“Kak, akhirnya kamu datang juga!” Begitu melihat Damar, Ike langsung menangis dengan sedih dan mengadu, “Kalau kamu nggak datang, adik dan keponakanmu ini akan ditindas bajingan tua itu!”“Jangan asal bicara!” Damar terlebih dahulu menegur Ike, “Apanya yang bajingan tua, Joko itu suamimu. Kamu sudah menjabat sebagai nyonya rumah kediaman ini sekalian lama, kenapa kamu masih nggak bisa bersikap dewasa.”“Kak, kamu sebenarnya datang untuk bantu aku atau bukan?”Damar melirik Ike dan Ike tidak lagi berani berbicara.“Aku memang datang untuk membantumu, tapi aku juga nggak bisa biarkan kamu bertindak seenaknya.” Seusai menegur Ike, Damar menoleh ke arah Joko dan berkata, “Joko, adikku ini sudah terbiasa dimanjakan di rumah. Kalian sudah menikah selama ini, kamu seharusnya paham dan terima sifatnya dari dulu. Kenapa hari ini kamu malah menyuruhnya minta maaf sama orang lain?”Joko pun tersenyum sinis. Jika itu hari biasa, dia mungkin akan menghormati Damar. Namun, dia tidak dapat melakukann
Damar menatap Joko dengan tidak senang. Namun,saat ini, Joko hanya mengasihani Syakia.“Kalau bukan karena kamu selalu bersikap acuh tak acuh, apa mungkin Syakia bisa berakhir seperti sekarang? Dia itu putri kandungmu. Tapi, sejak kapan kamu berhenti memperlakukannya seperti putri kandung? Bahkan seorang putri asuh juga lebih dimanjakan daripada putri sah. Itu karena kamu pilih kasih, atau ada hal memalukan yang kamu sembunyikan?”“Ayah!”“Joko!”Ike dan Panji tidak menyangka Joko berani mengucapkan hal seperti itu kepada Damar. Bagaimanapun juga, Joko tidak pernah bersikap tidak sopan pada orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Sekarang, Joko malah bersikap seperti ini terhadap Damar demi Syakia.Ike tentu saja berharap dibela oleh kakaknya. Namun, dia juga tidak berharap suami dan kakaknya bertengkar. Sekarang, dia adalah istri Joko. Dia tentu saja ingin menghabiskan hidupnya dengan suaminya.Ike buru-buru menarik Joko dan berkata, “Suamiku, sudahlah. Ini semua salahku. Kaka
Setelah mendengar kabar ini, Syakia merasa terkejut. “Apa lagi maunya?”Syakia tahu jelas Ike itu orang seperti apa. Pada kedatangannya ke Kuil Bulani sebelumnya, Ike tidak mencapai tujuannya. Dia sudah cukup bersyukur Ike tidak lanjut datang mencari masalah. Mana mungkin Ike ingin meminta maaf?Setelah berpikir sejenak, Syakia bertanya, “Kak, apa masih ada orang lain yang datang bersamanya?”“Ada, ada seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian menteri, juga seorang pemuda tampan.”Orang yang mengenakan pakaian menteri dan bersedia menemani Ike datang ke tempat ini. Itu seharusnya adalah Damar atau Joko. Sebelumnya, Damar pernah datang ke tempat ini, juga dipermalukan. Dia seharusnya tidak akan datang lagi dalam waktu dekat. Jadi, satu-satunya orang yang mungkin datang adalah Joko.Sementara itu, pemuda yang dimaksud kakak seperguruan Syakia pasti adalah Panji. Untuk apa mereka sekeluarga datang kemari?Syakia mengernyit, lalu meletakkan buku sutra di tangannya dan berkata, “Aku a
Seusai memukul Panji, Joko menatap Syakia. Saat melihat ekspresi Syakia yang dingin, perasaannya sangat kacau.“Syakia, maaf atas masalah pembatalan pernikahan, krim pelembap Yui, dan juga masalah lainnya selama ini. Kamu diperlakukan seperti itu karena kelalaianku,” ujar Joko sambil menangkupkan tangan dan menunjukkan ekspresi bersalah.Syakia pun tertegun. Dengan kemunculan Joko hari ini, dia bisa menduga bahwa Ike memang datang untuk meminta maaf padanya. Namun, dia tidak menyangka bahwa Joko sendiri yang akan terlebih dahulu meminta maaf padanya.Hanya saja, meskipun begitu, hati Syakia sudah sepenuhnya hancur. Setelah merasa terharu sejenak, dia kembali terlihat dingin.“Aku nggak terima permintaan maaf Tuan Joko.”“Apa? Syakia, jangan keterlaluan kamu! Ayahku sudah ....”Panji tidak menyangka Syakia akan bersikap begitu angkuh. Orang yang meminta maaf adalah ayahnya, seorang menteri yang berkuasa di kerajaan ini. Apa Syakia merasa itu masih belum cukup?“Diam!” Joko memelototi pu
Ucapan Ike membuat Syakia kebingungan. Bagaimanapun juga, dia tidak menduga Ike akan benar-benar datang meminta maaf padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru terpikirkan sesuatu. Dia melirik ketiga orang di hadapannya dan bertanya, “Gimana kalau aku nggak bersedia maafkan kalian?”Syakia merasa sangat penasaran.Ekspresi Ike sontak berubah. Dia berseru marah, “Aku sudah minta maaf, sedangkan putraku juga berlutut di hadapanmu. Apa lagi maumu?”Syakia memicingkan matanya. Setelah melihat tampang panik Ike, dia tahu bahwa tebakannya benar. Ternyata ada yang mengancam mereka. Pantas saja orang yang selalu merendahkannya bisa tiba-tiba datang meminta maaf padanya.Mengenai siapa yang mengancam mereka .... Sejujurnya, Syakia juga tahu itu siapa tanpa perlu menebaknya. Bagaimanapun juga, di seluruh Dinasti Minggana, yang bisa membuat orang dari Kediaman Pangeran Darsuki menunduk hanya beberapa orang.Syakia langsung mencibir, “Aku juga sudah bilang, aku nggak terima permintaan maaf Tuan J
“Kak Ranjana, kamu juga sudah menyadarinya, ‘kan?”Ayu pergi ke kamar Ranjana dan sedang mencurahkan isi hatinya dengan tatapan penuh kegelisahan.“Sejak Kak Syakia jadi biksuni, Kak Abista dan Kak Kama makin berubah. Ayu juga nggak tahu ada apa ini sebenarnya. Hanya saja, Ayu khawatir banget sama mereka yang begini.”Setelah pulang dari merayakan ulang tahun Syakia di Kuil Bulani sebelumnya, Kama bukan hanya menghajar Panji. Ketika dihukum Abista dengan dikurung di aula leluhur, dia bahkan menolak keluar untuk sesaat.Sampai Abista bertanya apakah Kama masih mau mempersiapkan hadiah untuk Syakia atau tidak, Kama baru segera keluar dari aula leluhur. Setelah itu, Abista dan Kama pun sering keluar rumah. Ada beberapa kali Ayu bermanja-manja dan meminta dibawa keluar bersama mereka, tetapi kedua orang itu tetap tidak setuju. Hal ini membuat Ayu merasa makin terancam.Ayu yang sangat gelisah segera datang mencari Ranjana. Di antara 4 saudara ini, orang yang paling cerdas itu sebenarnya bu
Setelah Ranjana setuju, Ayu tidak berhenti bertanya apa yang akan dilakukannya. Bagaimanapun juga, Ayu tidak benar-benar berharap Syakia kembali. Namun, Ranjana hanya tersenyum tanpa menjawab. Sangat jelas bahwa dia tidak ingin memberi tahu rencananya pada Ayu.Hanya saja, Ranjana sepertinya bisa menebak pemikiran Ayu. Dia hanya menjamin, “Ayu tenang saja, Kakak nggak akan biarkan dia mengancam posisimu.”Begitu mendengar ucapan itu, jantung Ayu seolah-olah berhenti berdetak untuk sejenak. Dia mengira Ranjana mengetahui segala triknya dan kedok aslinya telah terbongkar. Sampai Ranjana mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang, dia baru berhenti merasa gelisah dan tidak berani lanjut bertanya lagi.Tidak lama setelahnya, Ayu akhirnya mengetahui cara apa yang digunakan Ranjana.Dari awal Ayu meminta tolong padanya, Ranjana memang tidak berniat untuk turun tangan sendiri. Bagaimanapun juga, dia tidak mampu melakukan apa-apa dengan kesehatannya saat ini. Jadi, dia mencari Kahar, satu-sa
Tepat ketika Kahar hampir menyentuh pintu kamar Syakia, dia tiba-tiba merasa bulu kuduk di punggungnya berdiri. Dia segera menoleh dan langsung melayangkan tinju ke belakangnya.“Duk!”Ketika kedua serangan itu saling beradu, Kahar baru melihat jelas sosok orang di belakangnya. Namun, tidak tepat juga apabila menggunakan kata “melihat jelas”. Bagaimanapun juga, orang itu mengenakan pakaian hitam yang menutupi seluruh tubuh selain matanya sehingga dia dapat menyatu dengan malam secara sempurna.“Siapa kamu!” seru Kahar.Hala menempelkan jari telunjuknya di depan mulut, lalu berbisik, “Kecilkan suaramu. Jangan bangunkan dia.”Seusai berbicara, Hala langsung menghunuskan pedangnya dan menyerang ke arah kepala Kahar. Kahar sontak merasa marah.“Kalau nggak mau ngomong, jangan salahkan aku lagi!”Kahar mengeluarkan belatinya dan segera mengayunkannya untuk menangkis serangan pedang Hala. Kedua orang itu mulai bertarung di halaman Syakia....Keesokan harinya, Syakia mengusap matanya dengan
Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny
Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat
Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m
Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar