Share

Bab 171

Author: Emilia Sebastian
“Cukup, jangan banyak omong kosong lagi.”

Setelah mendengar sampai di sini, Damar merasa penjelasan ini sudah cukup meyakinkan. Dia segera menyela ucapan Ainur dan hendak membantu Ayu menutupi perbuatannya dengan langsung menarik kesimpulan.

“Sekarang, masalah ini sudah diselidiki dengan jelas. Semua hal ini disebabkan oleh seorang dayang yang hendak mencelakai majikannya. Kami akan memberinya hukuman sesuai perbuatannya. Pangeran Adika dan Putri Suci nggak perlu repot-repot mengurus sisanya lagi.”

Baru saja Damar selesai berbicara, Syakia bertanya dengan heran, “Nona Ayu, kamu benar-benar nggak tahu apa-apa?”

Ayu lanjut berlagak kasihan dan menjawab, “Aku benar-benar nggak tahu. Aku harap Kak Sya ... Putri Suci jangan berprasangka buruk padaku karena punya salah paham terhadapku.”

Ayu sengaja mengatakan hal itu dengan sangat halus. Namun, kata-katanya terkesan seperti Syakia sedang mencari masalah dengannya di telinga orang lain.

Baru saja Abista hendak mengatakan sesuatu, Syakia sud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
gak bisa terlepas dari hukuman satu2 kau kena ayu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 172

    “Mereka ... mereka asal bicara! Mereka lagi memfitnahku! Kak Syakia, kenapa kamu suruh mereka untuk memfitnahku!”Ayu masih bersikeras untuk berdalih dan mencoba untuk membela diri. Namun, Syakia hanya tertawa tanpa berbicara.Salah satu pemilik toko obat itu mengeluarkan selembar kertas dan berujar, “Nona seharusnya masih ingat kamu ada isi kertas ini waktu datang beli bahan obat di tokoku, ‘kan? Meski nama yang kamu isi di kertas ini berbeda dengan nama yang kamu isi di 2 tempat lainnya, waktu pembelian obatnya nggak mungkin salah.”Kedua pemilik toko obat lainnya juga menunjukkan kertas yang mereka bawa. Mereka menyerahkan kertas itu kepada Adika, tetapi Adika langsung menyerahkannya kepada Syakia.Syakia hanya melirik sekilas, lalu menyuruh orang untuk memberikannya kepada Damar. Damar melirik selembar demi selembar kertas itu. Pada akhirnya, Abista yang masih tidak bersedia memercayai fakta ini mengambil kertas-kertas itu dari tangan ayahnya. Setelah membaca dengan saksama waktu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 173

    Jelas-jelas, Damar terlebih dahulu mengepung Kuil Bulani sebelum mengetahui faktanya dan melindungi Ayu. Namun, yang keluar dari mulut Adika malah terkesan seolah-olah dia sengaja memfitnah Syakia. Ekspresinya seketika menjadi sangat suram.“Apa sebenarnya yang kalian inginkan?”Syakia menjawab dengan acuh tak acuh, “Aku nggak mau apa-apa. Aku cuma harap Adipati bisa bertindak adil dan nggak memihak.”Namun ... apakah mantan ayahnya ini dapat bertindak adil dan tidak memihak? Jika Syakia masih belum meninggalkan kediaman ini atau masih belum diangkat menjadi Putri Suci oleh Kaisar, jika dia yang melakukan hal seperti ini, Damar tidak mungkin hanya menghukumnya dengan mengurungnya di aula leluhur untuk merenungkan kesalahannya. Jadi, dia ingin tahu apakah ayah yang selalu bersikap angkuh ini bisa bersikap adil atau tidak.Damar menatap Syakia dengan lekat-lekat. Namun, dalam menghadapi tatapan yang penuh intimidasi dan tajam itu, Syakia sama sekali tidak mundur. Tepat pada saat situasi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 174

    Ketika semua orang menatap Syakia dengan perasaan campur aduk, Syakia hanya berkata dengan acuh tak acuh, “Buat apa kalian menatapku? Bukannya Tuan Kama sudah bilang dia nggak akan mati? Sebaiknya kalian mulai secepatnya.”Sikap Syakia yang acuh tak acuh membuat Ayu sangat murka. Beraninya Syakia mendesak! Apa dia tidak tahu siapa yang akan dipukul? Jika bukan karena ada begitu banyak orang di tempat ini, Ayu benar-benar ingin langsung menampar Syakia!Pada akhirnya, orang yang menjalankan tugas berat mencambuk Ayu adalah Abista. Setelah Damar memberi perintah, Abista pun menjalankan tugasnya sama seperti 2 bulan lalu. Hanya saja, orang yang dipukul kali ini adalah Ayu.Abista mengambil cambuk yang memancarkan cahaya dingin itu. Namun, untuk pertama kalinya, dia tidak tahu harus bagaimana memulai hukuman ini. Dia menoleh ke arah Syakia, seolah-olah masih ingin membantu Ayu memohon ampun. Jika Syakia berbesar hati, mungkin saja Ayu tidak perlu dicambuk.“Syakia, biar bagaimana, Ayu itu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 175

    “Gubrak!”“Ayu!” Abista buru-buru meletakkan cambuknya, lalu memapah Ayu dengan hati-hati. “Ayu, kamu baik-baik saja? Kamu masih bisa bertahan?”Ayu memejamkan matanya dan sama sekali tidak bergerak.Ketika Damar buru-buru berjalan ke hadapan Ayu dan ingin memeriksa apakah Ayu benar-benar terluka parah, Adika pun tertawa mengejek.“Putri bungsumu itu benar-benar lemah. Dia jelas-jelas hanyalah putri asuh yang baru dibawa pulang nggak lama ini, tapi dia malah lebih rapuh dari seorang putri sah yang tumbuh besar dengan dimanjakan keluarganya dari kecil.”Nada Adika terdengar penuh sindiran. Dia melanjutkan, “Baru dicambuk 20 kali, dia sudah pingsan. Waktu Sahana dicambuk sebanyak 50 kali dulu, gimana sebenarnya dia  bertahan?”Ucapan Adika sepertinya juga mengandung amarah. Dia telah menyuruh bawahannya untuk menyelidiki apa sebenarnya yang dialami Syakia selama tinggal di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan dan menemukan banyak informasi.Namun, Adika tetap tidak menemukan dari mana as

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 176

    Damar menatap Syakia dan Adika dengan ekspresi yang sangat dingin. Dia berujar, “Aku nggak akan lupakan kejadian hari ini. Sekarang, aku sudah hukum orangnya. Apa Putri Suci sudah bisa serahkan obat penawarnya?”Syakia mengangkat alisnya dan menjawab, “Bukannya Adipati seharusnya minta obat penawarnya pada putri bungsumu? Orang yang meracuni orang itu dia, bukan aku.”Damar berkata dengan dingin, “Kamu tahu apa maksudku.”Memang Ayu yang meracuni Kahar sehingga Kahar memuntahkan darah dan tidak sadarkan diri. Namun, sebelum itu, Syakia juga meracuni Kahar. Racun itu yang membuat Kahar asal berbicara di pesta ulang tahun Janda Permaisuri!Syakia tertawa dan berujar, “Kenapa Adipati memfitnahku lagi? Ini tabib yang kamu cari sendiri. Kamu boleh tanya padanya apa ada racun lain di tubuh Kahar atau nggak.”Damar memicingkan matanya, lalu menoleh ke arah tabib tua itu. Sesuai dugaan, tabib tua itu menggeleng. Ekspresi Damar langsung berubah. Kemudian, dia berkata dengan acuh tak acuh, “Berh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 177

    Kama bertanya dengan penuh harap, “Boleh, Syakia?”“Nggak,” tolak Syakia tanpa ragu. Tatapannya terlihat sangat dingin dan tanpa perasaan saat bertanya, “Atas dasar apa aku harus kasih kamu kesempatan seperti itu?”Di kehidupan sebelumnya, Syakia juga pernah meminta kesempatan yang tak terhitung jumlahnya. Namun, siapa yang pernah memberinya kesempatan itu?“Kelak, jangan ganggu aku lagi.”Seusai melontarkan kata-kata yang kejam itu, Syakia langsung berjalan melewati Kama dan meninggalkan tempat ini.Kama terpaku di tempat untuk waktu yang lama. Ketika dia tersadar dan mengangkat kepalanya, wajahnya sudah dibasahi air mata. Bagaimana ini .... Apa sebenarnya yang harus dilakukannya?Kama yang tidak dapat memperbaiki hubungannya dengan Syakia merasa bagaikan seorang anak kecil yang tersesat saat ini. Dia bergumam, “Ibu, andaikan kamu masih hidup.”Ibu mereka paling ahli dalam menghibur Syakia. Jika ibu mereka masih hidup, dia pasti bisa mengajari Kama cara untuk membujuk adiknya itu pula

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 178

    Syakia tidak menyangka Adika meminta maaf padanya karena masalah ini. Setelah melihat wajah Adika yang dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan, juga mendengar nada tulus pria itu, hatinya tiba-tiba berdebar.Syakia buru-buru memalingkan wajah karena tidak berani menatap Adika. Dia menjawab, “Ng ... nggak apa-apa. Waktu itu, kita memang nggak saling kenal.”Apalagi, mereka hanya berpapasan waktu itu. Tidak, itu tidak termasuk berpapasan. Sampai sekarang, Syakia masih ingat bahwa keadaannya waktu itu terlalu buruk. Ketika berjalan keluar dari ruang baca Kaisar, dia hampir jatuh dan Adika yang memapahnya.“Aku yang seharusnya berterima kasih padamu. Kalau bukan karena Pangeran memapahku waktu itu, aku mungkin sudah jatuh.”Syakia bahkan tidak berani menjamin dirinya dapat berdiri sendiri jika benar-benar terjatuh pada saat itu. Bagaimanapun juga, lukanya hari itu sangat serius.Setelah mendengar ucapan Syakia, Adika pun menghela napas berat. Namun, dia segera tersenyum dan mengelus kepala S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 179

    Damar dan Abista menoleh ke arah pintu. Mereka melihat Kama yang berdiri di luar pintu dengan tampang marah.“Ayah, jangan diam lagi! Hari ini, aku mau tahu jawabanmu. Di hatimu, lebih penting Syakia atau Ayu?”“Kama, pertanyaan macam apa itu? Syakia dan Ayu itu sama-sama adik kita! Mereka nggak bisa dibandingkan seperti ini!”Abista tahu ayahnya pilih kasih. Namun, mana boleh Kama menanyakan hal seperti siapa yang lebih penting?“Kak Abista!” Kama berkata dengan dingin, “Kamu masih belum sadar? Hubungan Syakia dengan kita bisa mencapai tahap seperti ini memang karena salah kita dan ayah. Tapi, kamu kira Ayu sama sekali nggak salah?”Dulu, semua orang mengira Ayu sangat polos dan baik hati. Mereka khawatir Ayu merasa rendah diri karena statusnya sebagai putri asuh, makanya mereka sangat memperhatikan Ayu. Namun, entah sejak kapan, selama terjadi sesuatu di rumah dan Ayu menangis, mereka akan langsung menyalahkan Syakia.Sampai hari ini, semuanya baru terungkap. Adik yang selama ini mer

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 350

    Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 349

    Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 348

    Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 347

    Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 346

    “Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 345

    Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 344

    “Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 343

    Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 342

    Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status