Share

BAB 6 Saling Waspada

Penulis: Nurmelyaa_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 17:50:48

“Nona, apa aku boleh bertanya sesuatu, maaf jika ini menyangkut pribadi anda.” Daniel memecahkan keheningan. Sejak mereka bertemu dengan Zaheen, keduanya menjadi canggung dan terasa aneh.

Nora yang awalnya menatap luar jendela kini berbalik melihat Daniel. Ia menghela napas karena ia tahu apa yang akan ditanyakan oleh sopirnya tersebut. “Jangan pernah beritahu ayah soal kedekatanku dengan pria itu,” ujarnya.

“Tapi bukankah dia berbahaya, jika saya tadi terlambat beberapa menit, mungkin nona ...” Daniel tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Nora mengingat kejadian tadi saat ia dicekik, ia pun masih bertanya-tanya mengapa terkadang ia melihat mata itu penuh dengan kebencian.

“Jangan salah paham nona, tapi dia tak setara dengan anda. Pasti tuan akan sangat marah jika tahu nona menyukai pria itu.”

“Daniel, cukup!”

Daniel tersentak, hanya sebentar ia melirik nonanya lalu kembali fokus mengemudi malam itu. “Aku tahu resiko yang kuambil, aku akan berhati-hati dan semua akan baik-baik saja,” jelas Nora meski dirinya juga sebenarnya tak yakin dengan ucapannya.

“Kalau itu pilihan nona, aku akan ikut saja,” ujar Daniel pasrah.

Nora menyandarkan punggungnya di kursi mobil, ia menghela napas untuk kedua kalinya karena lelah melawan argumen sopirnya sendiri. Nora begitu penasaran dengan Zaheen, aura Zaheen yang gelap seakan terus memanggil nama Nora. Ia ingin mencoba masuk ke dalam hidup Zaheen.

****

Zaheen membereskan barangnya begitu berantakan, sepertinya orang-orang berseragam hitam tersebut menggeledah rumah mereka. Meski tak ada yang rusak, tapi itu cukup menguras energinya dan juga Kian.

“Dari mana mereka bisa tahu kalau kita tinggal di sini?” gumam Kian masih mencoba berpikir keras.

“Mungkin mereka cuma mengira, lagian mereka tak menemukan apapun di sini, jadi kita aman,” ujar Zaheen.

“Ya, tapi belum pasti. Semoga saja mereka tak kemari lagi,” balas Kian sembari berbaring mereggangkan badannya, ia begitu lelah sehabis ke club langsung pulang membersihkan barang, sepertinya sebentar lagi dia akan tertidur pulas.

“Tapi, Zaheen. Bagaimana caramu tak ketahuan dari mereka?” tanya Kian lagi seraya menutup matanya karena sorot lampu yang seperti menusuk matanya.

Zaheen menghentikan aktifitasnya, ia terdiam sebentar. “Aku ...” Pria tersebut berpikir keras, apakah ia harus memberitahu Kian soal dirinya yang bertemu dengan Nora hari ini atau tidak. “Aku?” Kian malah mengikuti nada bicaranya, itu mengartikan bahwa sahabatnya tersebut menunggu jawaban darinya.

“Aku bertemu Eleonora dan terpaksa memanfaatkannya,” jawab Zaheen cepat.

Mata Kian langsung terbuka setelah mendengar nama wanita itu kembali. “Apa!” Pria berkaos hitam itu bangkit dari tidurnya dan melihat Zaheen yang masih mengatur pakaiannya di lemari.

“Bagaimana caranya kau memanfaatkannya, kau menyuruhnya mengusir mereka atau apa?” tanya Kian lagi, ia masih kaget.

Zaheen terduduk di kasur dan ia berbalik melihat Kian. “Kian, aku punya rencana yang entahlah, apakah ini masuk dalam pikiranmu atau tidak.” Kian mengerutkan alisnya, ia tidak bisa mengerti maksud Zaheen sebenarnya.

“Kau tahu Eleonora itu tertarik padaku, aku ingin masuk ke dalam hidupnya sebagai seorang kekasih. Menggali informasi pada manusia yang sedang jatuh cinta itu begitu gampang, bukan?”

Kian menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Itu benar, tapi apa kau bisa melakukannya?” Kian menatap Zaheen lalu ia kembali berucap. “Aku tidak meragukanmu, cuma saja pasti akan ada masalah lain seperti kau juga akan jatuh cinta padanya. Kalau sampai itu terjadi, rencana kita akan gagal.”

Zaheen menatap Kian sembari memegang bahu Kian dengan yakin. “Kian, aku tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis itu. Meski itu akan terjadi, aku tetap akan melanjutkan rencana kita, tak peduli padanya.

“Kau yakin. Zaheen, kau harus paham bagaimana seorang pria jatuh cinta. Mereka tidak akan terbesit sama sekali untuk melukai wanitanya, jika mereka melihat satu tetes saja air mata yang keluar dari wanitanya, mereka akan menyalahkan diri sendiri. Begitu pun denganmu, jika kau ternyata jatuh cinta padanya,” jelas Kian.

Zaheen menunduk, memang selama hidupnya belum pernah berhubungan dengan wanita, ia tahu jika resiko itu akan ada. Zaheen untuk pertama kalinya harus berhadapan dengan seorang perempuan yang tak lain adalah anak dari musuhnya. Apakah ia dapat melakukannya?

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia sudah terlanjur menyetujui permintaan Nora untuk menjadi milik seutuhnya wanita tersebut. Ia tahu, jika wanita tersebut akan lebih berani untuk mendekatinya atau melakukan apapun yang ia mau padanya, yang terpenting bahwa wanita itu belum tahu siapa sebenarnya dirinya.

“Kian, aku sudah berjanji padanya untuk menjadi kekasihnya, sepertinya ayahnya tak tahu hubungan anaknya denganku, jadi kita lanjutkan saja dulu,” ujar Zaheen.

Kian mengangguk paham. “Sudah ada perjanjian seperti itu, ya? Baiklah, karena kau yang menjalaninya maka lakukan sesukamu. Tapi ...” Kian memukul dada Zaheen pelan. “Jaga hatimu, kalau sampai kau jatuh cinta, kau yang akan terpengaruh olehnya, ingat itu.”

****

Di sudut studio balet yang remang-remang, Nora tengah mengalirkan gerakan indahnya. Cahaya temaram dari jendela tinggi menyapu ruangan, menciptakan siluet anggun yang terpancar dari gerakannya yang halus dan harmonis.

Dengan rambut cokelatnya yang terikat erat dalam kuncir kuda, ia menari dengan penuh dedikasi dan ekspresi yang dalam. Setiap langkahnya menampilkan keanggunan dan kekuatan dalam setiap gerakan, memancarkan ketenangan meskipun lingkungan sekitarnya gelap.

Pakaian baletnya yang lembut bergerak melengkung dengan setiap gerakan tubuhnya yang lentur, menciptakan serangkaian bentuk-bentuk yang menakjubkan di udara. Di ruangan yang hening, suara langkah kaki ringannya melengking, menciptakan irama yang mengisi keheningan malam.

Wajahnya yang penuh fokus memancarkan semangat dan ketekunan, menunjukkan komitmennya pada seni tari ini. Dalam keheningan studio, gerakannya menjadi bahasa yang mengungkapkan emosi yang dalam dan cerita yang tak terucapkan kepada siapa pun yang menyaksikannya.

Di tengah gelapnya studio balet, wanita ini tidak hanya menari untuk dirinya sendiri, tetapi untuk menghidupkan dan menggambarkan keindahan serta kekuatan dalam setiap gerakan tariannya.

Nora memang sekilas terlihat begitu profesional, namun ketika ia mulai berputar, kakinya tak sanggup untuk berputar terlalu lama. Ia pun terjatuh hingga betisnya mengenai lantai licin tersebut menimbulkan bunyi kecil di sana.

“Auh... “

Wanita itu begitu kesal dengan dirinya sendiri, mengapa tariannya tidak pernah sempurna seperti kebayangkan wanita yang selalu berlatih di studio yang sama dengannya. Ia mengelap keringatnya dengan kasar.

“Eleonora, kau tak apa-apa?”

Suara itu menyadarkan Nora, sejak kapan pria tersebut ada di sana bersamanya. Sentuhan tangan Zaheen langsung terasa di pundaknya dengan lembut. “Ada apa denganmu?” tanya pria itu lagi.

Nora segera berbalik dan menatap Zaheen dengan mata yang berkaca-kaca. “Boleh bawa aku ke tepian sana?” tunjuk Nora pada kursi kecil. Zaheen tanpa berpikir panjang langsung mengangkat tubuh Nora.

Wanita itu membulatkan matanya dengan aksi Zaheen, rasa sakit di kakinya segera menghilang karena ulah pria tersebut. Dia sungguh pria yang pemberani, benar-benar tipe ideal Nora yang dari dulu ia impikan. “Ternyata memang benar, ada orang sepertimu di dunia ini.”

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 7 Studio Balet

    Selama di perjalanan menuju studio, Zaheen terus saja memikirkan ucapan sahabatnya. Ia tidak pernah meragukan perasaannya sendiri, sudah sejak awal ia terus mengikuti kehidupan Isaac bersama anak perempuannya tentunya.Sejak remaja pun Zaheen sudah sering melihat Nora dari jauh, ia hanya melihat gadis itu dengan biasa tanpa ketertarikan sedikit pun.“Jaga hatimu, kalau sampai kau jatuh cinta, kau yang akan terpengaruh olehnya, ingat itu.”Setelah bus berhenti, segera Zaheen turun dan kini ia sudah berada di depan gedung mewah. Ia sering melewati tempat tersebut namun tak tahu apa yang dibuat orang di dalam sana, namun yang ia ingat bahwa banyak gadis-gadis yang sering berlalu lalang di sekitar sini.Mungkin ini tempat yang disukai para gadis.Pemilik mata hitam itu menelusuri setiap detail ruangan yang ia masuki, hanya ada ruangan dengan lampu yang remang-remang, sepertinya tempat ini sudah tutup tapi mengapa Nora menuruhnya ke sini.Zaheen melihat dari jauh ada siluet seseorang di se

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 8 Impian Dan Dendam

    Hubungan ini tercipta atas kebohongan, selamanya akan menjadi kepalsuan menurut Zaheen. Walaupun gadis itu mengatakan tentang hidupnya dan Zaheen juga mengatakannya, itu tetaplah kebohongan karena Zaheen tak akan pernah mengatakan yang sebenarnya sampai waktu itu tiba.Dan Zaheen tahu, jika waktu itu akan tiba maka mereka pasti akan selesai.“Aku ingin jadi seorang ballerina yang terkenal, bagaimana denganmu?”Nora menatap Zaheen dengan dalam. “Impianku?” tanya pria itu.gadis itu mengangguk. “Ya, kau ingin jadi apa?” tanyanya.Zaheen terdiam. Dia bahkan tak pernah memikirkan bagaimana ia kelak, ia tak memiliki impian sama sekali, dari kecil ia hanya memikirkan cara bagaimana menjatuhkan Isaac, ia hanya termakan oleh dendam.“Aku tidak tahu.”“Kenapa tak tahu,” kaget Nora. Gadis itu memperbaiki duduknya menghadap Zaheen agar mereka lebih leluasa berbicara.“Karena aku memang tak punya impian,” jawab Zaheen jujur.Nora terbelalak, ia kemudian tak sengaja melihat tangan Zaheen, meski la

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 9 Seperti Dia, Tapi Bukan Dia

    “Aku Emilia Laura, sepupu Nora.”Seorang wanita berambut pendek kini sedang teliti menatap Zaheen, perempuan bermata cokelat itu tak memalingkan wajahnya sedikitpun dari punggung Zaheen. Dengan postur tubuh tegak ia berjalan dan kini telah berada di samping Zaheen, mencoba melihat wajahnya.Zaheen berpaling agar Emilia tak mencoba melihat wajahnya. “Aku tak ada hubungannya dengan gadis itu, maksudku kami hanya dekat biasa,” ujar Zaheen.“Biasa. Ya, aku paham.” Emilia tersenyum kecut, jika ia ingat lagi bagaimana sombongnya Nora mengatakan jika ia akan membuat pria itu jatuh cinta padanya, namun sepertinya itu belum berhasil.“Kenapa kau bertanya itu padaku?” tanya Zaheen, pria itu masih tak ingin berbalik untuk menatap lawan bicaranya.Emilia kini memperhatikan Zaheen dari atas ke bawah lalu kemudian mengernyit. Ia tak pernah menyangka selera sepupunya itu terlalu rendah, ini sangat jauh dari pria konglomerat atau pria pengusaha yang selalu memakai setelan jas rapi di mana pun ia bera

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 10 Tak Membuahkan Hasil

    “Zaheen, Eleonora ada di sini.”Dari jarak yang cukup jauh, keduanya berdiri dan saling melihat satu sama lain. Pikian Zaheen soal pria asing yang mencarinya tadi langsung buyar seketika, seorang wanita yang tersenyum manis terlihat begitu sempurna, ia mampu mengalihkan dunia Zaheen hanya dengan tatapan itu.“Bagaimana dia bisa di sini?” tanya Kian masih dengan berbisik pelan.“Entahlah,” jawab Zaheen sembari melangkah lebih cepat meninggalkan Kian.Apa boleh buat, Kian yang kakinya masih sakit hanya bisa melihat Zaheen mendekati gadis itu.“Nora, jangan pernah ke sini, ini berbahaya untukmu.” Zaheen meraih tangan gadis itu lalu menariknya untuk keluar gang tersebut. Mereka melewati Kian yang saat itu masih menonton mereka.“Kenapa, apa salahnya kalau akan mengunjungi kekasihku?” tanya Nora tak percaya dengan sikap Zaheen.Tapi sayangnya, Zaheen tidak melepaskan tangan Nora hingga akhirnya mereka keluar dari gang sempit tadi. “Nora dengarkan aku baik-baik, aku akan datang saat kau mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 11 Tentang Keluarga

    “Hei... Angelica, bisa beri aku bir lagi,” seru seseorang dari meja paling ujung, dengan sigap gadis itu segera berjalan melayani tamu seperti biasa, ia adalah wanita paling disukai di club tersebut.“Ini, tuan.” Angelica dengan lihai menuangkan secangkir bir lagi pada pria tersebut.“Oh ya, club ini punya banyak kenalan bukan?” Wanita itu melirik sang pria lalu tersenyum.“Tentu, banyak pengusaha atau artis pun pernah datang ke sini, tuan tampan.”Pria tersebut tersenyum miring, ia menatap gadis itu dengan liar seakan ia akan menerkamnya. Ia memberikan kartu namanya pada Angelica. “Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan, asalkan kau bawakan aku putri semata wayang CEO pemilik Magani Company, bagaimana?” tawar pemuda tersebut.Angelica agak kaget lalu dia tertawa kecil.”Maksudmu, Eleonora?”“Ya. Oh jadi itu nama lengkapnya. Haha... Seperti nama seorang putri kerajaan di spanyol,” katanya dengan nada bercanda.“Ya, kau benar tuan. Dia memang terlahir menjadi seorang putri di zama

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 12 Dua Orang Yang Sama

    Kini lelaki itu berjalan pelan menuju jendela dengan gorden putih polos tersebut, tangannya perlahan memegangi ujung jendela yang tertutup itu.Nora masih memperhatikannya berdiri di sana cukup lama hingga akhirnya gadis itu ikut bangkit dan menghampiri Zaheen. “Jika saja bisa...” Zaheen berbalik melihat gadis itu.“Kita leluasa untuk jalan-jalan di luar pasti akan sangat menyenangkan,” lanjut Nora dengan masih menatap aktivitas malam beberapa orang yang lewat di sana.“Sayangnya, ayahmu tak akan membiarkan itu terjadi, kan?” sambung Zaheen.Nora kini berbalik melihat pria itu, ia bisa melihat sisi samping wajah Zaheen yang tegas. “Semuanya mungkin akan begitu sulit, Nora.” Seakan Zaheen telah tahu masa depan mereka,Ia tahu bahwa suatu saat nanti Nora akan menganggapnya sebagai seorang penjahat, ia tahu hari itu akan begitu berat dan kacau. Jika saja Zaheen bisa mengubah takdir, ia ingin bukan Nora yang ada di posisi itu.Ia adalah seorang Villain di hidup Nora dan ayah yang membesar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 13 Suka Atau Tidak

    “Bekerja keras di siang hari dan menghabiskannya di malam hari, itu siklus kehidupan lelaki pecundang.” Suara bising terdengar begitu keras hingga Kian tak bisa mendengar ocehan Zaheen sama sekali, ia masih asyik berpesta bersama para wanita yang ia temui di club.“Kau tak ingin ikut Zaheen, ayolah kawan. Saat kau tak di club mungkin kau milik Eleonora tapi saat kau di club itu artinya kau milik para wanita ini,” ucap Kian dengan suara kerasnya.Beberapa wanita itu mulai mengedipkan matanya, mencoba menggoda Zaheen juga. “Jangan bicara bodoh, Kian.”“Ayolah, apakah sekarang kau setia dengan Eleonora haha.” Rupanya Kian mulai mabuk setelah meneguk dua gelas alkoh*l. “Kau mulai menyukainya?”“Kian diamlah.”Iris mata hitam itu melihat cairan putih yang dituangkan ke dalam gelas milik Kian lagi, setelah penuh pria itu kemudian meneguknya lagi hingga habis, beberapa wanita yang melihat keperkasaan Kian meminum minuman haram itu terkesima, mereka berseru dan bertepuk tangan.“Kau jujur saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 14 Dunia Yang Berbeda

    BAB 14“Kita akan ke Paris bersama Emilia dan Mahesa besok pagi, jadi persiapkan barang-barang bawaanmu.”“Ayah, kenapa tiba-tiba?”“Kita tak menetap, kita ke sana hanya seminggu.”Nora terduduk lemas, ia sungguh tak ingin pergi walaupun untuk seminggu. Ia mungkin tak ingin pergi, karena jika ia pergi ia tak bisa bertemu dengan Zaheen untuk beberapa saat. Gadis itu mulai mempelajari apa artinya kebahagiaan dan juga kebersamaan.“Ayah saja yang pergi, aku akan tetap di sini,” tolak Nora.Emilia tersenyum dan memegang pundak sepupunya tersebut, ayolah Nora. “Kau tak ingin melihat menara eiffel sekali saja?” ia menaik turunkan alisnya pada Nora.“Ada yang lebih indah dari menara Eiffel. Tahu,” ketus Nora.“Ayah tak ingin mendengar alasanmu, Nora. Besok kita berangkat.” Isaac segera berlalu meninggalkan Nora dan Emilia di dalam kamar.Nora menghela napas, habisnya gadis itu juga bingung untuk apa ia ke Paris jika hanya untuk menemani ayahnya, Nora tahu ayahnya sering ke luar negeri tanp

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 34 Menyampaikan Sesuatu

    Akhirnya, proyek hotel yang telah menjadi pusat perhatian Nora selama hampir setahun terakhir kini berdiri megah di depan matanya. Selesai dibangun dengan segala kerumitan dan dedikasi, hotel ini tampak seperti sebuah mahakarya yang memadukan kemewahan dan kenyamanan. Dengan langkah yang perlahan tapi pasti, Nora berjalan menyusuri koridor, menikmati setiap detail dari interior yang telah dirancang dengan penuh cinta dan ketelitian.Ketika memasuki lobi utama, Nora terpesona oleh luasnya ruangan yang dipenuhi dengan cahaya alami. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lampu gantung kristal besar yang berkilau, memancarkan cahaya lembut ke seluruh penjuru ruangan. Lantai marmer yang berwarna krem bersih berkilauan di bawah kaki Nora, menciptakan kesan elegan dan megah. Di tengah lobi, sebuah meja resepsionis yang terbuat dari kayu mahoni mengkilap berdiri kokoh, dengan ukiran-ukiran halus yang menunjukkan sentuhan seni tradisional.Di sepanjang dinding, karya seni kontemporer tergantung d

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 33 Siapa Dia

    Bus itu berhenti dengan suara rem yang berdecit, membangunkan Zaheen dari lamunannya sejenak. Dengan langkah pelan, ia naik ke dalam bus, memilih kursi paling pinggir di dekat jendela. Zaheen duduk, menempelkan kepala pada kaca yang dingin, dan memandangi kota malam yang berselimut kabut tipis. Lampu-lampu jalan bersinar redup, menciptakan bayangan panjang di trotoar basah.Di luar sana, kehidupan terus berjalan, kendaraan berlalu-lalang, dan orang-orang yang terburu-buru pulang. Namun, di dalam bus yang hampir kosong ini, waktu seolah melambat. Zaheen terdiam, pikirannya melayang-layang antara kenyataan dan ingatan yang menyakitkan. Masa depan tampak begitu jauh, seperti bayangan samar di ujung jalan yang gelap.Ia memikirkan mimpi-mimpinya, harapannya, dan semua ketakutan yang mengiringi setiap langkah. Ada trauma yang masih melekat di dalam hatinya, seperti bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Kenangan-kenangan lama itu muncul tanpa diundang, menyesakkan dadanya. Zaheen menarik

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 32 Makam Keluarga Dan Pertemuan

    Zaheen berdiri di depan gerbang pemakaman dengan hati yang berdebar-debar. Selama bertahun-tahun, ia menghindari tempat ini, tempat yang penuh dengan kenangan pahit dan rasa sakit yang tak terucapkan. Angin sore menghembus lembut, membawa aroma bunga kamboja yang gugur dari pepohonan tua di sekitar makam.Langkahnya terasa berat saat ia mulai berjalan menyusuri jalan setapak berbatu menuju area pemakaman keluarga. Hatinya berkecamuk dengan berbagai perasaan; rasa bersalah, kehilangan, dan kerinduan yang mendalam. Sejak kecelakaan tragis itu terjadi, Zaheen selalu merasa terjebak dalam lingkaran penyesalan, bertanya-tanya apakah ia bisa melakukan sesuatu untuk mengubah nasib keluarganya.Zaheen berhenti di depan dua nisan yang berdiri berdampingan dan satu batu nisan kecil yang menandakan batu nisan adik perempuan tersayangnya, tertutup rumput liar yang sudah mulai tumbuh lebat. Ia berlutut, tangannya gemetar saat meraih rumput-rumput itu dan mencabutnya perlahan. Di hadapannya, terpah

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 31 Pernyataan Cinta

    “Jadi kau tahu, aku telah mengundurkan diri?”Nora menunduk lalu bertanya. “Apa yang mengganggumu?”Zaheen terdiam dengan pertanyaan itu. “Tak ada Nora, hanya… aku tak ingin di ketahui oleh orang-orang jika aku kekasihmu. Aku juga takut, ayahmu tahu tentang kita.”Deg.“Belum lagi, reputasimu sebagai anak dari seorang CEO terkenal, penari balet dan pewaris akan hancur berantakan hanya karena mencintai seorang pekerja proyek. Aku tentunya memikirkan itu semua, Nora.”Gadis itu mendongakkan kepalanya, ia menatap Zaheen dengan mata yang berkaca-kaca.“Maafkan aku karena tak memberitahumu terlebih dahulu.” Tangan Zaheen perlahan menyentuh tangan Nora, ia menyentuhnya dengan lembut seakan mencoba meminta maaf dan semoga Nora bisa mengerti dengan alasannya, semua itu demi kebaikan bersama. Tak perlu ada yang mengetahui mereka punya hubungan karena semua akan rusak.Ya. Hubungan itu tidak akan bertahan selamanya, seiring berjalannya waktu mereka tetap akan berpisah karena memang suatu saat b

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 30 Wanita Ular

    “Jadi kau tak bisa mengelak lagi padaku, kau adalah Zaheen Magani. Ya, kan. Zaheen?”Emilia berjalan selangkah mendekat, ia berdiri tepat di depan tubuh Zaheen lalu mendekatkan wajahnya perlahan namun pasti, ia menatap dalam pria itu seolah tipu dayanya dan godaannya pada lelaki itu akan berhasil.“Iya, aku memang Zaheen.” Suara itu terdengar jelas di telinganya membuat Emilia makin mendekatkan wajahnya seolah akan mencium pria itu namun Zaheen berdiri dan malah melangkah mendekati jendela guna menghirup udara segar pagi ini. Bersama Emilia begitu panas dan sesak menurutnya.Gadis itu berkacak pinggang, ia mencoba memendam rasa kesalnya karena sudah berkali-kali di tolak. “Jadi Nora termasuk dalam rencanamu menghancurkan paman Isaac, itu artinya kau tak sungguh-sungguh menyukainya, bukan?”Zaheen terdiam mendengar pertanyaan Emilia yang terus-terus saja berulang, seperti sulit sekali menjawab kebohongan yang Zaheen ciptakan sendiri, bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu akan jawaban s

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 29 Ahli Waris Sebenarnya

    “Aku Aiden, pria yang kau lihat bersama Eleonora. Aku sudah lama menguntitmu, ternyata kau ini kekasihnya.”“Aiden? Pria yang mengemis cinta pada kekasihku beberapa bulan lalu yaa?”Zaheen dan Aiden saling bertatapan dengan tajam. Mata mereka beradu, seolah ada ketegangan yang menggantung di antara mereka. Orang-orang di sekitar mereka berlalu lalang, tak menyadari pertemuan yang penuh emosi ini. Hiruk pikuk ramainya kota pun tak mampu meredakan emosi kedua pria itu.“Sebenarnya apa sih maumu?” tanya Zaheen menyelidik. “Pasti, kau tidak serius dengannya kan? Apa yang sedang kau rencanakan?” lanjutnya.“Siapa yang tidak mau dengan gadis seperti dia. Eleonora begitu cantik, anggun, cerdas dan yang paling penting pewaris Magani Company,”jelas Aiden dengan percaya diri.Zaheen mengerutkan alisnya lalu ia tersenyum miring. “Cih... kau sungguh tak tahu apapun ya,” gumamnya.“Kau yang tak tahu apapun, brengsek. Pria miskin sepertimu yang tak punya pendidikan memangnya tahu apa, hah!” suara A

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 28 Photo Masa Kecil

    “Kau harus menerima semuanya, agar hatimu tak terlalu sakit jika tuhan berkehendak untuk memisahkan kita.”Kata-kata itu terus saja terngiang-ngiang di telinga Nora, ia masih bisa membayangkan pria pemilik tatapan teduh itu menatapnya dengan dalam, seperti mengisyaratkan hal itu akan segera terjadi. Nora sampai sekarang tidak mengerti atau mungkin hatinya masih menolak takdir mereka yang begitu berbeda.Matanya tak sengaja melihat bunga gerbera di sebuah pot di ujung meja salah satu karyawan di perusahaan ayahnya. Itu benar, ia baru saja keluar dari ruangan ayahnya untuk memberitahu sudah sampai mana perkembangan hotel yang ia pantau sejauh ini.Nora mendekati pot tersebut dan memegang bunga gerbera yang begitu cantik. Hanya ada satu warna di sana yaitu putih. Ia tersenyum karena mengingat suatu film yang pernah ia tonton dulu, film menyedihkan yang tak akan pernah Nora nonton lagi, pikirnya.“Selamat siang nona, saya sangat tersanjung karena anda datang ke mari,” ujar karyawan cantik

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 27 Jalan Takdir Yang Berbeda

    Apakah ini takdir yang tertukar?Tidak, ini memang takdir yang telah tertulis.Zaheen sudah terbiasa dengan hidupnya yang sekarang namun hidupnya masih belum tenang jika ia masih melihat pembunuh ayahnya menikmati harta ayahnya. Lalu apakah Nora juga punya kesalahan? Tentu, karena ia lahir menjadi anak Isaac Williston.Hari itu, Tuhan membawa langkah Eleonora masuk ke dalam club yang tidak pernah ia masuki sebelumnya, lalu Zaheen juga datang karena mengikuti sahabatnya, Kian. Itu bukanlah kebetulan, melainkan sebuah cerita dan skenario baru untuk mereka berdua, di mana kisah cinta terlarang akan di mulai.Hingga sejauh ini, perjalanan mereka mulai memasuki babak baru.Seorang pria membuang puntung rokoknya sembarangan di tengah ruangan berlantai di konstruksi proyek yang sudah berjalan lebih dari tujuh bulan. Ya, waktu sangat cepat berlalu, meninggalkan banyak cerita baru yang terlewatkan.“Kau tak ingin membuat boss marah lagi dengan kelakuan gilamu itu, Kian.” Zaheen menginjak bekas

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 26 Antara Si Kaya Dan Si Miskin

    “Bagaimana jika gadis itu memberitahu Eleonora soal dirimu yang asli, apakah semua rencanamu akan berakhir?”Kedua pemuda itu terduduk di sebuah taman kecil di tengah kota, sudah tak ada kendaraan yang melaju mengingat ini sudah hampir menunjukkan jam dua belas malam, mereka memang sudah terbiasa hidup di jalanan jadi mereka tak takut apapun di malam hari seperti ini.“Tidak, aku sejujurnya tidak butuh Nora untuk rencana ini. Ada ataupun tidak ada dia, semua akan tetap berjalan bagaimana semestinya,” jawab Zaheen.Kian mengangguk paham. “Beda cerita jika Emilia memberitahu Isaac soal hubungan anaknya denganku, aku tak bisa membayangkan Nora akan dihukum seperti apa lalu pria tua itu pasti akan berusaha mengejar kita lagi,” jelas Zaheen kembali.Kian menyandarkan punggungnya dan menatap langit yang terang karena rembulan yang hadir menyinari malam dingin ini. “Yang harus kau lakukan adalah meyakinkan orang-orang jika kau masih hidup, tapi pertanyaannya siapa yang akan percaya kecuali.

DMCA.com Protection Status