Home / CEO / Pembalasan Dendam Sang Pewaris / BAB 3 Pria Misterius

Share

BAB 3 Pria Misterius

Suara bising dari tempat itu langsung menyerbu telinga seorang wanita dengan gaun hitam selutut. Seumur hidupnya tidak pernah memasuki tempat seperti itu, jika dilihat lagi, banyak sekali jalang yang sedang mencari tuannya, bau alkohol ada di mana-mana dan banyak sekali orang-orang tak tahu malu yang sedang bermaksiat di sana. Sungguh menjijikkan.

“Nora sahabatku, cintaku... akhirnya kau datang juga!” seru wanita berambut pendek dengan pakaian seksi dan hiasan menor itu.

Perhatian semua orang tentunya langsung teralihkan oleh wanita yang masih berdiri di depan pintu itu. “Ayo masuk, jangan malu. Ini tempat duduk khusus untukmu,” ujar Angelica penuh semangat sembari menunjukkan kursi untuk wanita bernama lengkap Eleonora itu.

Karena Nora yang tidak bergerak sama sekali, akhirnya Angelica menarik tangan wanita itu lalu mendudukkannya di depan beberapa orang yang tidak Nora kenal, hanya satu atau dua orang yang ia tahu namun tidak akrab.

Semua adalah teman-teman Angelica.

“Perkenalkan gadis ini adalah Eleonora, Dia adalah anak pengusaha sukses terbesar di kota kita!”

Seakan jiwanya bangkit, seorang pria dengan hoodie hitam yang terduduk paling ujung diantara deretan kursi itu, melirik seorang perempuan yang katanya adalah anak dari pengusaha terbesar di Jakarta.

Pengusaha terbesar katanya, mungkin itu lebih bisa diartikan sebagai pencuri terbesar di kota ini.

“Dasar sampah,” gumamnya masih menatap wanita itu dengan tatapan tajam. Ini tak terduga ketika mereka kini berada di tempat yang sama, berkumpul bersama orang-orang untuk bersenang-senang. Sudah dua puluh tahun lamanya, akhirnya mereka berdua duduk di tempat yang sama.

“Sepertinya wanita itu tak mengenalmu,” bisik lelaki di sampingnya.

“Tentu, dia tak tahu apa-apa soal ayahnya yang bajingan itu,” katanya sembari tersenyum miring pada lelaki di sampingnya.

Pria tersebut kembali melirik Nora dan tatapan mereka tiba-tiba saja bertemu, Nora mengangkat alisnya menatap pria yang terus melihatnya dengan aneh.

“Ayo nikmatilah pesta ini!” seru Angelica.

Semua orang bersenang-senang menikmati lagu yang di bawakan oleh artis yang datang di club tersebut, kecuali Nora tentunya. Ia tidak suka suara yang bising, itu membuat telinganya sakit namun yang parahnya adalah, tangannya kembali ditarik oleh Angelica dan membawanya ke panggung, di mana banyak sekali orang yang berjoget di sana.

Rasanya, Nora sangat ingin keluar dari sana. Namun, tubuhnya seperti di tarik dan di dorong kembali dengan orang-orang yang tidak ia kenal itu. Ia seperti terperangkap.

Sedangkan sopirnya sedang khawatir di luar club itu karena Nora menyuruhnya untuk menunggu dan jangan pernah ikut campur.

Lama sekali Nora terjebak di dalam panggung tersebut hingga akhirnya...

Sebuah tangkapan bagus dari lengan besar yang berhasil menangkap Nora setelah ia hampir saja jatuh.

“Bukankah itu menyebalkan, Nona?”

Nora berbalik dan menyadari jika kini tubuhnya sedang ditahan oleh pria berhoodie hitam yang menutupi seluruh kepalanya, namun yang Nora tangkap adalah tatapan teduh dari pria itu. “Dia si pria yang menatapku?” batin Nora.

Dia terlihat sangat misterius, tubuhnya yang kekar dan lengannya yang besar dapat dengan mudah menangkap tubuh Nora, Wanita itu terpesona untuk beberapa saat hingga pria itu melepaskan tubuhnya.

Tangannya ditarik oleh pria misterius tersebut lalu mengeluarkannya dari panggung. “Pergilah,” katanya dengan suara berat.

Nora ingin berterima kasih namun pria itu pergi meninggalkannya melalui pintu lain. “Hei, tunggu...”

“Nona, kau tak apa-apa?” Nora berbalik dan melihat sopirnya Daniel kini sudah ada dihadapannya.

“Sebaiknya kita pulang, Nona,” bujuk Daniel.

Nora masih melihat pintu yang tadi pria itu lewati. “Nona, ada apa?” tanya Daniel lagi.

Nora berbalik melihat Daniel. “Tidak apa-apa, ayo kita pulang sebelum Angelica melihat kita.” Nora langsung pergi begitu saja meninggalkan club itu.

****

Waktu memang begitu cepat, tak terasa sudah seminggu berlalu. Namun wanita anggun itu masih memikirkan pria yang ia temui di club malam itu. Bukan apanya, dia hanya penasaran dengannya, seperti ada ketertarikan pada hatinya terhadap pria tersebut.

Jika mereka berjodoh, pasti mereka akan kembali bertemu. Nora tersenyum kecut, sejak kapan ia mengharapkan seseorang hadir dihidupnya. Itu sungguh konyol.

“Nora, ayah tunggu kau di pelantikan sebentar malam.” Pria tua berkumis tipis itu masih berlalu lalang di dalam hotel tersebut, sepertinya mencari sesuatu yang Nora juga tidak peduli.

“Ya, ayah.” Nora Kembali menatap indahnya Kota Manchester melalui jendela Hotel The Edwardian, Hotel yang hanya bisa disewakan oleh orang-orang terkaya.

Cahaya biru menarik perhatiannya, kata orang-orang, itu adalah cahaya yang berasal dari lampu besar yang berada di Etihad Stadium, kota yang terpecah antara merah dan biru itu, membuat Nora merasa hal tersebut adalah seni yang sempurna.

“Pakai gaun yang bagus, kau harus lebih cantik dari Emilia.”

“Untuk apa, bukannya ini pesta ayah Emilia. Aku tidak sopan jika menuruti ucapan ayah.”

“Baiklah. Terserah saja, tapi jangan mengecewakan ayah.” Nora kini berbalik melihat ayahnya yang sudah berpakaian lengkap. “Kalau begitu, ayah duluan.”

Nora hanya mengangguk pelan.

Seperti biasa. Nora akan naik mobil bersama dengan Daniel, Nora kini telah lengkap dengan gaun berwarna hitam berpotongan elegan dengan detail yang mencolok seperti pita di pinggang dan renda di sekitar lehernya. Gaun itu meruncing ke bawah atau gaya A-line, menyesuaikan dengan bentuk tubuhnya yang menampilkan kesan anggun pada penampilannya.

Dia mungkin selalu memakai pakaian hitam atau putih.

“Sepertinya acaranya sudah dimulai, Nona.”

Dari kejauhan, Nora sudah bisa melihat banyaknya orang yang berkerumun di luar sana. Nora tak pernah menyadari jika ternyata itu bukan seperti apa yang telah ia bayangkan.

Daniel segera menghentikan mobilnya lalu melihat situasi yang begitu aneh itu. Apa yang sebenarnya sedang terjadi, ini bukanlah sebuah pesta namun ini seperti sebuah pemberontakan.

“Nona, jangan keluar!” teriak Daniel setelah menyadarinya.

Sialnya, Daniel yang biasanya membukakan pintu Nora kini tidak melakukan tugasnya dengan benar, wanita itu malah membuka sendiri pintu mobilnya dan keluar, tanpa tahu apa yang terjadi.

Suara tembakan di langit malam itu begitu keras hingga membuat orang berlarian menghindari sang predator, beberapa polisi juga mulai berdatangan di lokasi kejadian.

Daniel segera keluar untuk menyuruh Nora kembali masuk ke dalam mobil namun ia segera mematung setelah melihat wanita yang begitu ia hormati kini sudah berada di tangan si pria yang tidak ia kenal sama sekali.

Pria itu berdiri di belakang Nora sembari menodongkan pistol pada wanita itu, jika polisi bergerak maka ia akan langsung menekan pelatuknya dan membunuh Nora malam itu juga.

Namun Nora menghadapinya dengan tenang. Ia tak bergerak sama sekali. Nora menyebarkan pandangannya melihat beberapa polisi yang kini berada di depannya mulai mundur, karena ini sangatlah berbahaya. Sedangkan sopir andalannya terlihat begitu panik namun juga tak bisa melakukan apa-apa.

Matanya perlahan mulai melirik pria tersebut, meski hanya sedetik namun ia mulai menyadari siapa pria itu. Dia adalah pria yang pernah ia temui di bar itu, pria yang beberapa hari ini ia pikirkan.

Ya. Pria dengan hoodie hitam misterius.

Ini bukanlah sebuah kebetulan. Tapi mengapa, dia malah menghancurkan pesta itu. Apakah dia adalah seorang kriminal?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status