab, “Pangeran Adika dan Putri Suci curiga orang yang meracuni Kahar ada di kediaman ini. Jadi, mereka datang untuk menggeledah.”Ekspresi Ayu langsung berubah. Orang yang meracuni Kahar ada di kediaman ini? Bukannya sudah jelas bahwa orangnya ada
Cermin yang sudah retak tidak akan bisa diperbaiki lagi ....Kama langsung terpaku di tempat. Ini bukan jawaban yang diinginkannya. Dia ingin mendengar jawaban bahwa cermin yang sudah retak tetap bisa diperbaiki. Jawaban ini pun membuat hatinya terasa sangat sakit dan dia nyaris terjatuh.Kama memberikan Syakia sebuah cermin yang berukiran burung phoenix dan manusia bersayap. Jangankan di seluruh ibu kota, cermin dengan motif seperti itu sangat langka di seluruh Dinasti Minggana.Kama tahu bahwa dirinya sudah bersalah pada Syakia dan Syakia teramat sangat marah padanya. Jadi, dia menghabiskan seluruh tabungannya untuk membeli cermin itu dari temannya supaya bisa memberikannya kepada Syakia.Awalnya, Kama merasa mungkin saja hadiah itu bisa menghibur Syakia. Jika Syakia memahami maksud yang ingin disampaikannya dengan memberikan hadiah itu, itu akan lebih baik lagi. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa Syakia memang memahami maksudnya, tetapi malah memberikan jawaban yang paling ditaku
Setelah mendengar jawaban komandan Pasukan Bendera Hitam, Abista dan Kahar juga tidak bisa menghentikan mereka. Kedua orang ini hanya bisa melihat sekelompok orang menggotong Kahar dan Ranjana pergi.Tidak lama kemudian, sekelompok orang ini tiba di tempat yang dimaksud.Awalnya, Ayu masih tidak menganggap serius hal ini. Namun, ketika mereka mulai mendekati sebuah tempat, ekspresinya mulai berubah. Terutama ketika melihat semua orang berkumpul di sekitar sumur kering yang terbengkalai di belakang gudang penyimpanan kayu. Sekujur tubuhnya langsung gemetar.Begitu Syakia dan yang lainnya tiba, Adika, Damar, dan orang lain yang berdiri di samping sumur juga menoleh.“Apa yang kalian temukan?” tanya Syakia sambil melangkah mendekati Adika.Kemudian, Syakia melihat bungkusan kertas minyak yang diambil dari dalam sumur. Isinya tidak lain adalah setengah ekor bebek goreng yang tersisa itu.“Aku sudah suruh orang memeriksanya. Racun yang terkandung dalam bebek goreng ini sama dengan racun yan
“Pemilik Rumah Makan Fesili?”“Benar. Supaya bisa bertanya dengan jelas, aku dan Putri Suci sudah mengutus orang untuk pergi menyuruh pemilik Rumah Makan Fesili datang kemari,” ujar Adika sambil berjalan ke sisi Syakia. Tubuh Adika yang tegap dan tinggi sedikit membungkuk dan menutupi tubuh Syakia yang kecil. Dia juga menatap semua anggota Keluarga Angkola dengan mata menyipit.“Kenapa kalian tahu bebek goreng itu pasti dibeli dari Rumah Makan Fesili?”Damar tidak dapat membayangkan seberapa menyedihkan akhir putrinya yang kasihan itu apabila faktanya terungkap. Jadi, meskipun masalahnya sudah mencapai tahap ini, dia masih tetap mencoba yang terbaik untuk membantu Ayu menyembunyikan hal ini.Namun, lawan Damar hari ini bukanlah orang yang bisa dikendalikan ataupun dipermainkannya dengan mudah, melainkan dua sosok yang luar biasa. Contohnya, Adika.Jika Damar hanyalah seekor rubah tua yang licik, Adika adalah seekor serigala yang ganas dan kejam. Dia bisa membuat seorang adipati yang m
Adika merasa dirinya sudah berubah. Sebagai Pangeran Pemangku Kaisar yang hanya harus menunduk pada Kaisar seorang, dia yang selama ini selalu memberi perintah kepada orang lain. Namun, entah kenapa, dia malah suka diberi perintah oleh gadis ini. Jadi, begitu mendengar ucapan Syakia, Adika langsung merasa bersemangat. Seolah-olah apabila Damar tidak bertindak, dia benar-benar akan langsung turun tangan sendiri. Namun, Damar mana mungkin membiarkan Adika bertindak?Ekspresi Damar terlihat sangat suram. Setelah ragu sejenak, dia baru menoleh ke arah orang di belakang Abista, lalu memanggil namanya di bawah tatapan tidak percaya para putranya.“Ayu, keluar.”Begitu mendengar dua patah kata itu, Ayu langsung memaki Syakia dalam hati. Dasar wanita jalang! Sialan! Kenapa dia tidak langsung meracuni Syakia sampai mati saja sebelumnya?Saat ini, Ayu sangat berharap dirinya bisa kembali ke 2 bulan lalu, lalu meracuni Syakia sebelum Syakia meninggalkan Kediaman Keluarga Angkola. Meskipun Damar
Ayu menggigit bibirnya, lalu berusaha memutar otak secepat mungkin dan teringat sesuatu. Dia lanjut menunjukkan tampang kasihan dan berkata, “Ayu juga nggak tahu. Ainur cuma bilang dia nggak enak badan dan mau cari tabib. Sisanya, Ayu benar-benar nggak tahu. Kalau Kak Kama curiga, lebih baik kita suruh Ainur keluar biar Kak Kama bisa menginterogasinya?”Ketika mengucapkan kata-kata itu, Ayu diam-diam memberi isyarat mata yang penuh ancaman kepada Ainur. Ainur langsung memahami maksud Ayu dan langsung merasa tegang. Ketika semua orang menatap Ainur, Ainur melihat dengan mata kepala sendiri majikannya itu melontarkan beberapa patah kata tanpa suara. ‘Ingat sama keluargamu.’Pada saat ini, hati Ainur langsung tenggelam.“Bruk!”Pada akhirnya, Ainur memilih untuk berserah pada nasib dan berlutut di lantai. Dia berkata sambil menangis, “Aku pelakunya. Ini semua nggak berkaitan sama Nona Ayu ....”“Aku yang beli bebek goreng itu pakai nama Nona Ayu, juga diam-diam menaruh racun ke bebek gor
“Cukup, jangan banyak omong kosong lagi.” Setelah mendengar sampai di sini, Damar merasa penjelasan ini sudah cukup meyakinkan. Dia segera menyela ucapan Ainur dan hendak membantu Ayu menutupi perbuatannya dengan langsung menarik kesimpulan.“Sekarang, masalah ini sudah diselidiki dengan jelas. Semua hal ini disebabkan oleh seorang dayang yang hendak mencelakai majikannya. Kami akan memberinya hukuman sesuai perbuatannya. Pangeran Adika dan Putri Suci nggak perlu repot-repot mengurus sisanya lagi.”Baru saja Damar selesai berbicara, Syakia bertanya dengan heran, “Nona Ayu, kamu benar-benar nggak tahu apa-apa?”Ayu lanjut berlagak kasihan dan menjawab, “Aku benar-benar nggak tahu. Aku harap Kak Sya ... Putri Suci jangan berprasangka buruk padaku karena punya salah paham terhadapku.”Ayu sengaja mengatakan hal itu dengan sangat halus. Namun, kata-katanya terkesan seperti Syakia sedang mencari masalah dengannya di telinga orang lain.Baru saja Abista hendak mengatakan sesuatu, Syakia sud
Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny
Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat
Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m
Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar