Share

BAB 4 Putri Dari Sang CEO

Sang pemilik mata hitam itu tepat duduk di samping Nora dengan pistol yang masih berada di kepala Nora bersiap menembaknya jika saja ia melawan. Suara teriakannya membuat ketegangan begitu terasa di dalam mobil tersebut.

“Jalankan mobilnya!”

Daniel begitu ragu, namun ia menatap Nora dengan mata yang berbinar. “Jalankan mobilnya, Daniel.” Suara lembut itu terdengar pelan, Daniel dengan terpaksa menuruti ucapan nonanya yang menyuruhnya mengikuti permainan si kriminal.

“Lebih cepat!” bentak pria itu pada Daniel.

Tanpa mengatakan apapun, Daniel makin menginjak gas hingga kecepatan tinggi. Pria itu menoleh ke belakang melihat polisi yang mengejarnya mulai menjauh, Daniel benar-benar sopir handal, ia bisa menghindari kejaran polisi dengan cepat.

Nora merasakan jika pistol itu mulai menjauh dari kepalanya. Wanita bermata coklat itu menghela napas panjang dan kembali menatap pria beriris hitam tersebut dan benar saja, pria itu adalah lelaki yang membuatnya tertarik.

Jantungnya berdekat lebih kencang tak seperti biasanya, situasi menegangkan itu tidak sama sekali membuatnya takut, namun ia masih merasa jika pria itu memancarkan pesona aneh yang membuat hatinya tak karuan.

Aura gelap mereka mungkin sama.

“Kau tak usah meragukan bagaimana sopirku bekerja, Tuan.”

Pria itu berbalik melihat wajah cantik Nora. Ini pertama kalinya mereka kembali saling bertatapan, jika dilihat dari raut wajahnya, sepertinya pria itu juga mulai mengingat siapa wanita yang sedang ia sandera itu.

Senyuman kecil terpancar di wajah wanita itu, ia segera menurunkan pistol dari pria itu lalu menggenggamnya. “Aku tidak menyangka jika kita akan bertemu di negara orang dengan keadaan seperti ini.”

“Kau ... Eleonora?”

Nora menatap dalam pria itu, ia sedikit terkejut. “Ini sungguh tak adil, kau tahu namaku?”

Pria itu segera menghindari tatapan Nora namun wanita itu segera memegang pipinya membuat pria tersebut menoleh kembali. Bagi Nora, dunianya itu seperti berhenti, tak peduli keributan di luar sana, yang penting pria itu akan jadi miliknya sekarang.

Pria bernama lengkap Zaheen Magani itu masih menatap kedua iris mata coklat tersebut, ia mengerutkan alisnya perlahan setelah ia merasakan sentuhan tangan wanita itu. Zaheen baru menyadari jika wanita yang sekarang ada di sampingnya adalah Nora, anak dari pria tua yang begitu ia benci.

Mata Zaheen membulat sempurna setelah merasakan kehangatan di bibirnya, rasa manis yang segera menjalar di dalamnya membuatnya hampir terbawa suasana. Ternyata Eleonora adalah gadis yang berbahaya sama seperti ayahnya, caranya yang tak terduga mendekati Zaheen adalah bukti bahwa wanita itu seperti ular.

Nora melepaskan ciumannya dan sekali lagi menatap Zaheen. Dorongan dari ciuman itu ternyata membuat hoodie hitam sang pria terlepas, Nora tak sengaja melihat luka bakar di leher Zaheen namun segera Zaheen tutup kembali.

“Itu ... “

“Di depan belok kiri,” ujar Zaheen pada Daniel yang segera dituruti oleh Daniel.

“Kau akan pergi?” tanya Nora.

“Ya.” Zaheen melihat dari kejauhan mobil yang begitu ia kenal, rupanya sahabatnya itu sudah menunggunya di sana.

“Temui aku lagi.” Suara Nora kembali terdengar, dan itu kedengarannya seperti meminta kepastian.

Melihat pancaran harapan pada mata Nora, Zaheen tersenyum miring. “Kau tertarik padaku?” tanyanya.

“Tidak,” dustanya, ternyata Nora juga pintar berbohong.

Zaheen tersenyum tipis lalu segera membuka pintu mobil saat mobil tersebut masih berjalan, sepertinya dia akan melakukan adegan berbahaya sekarang. “Aku harus pergi sekarang.”

Nora kembali menahan tangannya. “Beritahu aku namamu?”

Zaheen berhenti sejenak. “Kian ... namaku Kian.” Setelah mengatakannya, Zaheen segera melompat dari mobil dan masuk ke dalam mobil sahabatnya.

Daniel segera menghentikan mobilnya lalu bernapas lega, ia sampai memegang kepalanya saking paniknya tadi. Jika terjadi apa-apa pada nonanya, ia mungkin akan di bunuh oleh tuan Isaac.

“Jangan beritahu ayah soal kejadian ini, maka kau juga akan aman.”

Daniel perlahan berbalik melihat keadaan Nora. Seperti biasa, wanita itu begitu tenang. Tapi muncul beribu pertanyaan pada nonanya, apa nonanya mengenal pria kriminal itu, apa sebenarnya hubungan mereka, di mana mereka bertemu sebelumnya, dan mengapa nonanya mencium pria itu.

“Tapi nona, Tuan pasti tahu jika kita di sandera oleh pria tadi.”

“Kau tak perlu bicara padanya, serahkan saja semua padaku.”

Daniel mengangguk pasrah. “Lupakanlah apa yang kau lihat tadi.” Dari Nora remaja, Daniel sudah bersamanya dan Daniel baru melihat Nora mencium lelaki lain, penjagaan yang ketat membuat Nora tidak pernah bergaul dengan sembarang orang.

Tapi pria itu, siapa sebenarnya dia hingga membuat Nora melakukannya.

Polisi segera mengepung mobil mereka, mungkin mereka mengira jika Zaheen masih ada  di dalam sana. “Biar aku saja, yang menghadapi polisi itu.” Nora segera keluar dari mobilnya menghadap beberapa polisi yang berada di sekitarnya.

****

“Kau niat sekali ke Kota Manchester untuk menggagalkan pelantikan itu lalu kau hampir tertangkap di negara orang. Jika itu terjadi, tamatlah riwayatmu, Zaheen.” Kian terus menceramahi sahabatnya yang begitu keras kepala. Bagaimana tidak, Zaheen nekad mengikuti rombongan ayah Nora saat pelantikan dan merusuh di sana.

Kian yang sudah mengenal Zaheen sejak lama, begitu tahu kelakuan sahabatnya itu. Ia akan melakukan cara untuk apapun yang menghalangi jalannya.

“Kau salah, Kian. Justru memberontak di negara orang itu lebih bagus. Setelah ini kita langsung ke bandara untuk kabur.” Alasan yang sedikit masuk akal terdengar dari mulut Zaheen.

“Kau yakin, tak ada yang mengenali wajahmu? Aku takut di bandara kita di tahan?” tanya Kian.

“Ada satu orang yang tahu,” jawab Zaheen enteng.

“Apa! Siapa?” panik Kian, ia hampir saja menginjak pedal gas.

“Anak dari Isaac. Eleonora.” Zaheen kembali mengingat wajah perempuan itu.

Wanita bermata coklat yang teduh, kulitnya putih agak pucat dan memiliki bibir yang manis. Zaheen bisa menyimpulkan itu setelah ciuman yang mendarat di bibirnya beberapa saat lalu.

“Tapi tenang saja, ia tak mengenalku sebagai Zaheen melainkan Kian.”

“A ... apa?” Kian makin kaget lagi.

“Kau menggunakan namaku!” sambung Kian dengan suara kerasnya.

Zaheen tersenyum miring. “Ya. Mau bagaimana lagi, soalnya dia tanya siapa namaku,” katanya tanpa dosa.

“Dia juga tak sengaja melihat luka bakar di leherku.”

“Hah!” Kian sungguh tak fokus mengemudi sekarang saking syoknya dia. Selama berteman dengan Zaheen, ia baru melihat Zaheen seceroboh itu.

“Kau tenang saja, dia tak ada apa-apanya dibanding yang lain. dia hanya gadis biasa.” Zaheen terdiam. Bayang-bayang wanita itu kembali muncul dibenaknya, cara bagaimana ia dilihat oleh wanita itu, cara wanita itu menarik hoodienya dan cara wanita itu menciumnya.

Kenapa Zaheen harus terjebak dengan putri pria yang telah menghabisi nyawa keluarganya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status