Beranda / CEO / Pembalasan Dendam Sang Pewaris / BAB 1 Takdir Yang Terubah

Share

Pembalasan Dendam Sang Pewaris
Pembalasan Dendam Sang Pewaris
Penulis: Nurmelyaa_

BAB 1 Takdir Yang Terubah

Penulis: Nurmelyaa_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 15:02:31

“Ibu, aku tak mau pergi.”

“Pergilah, sebelum kau ikut mati!”

Suara gemetar wanita penuh cairan merah itu begitu menyedihkan. Iris mata hitam anak laki-laki berusia sembilan tahun itu mulai menyebarkan pandangannya, ia baru menyadari jika ayah, adik perempuannya dan pamannya telah meninggal di tempat kejadian. Air matanya terus saja membasahi kedua pipinya.

Ia menggeleng, masih keras kepala. “Mobil ini akan meledak, Zaheen. Jika kau tak pergi, kita semua akan mati!” Wanita tua itu meneriaki anak pertamanya dengan cukup keras hingga Zaheen tersentak.

Anehnya, kenapa tak ada satupun kendaraan yang lewat pada siang itu. Padahal langit masih terang, mungkin karena mereka melewati jalan yang begitu jarang orang lewati.

“Ibu, tidak akan bisa bertahan lagi.” Suara ibunya kemudian melembut, tangannya juga perlahan mengelus kepala anaknya dengan gemetar. “Kau harus hidup nak, masa depanmu masih panjang meski ibu tidak akan ada di sana tapi ibu ...”

Zaheen kaget dan panik saat mobil itu makin menghimpit tubuh ibunya, bersamaan dengan itu, muncul api yang cukup besar dari belakang bagasi mobil yang sudah terbalik tersebut. Zaheen yang memang saat kejadian terlempar keluar jendela dan akhirnya hanya memiliki luka kecil tak kuasa melihat semua keluarganya kini sedang diujung maut.

“Ibu!” Zaheen mencoba menarik tangan ibunya.

“Pergilah, Zaheen!” Api semakin menyebar dan saat itu, dengan terpaksa Zaheen berlari menjauhi mobil keluarganya, ia bersembunyi di semak-semak agar tidak terkena percikan api yang makin besar dan akhirnya yang ia takutkan sungguh terjadi.

Suara ledakan terdengar menggema di langit hingga mengeluarkan asap hitam. Zaheen menutup telinganya karena tak sanggup mendengar ledakan besar itu, ia sungguh hancur karena ia tahu jika akhirnya ia pun kini sendirian.

Ia yatim piatu dan adik kecilnya yang cantik itu juga tak ada lagi. Ia mulai merasa menyesal dengan keputusannya, harusnya ia ikut mati saja dengan semua keluarganya.

Suara tangisannya makin keras dan ia jatuh makin dalam hingga semua terlihat gelap. Ia pingsan tanpa ada yang menolongnya.

****

“Aku tidak menyangka jika kecelakaannya akan semengerikan ini.” Seseorang dengan kumis tipis dan bersetelan jas hitam mencoba membuka kain berwarna putih yang sudah di evakuasi.

Wajah beberapa orang yang ada di sana menjadi jijik saat melihat seluruh mayat telah hangus. “Aku sampai tak mengenali mereka,” celetuk satu orang pria lagi di belakang.

“Bukankah kau ingin mereka semua mati, ya inilah yang kau dapatkan Tuan Isaac,” ujar seorang pria besar yang berotot. “Bukankah kalau kerjaanku sebagus ini, aku juga akan dapat hasil yang lebih memuaskan?” katanya kembali sembari tertawa.

Isaac juga ikut tertawa. “Karena kau berhasil menyingkirkan mereka semua tanpa ada yang tersisa, maka kau akan dapat sepuluh kali lipat. Ingat hartaku kini tak akan habis, jadi semua kebagian.” Dengan sombongnya, lelaki berkumis bernama Isaac itu menunjuk semua orang-orang bayarannya yang telah berhasil membunuh satu keluarga malang tersebut dengan hadiah imbalan.

“Harta dan posisi sebagai CEO telah jadi milikku, jadi tak usah khawatir.” Semua orang di sana bertepuk tangan, seperti telah melihat pidato luar biasa dari sang pemimpinnya.

 “Baik, cukup untuk hari ini. Aku harus mengurus pemakaman Grayson dan keluarganya, aku ingin dilihat oleh orang-orang kalau aku itu sahabat yang sedang kehilangan dan berduka.” Isaac berjalan meninggalkan orang-orang itu dan mulai memasang wajah sedih lagi di depan para polisi yang masih memeriksa tempat kejadian.

Tanpa Isaac sadari. Dari sudut di mana semak-semak begitu rimbun, ada anak yang melihat dan mendengar percakapan itu. Dengan mata penuh amarah, ia terus melihat punggung Isaac dan menatap jijik wajah Isaac saat pria berusia tiga puluh lima tahun itu kembali bersandiwara di hadapan polisi.

Zaheen baru sadar dari pingsannya, ia tak menyangka jika ia kembali harus mendapati kenyataan pahit untuk kedua kalinya. Kecelakaan itu, bukan murni sebuah musibah namun kesengajaan.

Harta dan tahta adalah pemicu utamanya, padahal Zaheen tahu jika Isaac adalah teman atau kerabat ayahnya yang selalu ayahnya banggakan. Ayahnya selalu mengatakan, jika di perusahaan properti bangunan yang sudah ia kelola menjadi begitu besar tersebut adalah milik seluruh karyawan yang telah bekerja lama di sana, ia ingin yang berjuang dengannya mendapatkan masing-masing cabang perusahaan. Tapi, ternyata ayahnya telah di curangi karena kerabat yang sudah bersama – sama membangun usaha itu malah berbuat keji dengan membunuhnya dan posisi sebagai seorang CEO kini akan dipertanyakan.

Siapa lagi yang paling berkuasa selain Isaac untuk sekarang. Bahkan Zaheen tak bisa melakukan apapun, ia tak ada niat untuk kembali. Karena jika ia kembali, ia akan di bunuh oleh manusia gila harta tersebut.

Suara ibunya kembali terdengar. “Kau harus hidup, nak.” Itulah yang menyebabkan Zaheen memutuskan untuk hidup dan pergi dari sana. Biarlah Isaac menikmati harta haramnya, tapi yang harus semua orang tahu jika anak laki-laki yang kini sedang berduka itu tak akan pernah melupakan kejadian ini.

Dari yang memiliki segalanya menjadi hilang seluruhnya. Itulah hidup Zaheen, ia harus menerima takdir mengerikan itu, karena waktu akan terus berjalan hingga ia dewasa nanti.

Ketika ia berhasil membalaskan kekejaman Isaac pada keluarganya, di mana ia akan merebut kembali apa yang ia harusnya miliki, di mana Isaac akan berlutut padanya.

Zaheen melangkahkan kakinya menjauh dari tempat kejadian itu, semakin jauh ia melangkah, semakin dalam dendam yang ada dihatinya.

****

Zaheen memegang perutnya yang kelaparan, sudah dua hari ia tak makan apapun dan hanya berkeliling saja. Ia mencoba menutup luka bakar di lehernya yang makin terasa sakit dengan kain yang ia dapatkan.

Di hari saat kejadian itu, bahkan Zaheen tak merasakan sakit apapun, ia tak menyadari luka besar yang ada di lehernya. Sampai tiba esoknya, bukan cuma hatinya yang sakit namun seluruh tubuhnya seperti patah.

Tak terasa matahari sebentar lagi akan terbenam dan Zaheen harus secepatnya mencari tempat untuk istirahat. Sama seperti hari-hari kemarin, ia mencoba beradaptasi dengan takdirnya.

“Hei, Sepertinya kau sudah lama duduk di sana.”

Zaheen berbalik ke arah suara itu berada. “Ya ampun! Kau terluka, apa preman memukulimu,” ujar anak laki-laki yang panik melihat luka bakar di leher Zaheen.

“Ikutlah denganku sebelum lukamu makin parah.”

“Tidak, aku tak mau. Aku menunggu ibuku.”

“Jangan bodoh, ibumu tak akan datang. Kau sudah dua hari di daerah ini, kan?”

Zaheen menggeleng. “Ayah, Ibu, Adelia. Mereka pasti mencariku.” Anak laki-laki itu terdiam sejenak, sepertinya ia mulai menyadari sesuatu, kalau anak yang ia temui baru saja mengalami hal buruk, terlihat dari air mata yang tiba-tiba saja turun tanpa permisi.

“Satu keluarga pemilik Magani Company, Grayson Magani, Paramitha, Zaheen Magani dan Adelia Magani, akan dimakamkan besok pagi di kampung halamannya ...”

Kedua anak laki-laki itu menatap Televisi yang masih menyiarkan berita panas di sebuah tokoh yang buka. “Jadi besok ya,” gumam Zaheen pelan namun masih bisa di dengar oleh anak laki-laki yang mencoba menolong Zaheen.

“Apa yang telah terjadi padamu. Kau Zaheen Magani, bukan?”

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 2 Pemakaman

    Rupanya langit yang cerah sudah terlihat mendung bagi dirinya. Hanya dalam hitungan detik, Tuhan berhasil mengambil segalanya dari hidup Zaheen; kasih sayang keluarganya, tempat berteduh, kebahagiaan dan perlindungan, tak ada yang tersisa.Ia hanya bisa meringkuk di depan orang-orang yang kini tak ia kenali. Ruangan kecil yang terbuat dari kayu rapuh dan juga banyaknya lalat memenuhi tempat itu, ia menatap anak laki-laki yang tadi membawanya dengan paksa.“Kau jangan khawatir, kau aman di sini,” katanya sembari tersenyum. Sepertinya dia anak baik meski suka memaksa.“Namamu Zaheen, kan? kenalin aku Kian.” Ia tersenyum dan memberikan roti miliknya pada Zaheen. “Sebagai tanda pertemanan kita, makanlah roti ini, kau pasti lapar, kan?”Tentu saja, Zaheen sangat lapar. Meski hanya sepotong roti tapi ia akan bersyukur bisa makan hari ini. Kian tersenyum sumringah saat Zaheen menerima makanannya dan mulai memakannya dengan cepat. “Kau sungguh kelaparan ya?” gumamnya takjub setelah Zaheen men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 3 Pria Misterius

    Suara bising dari tempat itu langsung menyerbu telinga seorang wanita dengan gaun hitam selutut. Seumur hidupnya tidak pernah memasuki tempat seperti itu, jika dilihat lagi, banyak sekali jalang yang sedang mencari tuannya, bau alkohol ada di mana-mana dan banyak sekali orang-orang tak tahu malu yang sedang bermaksiat di sana. Sungguh menjijikkan.“Nora sahabatku, cintaku... akhirnya kau datang juga!” seru wanita berambut pendek dengan pakaian seksi dan hiasan menor itu.Perhatian semua orang tentunya langsung teralihkan oleh wanita yang masih berdiri di depan pintu itu. “Ayo masuk, jangan malu. Ini tempat duduk khusus untukmu,” ujar Angelica penuh semangat sembari menunjukkan kursi untuk wanita bernama lengkap Eleonora itu.Karena Nora yang tidak bergerak sama sekali, akhirnya Angelica menarik tangan wanita itu lalu mendudukkannya di depan beberapa orang yang tidak Nora kenal, hanya satu atau dua orang yang ia tahu namun tidak akrab.Semua adalah teman-teman Angelica.“Perkenalkan ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 4 Putri Dari Sang CEO

    Sang pemilik mata hitam itu tepat duduk di samping Nora dengan pistol yang masih berada di kepala Nora bersiap menembaknya jika saja ia melawan. Suara teriakannya membuat ketegangan begitu terasa di dalam mobil tersebut.“Jalankan mobilnya!”Daniel begitu ragu, namun ia menatap Nora dengan mata yang berbinar. “Jalankan mobilnya, Daniel.” Suara lembut itu terdengar pelan, Daniel dengan terpaksa menuruti ucapan nonanya yang menyuruhnya mengikuti permainan si kriminal.“Lebih cepat!” bentak pria itu pada Daniel.Tanpa mengatakan apapun, Daniel makin menginjak gas hingga kecepatan tinggi. Pria itu menoleh ke belakang melihat polisi yang mengejarnya mulai menjauh, Daniel benar-benar sopir handal, ia bisa menghindari kejaran polisi dengan cepat.Nora merasakan jika pistol itu mulai menjauh dari kepalanya. Wanita bermata coklat itu menghela napas panjang dan kembali menatap pria beriris hitam tersebut dan benar saja, pria itu adalah lelaki yang membuatnya tertarik.Jantungnya berdekat lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 5 Jadilah Milikku

    “Pemuda yang merusuh semalam adalah anak laki-laki Grayson Magani, kau sudah gila! Jelas-jelas aku melihat dua anaknya ikut hangus terbakar dalam kecelakaan itu!”“Tenanglah Isaac, ini hanyalah dugaan. Kita belum tahu kebenarannya.”Pria tua itu terduduk di kursi singgahsananya dan mencoba menenangkan dirinya. Ia begitu ingat bagaimana mayat-mayat itu terbakar di dalam mobil yang dikendarai Grayson kala itu, sungguh tak masuk akal baginya jika ada yang hidup. Bahkan ia hadir saat pemakaman keluarga tersebut.Ia memijit pelipisnya menampakkan betapa frustasinya dirinya. “Panggil Nora, dia mungkin tahu sesuatu.”Adik Isaac yang tidak lain adalah ayah Emilia itu segera menuruti perkataan kakaknya. Tak butuh waktu lama, wanita cantik itu sudah berada di depan ayahnya.“Nora, ayah bersyukur kau selamat dari pemuda itu. Kau melihat wajahnya, atau Daniel juga mengetahuinya?”Nora menatap ayahnya dengan serius. Ia sudah janji pada Daniel untuk tidak mengikut campurkan pria itu pada masalah ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 6 Saling Waspada

    “Nona, apa aku boleh bertanya sesuatu, maaf jika ini menyangkut pribadi anda.” Daniel memecahkan keheningan. Sejak mereka bertemu dengan Zaheen, keduanya menjadi canggung dan terasa aneh.Nora yang awalnya menatap luar jendela kini berbalik melihat Daniel. Ia menghela napas karena ia tahu apa yang akan ditanyakan oleh sopirnya tersebut. “Jangan pernah beritahu ayah soal kedekatanku dengan pria itu,” ujarnya.“Tapi bukankah dia berbahaya, jika saya tadi terlambat beberapa menit, mungkin nona ...” Daniel tidak bisa melanjutkan ucapannya.Nora mengingat kejadian tadi saat ia dicekik, ia pun masih bertanya-tanya mengapa terkadang ia melihat mata itu penuh dengan kebencian.“Jangan salah paham nona, tapi dia tak setara dengan anda. Pasti tuan akan sangat marah jika tahu nona menyukai pria itu.”“Daniel, cukup!”Daniel tersentak, hanya sebentar ia melirik nonanya lalu kembali fokus mengemudi malam itu. “Aku tahu resiko yang kuambil, aku akan berhati-hati dan semua akan baik-baik saja,” jela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 7 Studio Balet

    Selama di perjalanan menuju studio, Zaheen terus saja memikirkan ucapan sahabatnya. Ia tidak pernah meragukan perasaannya sendiri, sudah sejak awal ia terus mengikuti kehidupan Isaac bersama anak perempuannya tentunya.Sejak remaja pun Zaheen sudah sering melihat Nora dari jauh, ia hanya melihat gadis itu dengan biasa tanpa ketertarikan sedikit pun.“Jaga hatimu, kalau sampai kau jatuh cinta, kau yang akan terpengaruh olehnya, ingat itu.”Setelah bus berhenti, segera Zaheen turun dan kini ia sudah berada di depan gedung mewah. Ia sering melewati tempat tersebut namun tak tahu apa yang dibuat orang di dalam sana, namun yang ia ingat bahwa banyak gadis-gadis yang sering berlalu lalang di sekitar sini.Mungkin ini tempat yang disukai para gadis.Pemilik mata hitam itu menelusuri setiap detail ruangan yang ia masuki, hanya ada ruangan dengan lampu yang remang-remang, sepertinya tempat ini sudah tutup tapi mengapa Nora menuruhnya ke sini.Zaheen melihat dari jauh ada siluet seseorang di se

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 8 Impian Dan Dendam

    Hubungan ini tercipta atas kebohongan, selamanya akan menjadi kepalsuan menurut Zaheen. Walaupun gadis itu mengatakan tentang hidupnya dan Zaheen juga mengatakannya, itu tetaplah kebohongan karena Zaheen tak akan pernah mengatakan yang sebenarnya sampai waktu itu tiba.Dan Zaheen tahu, jika waktu itu akan tiba maka mereka pasti akan selesai.“Aku ingin jadi seorang ballerina yang terkenal, bagaimana denganmu?”Nora menatap Zaheen dengan dalam. “Impianku?” tanya pria itu.gadis itu mengangguk. “Ya, kau ingin jadi apa?” tanyanya.Zaheen terdiam. Dia bahkan tak pernah memikirkan bagaimana ia kelak, ia tak memiliki impian sama sekali, dari kecil ia hanya memikirkan cara bagaimana menjatuhkan Isaac, ia hanya termakan oleh dendam.“Aku tidak tahu.”“Kenapa tak tahu,” kaget Nora. Gadis itu memperbaiki duduknya menghadap Zaheen agar mereka lebih leluasa berbicara.“Karena aku memang tak punya impian,” jawab Zaheen jujur.Nora terbelalak, ia kemudian tak sengaja melihat tangan Zaheen, meski la

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 9 Seperti Dia, Tapi Bukan Dia

    “Aku Emilia Laura, sepupu Nora.”Seorang wanita berambut pendek kini sedang teliti menatap Zaheen, perempuan bermata cokelat itu tak memalingkan wajahnya sedikitpun dari punggung Zaheen. Dengan postur tubuh tegak ia berjalan dan kini telah berada di samping Zaheen, mencoba melihat wajahnya.Zaheen berpaling agar Emilia tak mencoba melihat wajahnya. “Aku tak ada hubungannya dengan gadis itu, maksudku kami hanya dekat biasa,” ujar Zaheen.“Biasa. Ya, aku paham.” Emilia tersenyum kecut, jika ia ingat lagi bagaimana sombongnya Nora mengatakan jika ia akan membuat pria itu jatuh cinta padanya, namun sepertinya itu belum berhasil.“Kenapa kau bertanya itu padaku?” tanya Zaheen, pria itu masih tak ingin berbalik untuk menatap lawan bicaranya.Emilia kini memperhatikan Zaheen dari atas ke bawah lalu kemudian mengernyit. Ia tak pernah menyangka selera sepupunya itu terlalu rendah, ini sangat jauh dari pria konglomerat atau pria pengusaha yang selalu memakai setelan jas rapi di mana pun ia bera

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 34 Menyampaikan Sesuatu

    Akhirnya, proyek hotel yang telah menjadi pusat perhatian Nora selama hampir setahun terakhir kini berdiri megah di depan matanya. Selesai dibangun dengan segala kerumitan dan dedikasi, hotel ini tampak seperti sebuah mahakarya yang memadukan kemewahan dan kenyamanan. Dengan langkah yang perlahan tapi pasti, Nora berjalan menyusuri koridor, menikmati setiap detail dari interior yang telah dirancang dengan penuh cinta dan ketelitian.Ketika memasuki lobi utama, Nora terpesona oleh luasnya ruangan yang dipenuhi dengan cahaya alami. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lampu gantung kristal besar yang berkilau, memancarkan cahaya lembut ke seluruh penjuru ruangan. Lantai marmer yang berwarna krem bersih berkilauan di bawah kaki Nora, menciptakan kesan elegan dan megah. Di tengah lobi, sebuah meja resepsionis yang terbuat dari kayu mahoni mengkilap berdiri kokoh, dengan ukiran-ukiran halus yang menunjukkan sentuhan seni tradisional.Di sepanjang dinding, karya seni kontemporer tergantung d

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 33 Siapa Dia

    Bus itu berhenti dengan suara rem yang berdecit, membangunkan Zaheen dari lamunannya sejenak. Dengan langkah pelan, ia naik ke dalam bus, memilih kursi paling pinggir di dekat jendela. Zaheen duduk, menempelkan kepala pada kaca yang dingin, dan memandangi kota malam yang berselimut kabut tipis. Lampu-lampu jalan bersinar redup, menciptakan bayangan panjang di trotoar basah.Di luar sana, kehidupan terus berjalan, kendaraan berlalu-lalang, dan orang-orang yang terburu-buru pulang. Namun, di dalam bus yang hampir kosong ini, waktu seolah melambat. Zaheen terdiam, pikirannya melayang-layang antara kenyataan dan ingatan yang menyakitkan. Masa depan tampak begitu jauh, seperti bayangan samar di ujung jalan yang gelap.Ia memikirkan mimpi-mimpinya, harapannya, dan semua ketakutan yang mengiringi setiap langkah. Ada trauma yang masih melekat di dalam hatinya, seperti bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Kenangan-kenangan lama itu muncul tanpa diundang, menyesakkan dadanya. Zaheen menarik

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 32 Makam Keluarga Dan Pertemuan

    Zaheen berdiri di depan gerbang pemakaman dengan hati yang berdebar-debar. Selama bertahun-tahun, ia menghindari tempat ini, tempat yang penuh dengan kenangan pahit dan rasa sakit yang tak terucapkan. Angin sore menghembus lembut, membawa aroma bunga kamboja yang gugur dari pepohonan tua di sekitar makam.Langkahnya terasa berat saat ia mulai berjalan menyusuri jalan setapak berbatu menuju area pemakaman keluarga. Hatinya berkecamuk dengan berbagai perasaan; rasa bersalah, kehilangan, dan kerinduan yang mendalam. Sejak kecelakaan tragis itu terjadi, Zaheen selalu merasa terjebak dalam lingkaran penyesalan, bertanya-tanya apakah ia bisa melakukan sesuatu untuk mengubah nasib keluarganya.Zaheen berhenti di depan dua nisan yang berdiri berdampingan dan satu batu nisan kecil yang menandakan batu nisan adik perempuan tersayangnya, tertutup rumput liar yang sudah mulai tumbuh lebat. Ia berlutut, tangannya gemetar saat meraih rumput-rumput itu dan mencabutnya perlahan. Di hadapannya, terpah

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 31 Pernyataan Cinta

    “Jadi kau tahu, aku telah mengundurkan diri?”Nora menunduk lalu bertanya. “Apa yang mengganggumu?”Zaheen terdiam dengan pertanyaan itu. “Tak ada Nora, hanya… aku tak ingin di ketahui oleh orang-orang jika aku kekasihmu. Aku juga takut, ayahmu tahu tentang kita.”Deg.“Belum lagi, reputasimu sebagai anak dari seorang CEO terkenal, penari balet dan pewaris akan hancur berantakan hanya karena mencintai seorang pekerja proyek. Aku tentunya memikirkan itu semua, Nora.”Gadis itu mendongakkan kepalanya, ia menatap Zaheen dengan mata yang berkaca-kaca.“Maafkan aku karena tak memberitahumu terlebih dahulu.” Tangan Zaheen perlahan menyentuh tangan Nora, ia menyentuhnya dengan lembut seakan mencoba meminta maaf dan semoga Nora bisa mengerti dengan alasannya, semua itu demi kebaikan bersama. Tak perlu ada yang mengetahui mereka punya hubungan karena semua akan rusak.Ya. Hubungan itu tidak akan bertahan selamanya, seiring berjalannya waktu mereka tetap akan berpisah karena memang suatu saat b

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 30 Wanita Ular

    “Jadi kau tak bisa mengelak lagi padaku, kau adalah Zaheen Magani. Ya, kan. Zaheen?”Emilia berjalan selangkah mendekat, ia berdiri tepat di depan tubuh Zaheen lalu mendekatkan wajahnya perlahan namun pasti, ia menatap dalam pria itu seolah tipu dayanya dan godaannya pada lelaki itu akan berhasil.“Iya, aku memang Zaheen.” Suara itu terdengar jelas di telinganya membuat Emilia makin mendekatkan wajahnya seolah akan mencium pria itu namun Zaheen berdiri dan malah melangkah mendekati jendela guna menghirup udara segar pagi ini. Bersama Emilia begitu panas dan sesak menurutnya.Gadis itu berkacak pinggang, ia mencoba memendam rasa kesalnya karena sudah berkali-kali di tolak. “Jadi Nora termasuk dalam rencanamu menghancurkan paman Isaac, itu artinya kau tak sungguh-sungguh menyukainya, bukan?”Zaheen terdiam mendengar pertanyaan Emilia yang terus-terus saja berulang, seperti sulit sekali menjawab kebohongan yang Zaheen ciptakan sendiri, bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu akan jawaban s

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 29 Ahli Waris Sebenarnya

    “Aku Aiden, pria yang kau lihat bersama Eleonora. Aku sudah lama menguntitmu, ternyata kau ini kekasihnya.”“Aiden? Pria yang mengemis cinta pada kekasihku beberapa bulan lalu yaa?”Zaheen dan Aiden saling bertatapan dengan tajam. Mata mereka beradu, seolah ada ketegangan yang menggantung di antara mereka. Orang-orang di sekitar mereka berlalu lalang, tak menyadari pertemuan yang penuh emosi ini. Hiruk pikuk ramainya kota pun tak mampu meredakan emosi kedua pria itu.“Sebenarnya apa sih maumu?” tanya Zaheen menyelidik. “Pasti, kau tidak serius dengannya kan? Apa yang sedang kau rencanakan?” lanjutnya.“Siapa yang tidak mau dengan gadis seperti dia. Eleonora begitu cantik, anggun, cerdas dan yang paling penting pewaris Magani Company,”jelas Aiden dengan percaya diri.Zaheen mengerutkan alisnya lalu ia tersenyum miring. “Cih... kau sungguh tak tahu apapun ya,” gumamnya.“Kau yang tak tahu apapun, brengsek. Pria miskin sepertimu yang tak punya pendidikan memangnya tahu apa, hah!” suara A

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 28 Photo Masa Kecil

    “Kau harus menerima semuanya, agar hatimu tak terlalu sakit jika tuhan berkehendak untuk memisahkan kita.”Kata-kata itu terus saja terngiang-ngiang di telinga Nora, ia masih bisa membayangkan pria pemilik tatapan teduh itu menatapnya dengan dalam, seperti mengisyaratkan hal itu akan segera terjadi. Nora sampai sekarang tidak mengerti atau mungkin hatinya masih menolak takdir mereka yang begitu berbeda.Matanya tak sengaja melihat bunga gerbera di sebuah pot di ujung meja salah satu karyawan di perusahaan ayahnya. Itu benar, ia baru saja keluar dari ruangan ayahnya untuk memberitahu sudah sampai mana perkembangan hotel yang ia pantau sejauh ini.Nora mendekati pot tersebut dan memegang bunga gerbera yang begitu cantik. Hanya ada satu warna di sana yaitu putih. Ia tersenyum karena mengingat suatu film yang pernah ia tonton dulu, film menyedihkan yang tak akan pernah Nora nonton lagi, pikirnya.“Selamat siang nona, saya sangat tersanjung karena anda datang ke mari,” ujar karyawan cantik

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 27 Jalan Takdir Yang Berbeda

    Apakah ini takdir yang tertukar?Tidak, ini memang takdir yang telah tertulis.Zaheen sudah terbiasa dengan hidupnya yang sekarang namun hidupnya masih belum tenang jika ia masih melihat pembunuh ayahnya menikmati harta ayahnya. Lalu apakah Nora juga punya kesalahan? Tentu, karena ia lahir menjadi anak Isaac Williston.Hari itu, Tuhan membawa langkah Eleonora masuk ke dalam club yang tidak pernah ia masuki sebelumnya, lalu Zaheen juga datang karena mengikuti sahabatnya, Kian. Itu bukanlah kebetulan, melainkan sebuah cerita dan skenario baru untuk mereka berdua, di mana kisah cinta terlarang akan di mulai.Hingga sejauh ini, perjalanan mereka mulai memasuki babak baru.Seorang pria membuang puntung rokoknya sembarangan di tengah ruangan berlantai di konstruksi proyek yang sudah berjalan lebih dari tujuh bulan. Ya, waktu sangat cepat berlalu, meninggalkan banyak cerita baru yang terlewatkan.“Kau tak ingin membuat boss marah lagi dengan kelakuan gilamu itu, Kian.” Zaheen menginjak bekas

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 26 Antara Si Kaya Dan Si Miskin

    “Bagaimana jika gadis itu memberitahu Eleonora soal dirimu yang asli, apakah semua rencanamu akan berakhir?”Kedua pemuda itu terduduk di sebuah taman kecil di tengah kota, sudah tak ada kendaraan yang melaju mengingat ini sudah hampir menunjukkan jam dua belas malam, mereka memang sudah terbiasa hidup di jalanan jadi mereka tak takut apapun di malam hari seperti ini.“Tidak, aku sejujurnya tidak butuh Nora untuk rencana ini. Ada ataupun tidak ada dia, semua akan tetap berjalan bagaimana semestinya,” jawab Zaheen.Kian mengangguk paham. “Beda cerita jika Emilia memberitahu Isaac soal hubungan anaknya denganku, aku tak bisa membayangkan Nora akan dihukum seperti apa lalu pria tua itu pasti akan berusaha mengejar kita lagi,” jelas Zaheen kembali.Kian menyandarkan punggungnya dan menatap langit yang terang karena rembulan yang hadir menyinari malam dingin ini. “Yang harus kau lakukan adalah meyakinkan orang-orang jika kau masih hidup, tapi pertanyaannya siapa yang akan percaya kecuali.

DMCA.com Protection Status