Share

Ruang Determine

Penulis: NaLaTu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-09 20:31:45

Ziva bangun pagi dengan kepala pusing, memikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan modal untuk membuka toko roti. "Seandainya Leon di sini," pikirnya, "aku bisa memanfaatkan pria itu." Dengan perasaan yang campur aduk, Ziva bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

Di kampus, suasana terasa aneh. Banyak mahasiswa melihat ponsel mereka dengan kaget. Ziva mendengar bisik-bisik bahwa Ardi telah dipindahkan ke kampus lain oleh ayah Raka. Sementara itu, Raka masih dirawat di rumah sakit.

Ziva mencoba fokus pada pelajarannya, namun pikirannya terus berkelana. Ia merasa ada sesuatu yang besar sedang terjadi di balik layar.

***

Di sebuah perlelangan barang mewah, suasana sangat ramai. Berpuluh-puluh orang kaya dari berbagai kota datang untuk membeli lukisan dan perhiasan. Di antara mereka, ada Madam Maroon dan suaminya, Rob. Ayah Leon, Brok, juga hadir bersama pengawal tertingginya. Namun, yang paling mencolok adalah seorang wanita misterius berusia sekitar 30 tahun yang mengenakan topeng hitam dan pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   D' CAKE

    Pagi itu, Ziva kembali ke ruang rahasia dengan hati-hati. Ia merasa ada sesuatu yang belum ia temukan. Di salah satu sudut ruangan, ia melihat sebuah brankas kecil yang tertutup debu. Ziva merogoh sakunya dan mengambil kunci yang sebelumnya digunakan untuk membuka pintu rahasia. Dengan tangan gemetar, ia mencoba kunci tersebut pada brankas, dan ternyata cocok.Brankas terbuka perlahan, memperlihatkan isi di dalamnya. Ziva menemukan beberapa ikat uang yang rapi tersusun dan sebuah pistol kecil yang terlihat sudah tua namun masih terawat baik. Ziva mengambil pistol itu dengan hati-hati, merasa ketakutan dan gemetaran saat memegangnya. Ini adalah senjata Black D, mungkin untuk berjaga-jaga dalam situasi darurat. Ziva menelan ludah, lalu menyimpan pistol itu kembali di brankas.Dengan uang yang ditemukan, Ziva merencanakan untuk memulai bisnis toko rotinya. Ia menghubungi istri Johnson dan mengajaknya ke barbershop untuk membantu memulai perombakan dan persiapan. Bersama anaknya, mereka m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Pembukaan D' CAKE

    Esok paginya, Ziva bangun dengan semangat yang menggebu-gebu. Setelah sarapan sederhana, ia bersama Ibu Kiki, istri Johnson, menuju dapur baru mereka di D' CAKE. Dapur tersebut masih sederhana dengan peralatan yang seadanya, namun Ziva yakin mereka bisa menghasilkan kue dan roti yang lezat.Dengan penuh semangat, Ziva mulai mengaduk adonan, mengukur bahan-bahan, dan memanggang kue serta roti sesuai dengan resep yang telah ia buat. Ibu Kiki membantu menyiapkan bahan-bahan, mengawasi oven, dan menata kue-kue yang sudah jadi. Aroma manis dari kue dan roti yang baru dipanggang memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.Setelah semuanya selesai, Ziva dan Ibu Kiki menata kue dan roti di etalase dengan rapi. Setiap kue dan roti dipajang dengan hati-hati, memastikan tampilan yang menggugah selera. Mereka bersiap untuk menyambut pelanggan pertama mereka dengan penuh harapan.Namun, waktu berlalu dan tidak ada satu pun pelanggan yang datang. Jam demi jam berlalu, dan or

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Eleanor Sang Elang

    Di sisi lain kota, wanita bertopeng misterius itu tengah menikmati mandi di kamar mandinya yang sangat mewah. Uap air panas memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang nyaman. Cahaya lampu gantung kristal memantul di dinding marmer yang berkilauan. Wanita itu berdiri di bawah pancuran, air mengalir lembut di atas tubuhnya yang anggun. Ia menutup mata, menikmati setiap tetes air yang membasuh kulitnya.Setelah beberapa saat, seorang pengawal mengetuk pintu kamar mandi dengan sopan. "Madam, ada surat untuk Anda," katanya dengan hormat.Wanita itu meraih handuk lembut berwarna putih dan membungkus tubuhnya dengan anggun. Ia membuka pintu kamar mandi dan menerima surat serta kartu hitam berlogo Beruang. Dengan elegan, ia duduk di tepi bathtub dan membuka surat itu."Undangan pertemuan dari Brok di sebuah tempat rahasia di luar kota," ia membaca keras-keras, wajahnya menunjukkan ketertarikan yang dingin. Dengan gerakan anggun, ia menjatuhkan surat itu ke lantai dan menuju kamar tidur.Di ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Usaha Raka

    Pagi itu, Ziva dan Bu Kiki kembali sibuk mempersiapkan bahan untuk membuat kue dan roti di dapur baru mereka. Ziva memeriksa bahan-bahan, memastikan semua yang dibutuhkan sudah tersedia. Bu Kiki, dengan cekatan, mulai mencampur adonan sementara Ziva menyiapkan loyang dan peralatan lainnya."Kita harus pastikan semua kue dan roti selesai tepat waktu, Bu Kiki," kata Ziva dengan semangat."Tenang saja, Ziva. Kita pasti bisa," jawab Bu Kiki dengan senyum penuh keyakinan.Mereka bekerja sama dengan harmonis, saling membantu dan memberi semangat. Aroma kue dan roti yang sedang dipanggang mulai memenuhi dapur, membuat perut mereka keroncongan meski masih pagi.Setelah semua kue dan roti selesai dipanggang, mereka mengemasnya dengan hati-hati. Ziva dan Bu Kiki kemudian mengantar hasil karya mereka ke toko, menata kue dan roti di etalase dengan rapi."Semoga hari ini lebih baik dari kemarin," ujar Ziva penuh harap.Pagi itu mereka menunggu pelanggan dengan penuh semangat. Tak lama, pelanggan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Kerinduan

    InggrisDi sisi lain dunia, Leon tengah bermain golf bersama teman-teman bulenya di Inggris. Ia mencoba menikmati hobinya, namun hari-hari terasa hambar tanpa Ziva. Teman-temannya mulai menyadari bahwa Leon sering terdiam di tengah permainan, tampak tak bersemangat."Hei, Leon, kamu baik-baik saja?" tanya salah satu temannya.Leon hanya mengangguk tanpa semangat. Melihat itu, teman-temannya memutuskan untuk mengajaknya ke bar, berharap bisa menghibur Leon dengan suasana yang lebih hidup.Di bar, Leon duduk di sudut ruangan, dikelilingi oleh perempuan yang mencoba menggodanya. Namun, bagi Leon, semua itu terasa kosong. Perempuan-perempuan itu, meskipun cantik, tak bisa menggantikan sosok Ziva di hatinya. Leon hanya memandangi minumannya, tenggelam dalam pikirannya.Malamnya, Leon menelepon ayahnya, Brok, dengan harapan bisa pulang."Ayah, aku ingin pulang. Aku sudah bosan di sini," kata Leon dengan nada putus asa.Namun, Brok menolak keinginannya. "Leon, saat ini aku sedang sibuk denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Kematian Sari

    Pagi itu, seperti biasa, Ziva mempersiapkan kue dan roti bersama Bu Kiki dan anaknya. Dapur yang penuh dengan aroma manis membuat suasana pagi menjadi hangat. Mereka bekerja dengan semangat, berharap hari ini akan lebih baik daripada kemarin."Ziva, hari ini aku yang jaga toko, ya. Kamu fokus kuliah saja," kata Bu Kiki sambil menggendong anaknya yang masih mengantuk."Iya, Bu. Terima kasih banyak," jawab Ziva dengan senyum.Setelah semua persiapan selesai, Ziva berangkat ke kampus.Di kampus, Ziva mengambil jadwal kuliah pagi. Saat ia tiba, terlihat kerumunan orang di sekitar gedung kampus. Ziva merasa ada sesuatu yang tidak beres."Ada apa ini?" tanya Ziva pada seorang mahasiswa yang berdiri di dekatnya."Seorang wanita jatuh dari lantai tiga gedung kampus," jawabnya dengan wajah panik.Ziva terkejut. Ia berusaha menerobos kerumunan untuk melihat lebih jelas. Di sana, terlihat beberapa orang sedang menggotong tubuh seorang wanita yang tidak bergerak, menuju ambulans. "Sari..." Ziva

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Sisi Raka

    Di tengah malam yang sunyi, rumah kosong tempat Ardi dan teman-temannya menyekap Raka tiba-tiba dikepung oleh banyak mobil hitam berlogo Paus. Itu adalah konvoi Echo, pasukan pribadi Raka, yang datang untuk menyelamatkan tuan mereka.Anggota Echo segera menyerbu masuk, membuat kekacauan di dalam rumah. Terjadi perkelahian sengit antara anggota Ardi dan anggota Echo. Pukulan dan bacokan bertebaran di mana-mana. Jeritan kesakitan memenuhi ruangan ketika kedua pihak bertarung habis-habisan.Raka hanya menonton pertarungan itu dengan ekspresi dingin di wajahnya. Ia melihat teman-temannya yang dulu kini saling bertarung karena dirinya. Pertarungan itu semakin intensif, dan anggota Echo mulai mendominasi. Meskipun Ardi dan teman-temannya berjuang dengan gigih, mereka kalah jumlah dan terpojok.Setelah pertarungan yang panjang dan brutal, anggota Echo berhasil mengalahkan anggota Ardi. Mereka menaklukkan satu per satu, membuat Ardi dan Dom terbaring lemah di lantai, penuh luka dan kelelahan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Penghianat Katanya...

    Pagi hari di toko roti, Ziva sedang bersiap untuk memasak bersama Bu Kiki. Terdengar ketukan di pintu. Bu Kiki pergi membukanya dan ternyata itu adalah Raka."Ziva, ayo berangkat kuliah. Aku jemput kamu," kata Raka dengan senyum lebar.Ziva mengangguk, menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk menjalankan rencananya. "Bu Kiki, aku pergi kuliah dulu ya," ucap Ziva sambil bersiap-siap."Lho, ambil jadwal pagi toh?""Iya Bu. Aku nyusul nanti malam ya, Bu. Ibu bisa kan sendiri?""Jangan khawatir, Ziva. Aku yang akan urus toko," jawab Bu Kiki sambil tersenyum.Di kampus, Raka bersikap romantis, mencoba menarik perhatian Ziva. Namun, isu tentang keterlibatan Raka dalam kematian Sari telah tersebar luas. Banyak orang yang menghindarinya, namun tak ada yang berani menunjukkan kecurigaan mereka secara terang-terangan karena status Raka sebagai orang berpengaruh di kampus.Ziva yang sadar akan suasana ini, memanfaatkan momen di perpustakaan untuk memancing Raka berbicara tentang hubungannya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Cintanya Raka

    Pagi itu, Ziva berolahraga di taman dekat rumahnya, mencoba untuk menghilangkan stres yang membelenggu pikirannya. Dengan napas teratur dan tubuh bergerak mengikuti irama, ia mencoba menenangkan diri. Namun, tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan pesan masuk. Ziva berhenti sejenak dan membuka ponselnya, melihat pesan dari Raka. Isi pesannya singkat tapi jelas: "Ziva, aku minta tolong, bisa kita bertemu?"Ziva ragu, namun entah mengapa, dorongan untuk menyelesaikan masalah membuatnya setuju. Mereka sepakat untuk bertemu di taman kota, tempat yang cukup ramai sehingga Ziva merasa aman. Ketika tiba, Ziva melihat Raka sudah menunggunya di bangku taman, wajahnya kusut dan penuh penyesalan."Maaf, Ziva," ucap Raka, suaranya serak. "Aku benar-benar minta maaf atas kejadian semalam. Aku… aku hanya tidak bisa mengendalikan perasaanku. Kamu tahu betapa aku mencintaimu. Itu menghancurkanku melihatmu bersama orang lain…"Ziva menatap Raka dengan sorot mata yang penuh ketegasan. “Raka, kita suda

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Godaan

    Pagi hari, kota itu dipenuhi dengan suasana yang meriah dan glamor. Di sebuah gedung megah yang sering digunakan untuk acara-acara besar, sebuah pesta diadakan untuk merayakan kehamilan anak seorang pengusaha kaya. Pesta ini merupakan acara besar, yang menandai pengumuman jenis kelamin anak tersebut. Ruang pesta dihiasi dengan lampu kristal berkilauan dan bunga-bunga eksotis. Tenda putih yang elegan menutupi area luar, sementara di dalam, meja-meja panjang dipenuhi dengan berbagai hidangan mewah. Musik orkestra lembut mengalun, menambah suasana yang berkelas dan penuh kehangatan. Para tamu berpakaian formal, mengenakan gaun-gaun mewah dan jas-jas elegan, menikmati hidangan dan bersosialisasi.Brok, Leon, dan Ziva diundang ke acara tersebut. Namun, hanya Ziva dan Leon yang hadir. Raka dan Nanda juga hadir, meski suasana antara mereka terasa canggung. Raka, yang tidak bisa menahan emosinya, terus memandang Ziva dari kejauhan. Pesta semakin meriah saat pengumuman tentang jenis kelamin

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Leona

    Pagi itu, Ziva bangun lebih awal dari Leon, merasakan udara segar yang masuk melalui jendela kamar mereka yang besar. Perasaan gelisah yang selalu ada sejak pernikahannya dengan Leon kembali menghantuinya. Dengan hati-hati, dia keluar dari tempat tidur, berusaha untuk tidak membangunkan Leon, lalu berjalan menuju kamar mandi.Sesampainya di sana, Ziva membuka seluruh pakaiannya, membiarkan air hangat dari shower mengalir di atas tubuhnya. Dia mencoba menenangkan pikirannya, merenungkan langkah-langkah yang harus dia ambil selanjutnya. Namun, ketika dia mendengar pintu kamar mandi terbuka, jantungnya langsung berdegup kencang.Leon masuk, matanya masih sedikit mengantuk, namun senyum kecil terlihat di wajahnya. "Pagi, sayang," katanya dengan suara lembut. Dia mendekati Ziva, niatnya jelas untuk bergabung dengannya di kamar mandi. Namun, ekspresi Ziva berubah seketika, tubuhnya menegang dan refleks menutupi dirinya dengan tangan.Leon berhenti di tempat, terkejut dengan reaksi Ziva. "Ad

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Dua Sisi

    Malam itu, setelah makan malam yang hangat namun sarat dengan keheningan penuh makna, Brok memanggil Ziva dan Leon untuk ikut dengannya ke sebuah tempat yang tak pernah mereka duga. Ziva, yang sudah mulai terbiasa dengan kejutan-kejutan dari Brok, mengikuti Leon dengan tenang namun penuh antisipasi. Mereka berjalan menuju perpustakaan pribadi Brok, sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan buku-buku kuno dan artefak antik. Di sini, suasana terasa tenang, hampir mistis, dengan cahaya lampu gantung yang memancarkan sinar lembut di ruangan. Brok berhenti di depan salah satu rak buku yang tampak biasa saja. Namun, saat dia menyentuh sebuah buku tua dengan sampul kulit, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Rak buku itu bergeser perlahan, memperlihatkan sebuah pintu rahasia di baliknya. Ziva menatap dengan takjub, sementara Leon tersenyum tipis, seolah sudah terbiasa dengan rahasia-rahasia ayahnya."Masuklah," kata Brok dengan nada tegas, mengisyaratkan mereka untuk mengikuti.Mereka melangk

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Menantu

    Seiring berjalannya waktu, Ziva semakin mengukuhkan posisinya sebagai istri Leon yang perhatian dan penuh dedikasi. Setiap pagi, Ziva bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, mengurus keperluan rumah, dan memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan lancar. Brok semakin menyukai menantunya, merasa yakin bahwa Ziva adalah pilihan yang tepat untuk putranya.Leon dan Ziva sering menghabiskan waktu bersama, baik di rumah maupun di luar. Leon mengajak Ziva untuk berkenalan dengan para pengusaha dan rekan-rekannya, memperluas jaringan sosial mereka. Ziva selalu tampil anggun dan cerdas, memenangkan hati banyak orang dengan kepribadiannya yang menawan.Suatu hari, Leon mengajak Ziva untuk menghadiri sebuah pertemuan bisnis penting di sebuah hotel mewah. Di sana, mereka bertemu dengan banyak orang berpengaruh, termasuk beberapa mitra bisnis Brok. Leon merasa bangga memiliki Ziva di sisinya, melihat betapa mudahnya Ziva bergaul dengan semua orang."Ziva, kau benar-benar luar biasa. Kau membu

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Awal Rencana

    Acara pernikahan yang meriah telah usai, dan para tamu sudah mulai pulang. Leon dan Ziva akhirnya berada di kamar pengantin mereka. Ruangan itu dihias dengan indah, dengan lilin-lilin yang menyala lembut dan kelopak bunga mawar tersebar di seluruh tempat tidur.Leon masuk ke dalam kamar, sedikit gugup namun penuh harapan. Ia menutup pintu perlahan, membiarkan Ziva masuk terlebih dahulu. Ziva tampak cantik dalam gaun tidurnya yang sederhana namun elegan. Mereka berdua berdiri canggung di tengah ruangan, merasakan ketegangan yang manis namun aneh."Ziva, ini... adalah malam yang sangat spesial bagi kita," kata Leon dengan suara lembut.Ziva tersenyum, namun ada kelelahan yang jelas terlihat di matanya. "Leon, aku benar-benar lelah. Hari ini sangat melelahkan, dan aku butuh istirahat."Leon mengangguk, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Tentu, aku mengerti. Kita bisa beristirahat malam ini."Mereka berdua naik ke tempat tidur, berbaring berdampingan namun dengan jarak yang terasa. Le

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Pernikahan Sah

    Pagi yang cerah di hari pernikahan Ziva dan Leon. Di rumah Ziva, suasana sibuk dan penuh kegembiraan. Ziva duduk di depan cermin besar di kamarnya. Seorang makeup artist profesional sedang merias wajahnya dengan teliti. Di sekitar Ziva, beberapa asisten membantu mengenakan gaun pengantin putih yang indah, lengkap dengan detail renda dan kristal. Bu Kiki dan beberapa teman dekat Ziva memberikan dukungan moral, membuat Ziva merasa lebih tenang."Ini adalah hari yang luar biasa, Ziva. Kau terlihat sangat cantik," kata Bu Kiki dengan senyum penuh kasih.Ziva tersenyum, meski ada sedikit kegugupan di matanya. "Terima kasih, Bu Kiki. Aku tidak bisa melakukan ini tanpa dukunganmu."Setelah selesai berdandan, Ziva berdiri dan melihat dirinya di cermin. Ia hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Gaun pengantin itu memeluk tubuhnya dengan sempurna, dan riasan wajahnya menonjolkan kecantikannya yang alami.Di sisi lain, Leon sedang bersiap di rumahnya. Ayahnya, Brok Bearpo, yang biasanya tampak

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Ancaman Serius

    Di sebuah ruangan yang penuh dengan kemewahan dan aura kekuasaan, Brok Bearpo, dengan tongkat emasnya, berdiri di depan Eleanor. Eleanor, seorang mafia kakap dengan aura yang tak kalah menakutkan, berdiri dengan anggun di hadapannya. Mereka saling menatap dengan mata penuh kewaspadaan.Brok membuka pembicaraan dengan nada sedikit meninggi, “Eleanor, meskipun kita memiliki perbedaan, aku ingin tetap profesional. Ini undangan pernikahan Leon dan Ziva.” Ia menyerahkan kartu undangan mewah itu dengan tangan kokohnya.Eleanor, yang sudah mengetahui rencana pernikahan ini melalui mata-matanya, menerima undangan itu dengan elegan. Ia membaca sekilas undangan tersebut sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke Brok. “Terima kasih, Brok. Aku sudah mendengar tentang rencana ini. Kau tahu, dunia kita memang kecil, ya?” ucap Eleanor dengan senyum tipis yang penuh arti.Brok mengangguk, walau matanya tetap tajam. “Memang, Eleanor. Aku harap kau bisa hadir dan melihat bahwa kita bisa menjalin hub

  • Pembalasan Dendam Nona Dingin   Persiapan Pernikahan

    Hari itu dimulai dengan sinar matahari yang cerah menerangi kota. Leon dan Ziva memulai persiapan pernikahan mereka dengan penuh semangat. Mereka berdua pergi ke berbagai tempat untuk memastikan semua kebutuhan pernikahan terpenuhi. Leon, yang tampak sangat antusias, memastikan bahwa Ziva mendapatkan semua yang diinginkannya.Leon membawa Ziva ke sebuah butik gaun pengantin terkenal di kota. Di sana, Ziva mencoba beberapa gaun, dengan Leon yang memberikan pendapatnya dengan tulus.“Aku suka yang ini,” kata Leon, sambil menunjuk pada gaun putih sederhana dengan hiasan renda yang elegan. “Kau terlihat sangat cantik.”Ziva tersenyum malu-malu. “Terima kasih, Leon. Aku juga suka gaun ini.”Setelah memilih gaun, mereka juga memilih pakaian untuk Leon, memastikan semuanya serasi. Leon memilih setelan hitam klasik dengan dasi perak, yang membuatnya tampak gagah dan elegan.Selanjutnya, mereka pergi ke sebuah kafe untuk mendiskusikan tema pernikahan. Ziva menginginkan pernikahan yang sederhan

DMCA.com Protection Status