Manusia bisa melawan apapun atau siapapun yang menentang keinginannya. Sayang, tak ada satupun yang bisa melawan takdir. Kuasa Tuhan di atas segalanya.Seperti hari ini, Elia tak henti-hentinya menangis di pundak Haikal meratapi Edi Mahardika yang terkapar di atas brankar rumah sakit karena terserang penyakit jantung. Sebelumnya kondisi Edi baik-baik saja tetapi tiba-tiba dia jatuh pingsan usai melakukan workout di ruang gym bersama teman-temannya.“Mom, sabarlah! Daddy sudah ditangani so kita hanya bisa pasrah dan berdoa. Para dokter sudah berupaya mengobati Daddy semampu mereka.”Haikal berusaha menenangkan sang ibu. Meskipun dia dan Elia mirip Tom and Jerry tetapi pada dasarnya mereka cukup dekat. Di balik sikap temperamen yang Haikal miliki, jauh dari lubuk hatinya dia sangat menyayangi sang ibu. Itulah alasan mengapa dia memilih tinggal bersama sang ibu ketimbang sang ayah.“Mom, minum dulu!”Haikal memapah Elia untuk menunggu di ruang tunggu, memberinya minum agar lebih tenang.
Fatimah menatap gadis yang menjadi tamunya hari itu dengan sebaris penasaran. Dulu yang datang sang ayah, sekarang sang anak. “Tante, saya hanya ingin menjemput Zaara agar pulang ke rumah,” ucap Evelyn dengan memainkan jari jemarinya. Dia memasang wajah sendu, sedih semenjak kepergian Zaara. Dia memang ratu drama, dia berpura-pura merasa sangat sedih dan mengatakan bahwa dia sangat kehilangan Zaara. Padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia tengah memaki-maki dirinya atas sikapnya yang benar-benar terdengar seperti sebuah gurauan tak berkelas. Faktanya dalam lubuk hati terdalamnya dia merasa sangat benci pada Zaara Nadira. Dia tak rela jika dirinya memiliki kedudukan yang sama di dalam singgasana hati Alfian, sang ayah.“Maafkan kami Nak Evelyn, mohon maaf sebesar-besarnya. Sebelumnya Papa Nak Evelyn pernah datang kemari, membujuk Zaara untuk pulang bersamanya, tetapi Zaara menolak sebab yang seperti Nak Evelyn ketahui, Zaara sudah mulai merasa nyaman tinggal di sini. Dia
BersaingDengan sedikit drama yang dimainkan, akhirnya Evelyn berhasil mendekati Haikal Harun. Evelyn yang melihat kedatangan Haikal Harun yang tengah mencari Zaara Nadira seketika terperangah. Pesona Haikal Harun sangatlah menarik. Terselip rasa iri dalam hatinya pada sepupunya. Mengapa Zaara dikelilingi oleh para pemuda keren.Mendekati Haikal bisa jadi keberuntungan baginya. Atau, paling tidak, dia bisa memperoleh informasi soal Zaara Nadira. Baik Fatimah dan Hamid tak mengijinkan Evelyn bertemu dengan Zaara secara langsung.Evelyn berjalan dengan ke dua tungkai kaki yang lemah lalu beberapa detik kemudian tak sadarkan diri hingga menggugah sisi empati Haikal yang tengah menaiki kuda besinya kembali. Saat itu Evelyn berada di pinggir trotoar sedangkan Haikal baru saja keluar dari gang kecil rumah Hamid.Haikal terkejut melihat seorang gadis yang terjatuh dengan posisi duduk. Dia menepikan kuda besi miliknya lalu menghampiri gadis tersebut, gadis yang baru saja dia temui“Kau tidak
Fatimah dan Hamid saling tatap. Mereka merasa penasaran mengapa kedua anak majikan Hamid, Harun datang ke rumahnya, hanya untuk bertemu Zaara. Perasaan mereka tidak enak. Apa jangan-jangan ke dua kakak beradik tersebut benar-benar menaruh hati pada Zaara Nadira.“Menurut Ibu, baik Nak Haikal dan Haidar, keduanya menyukai Zaara,”Fatimah menghela nafas panjang. “Itu menurut asumsi Ibu ya Pak! Ibu hanya mengandalkan perasaan saja. Coba Bapak lihat, cara melihat Haikal dan Haidar pada Zaara benar-benar menunjukan rasa suka pada Zaara. Terutama Haikal,”“Menurut Bapak juga demikian, Bu.”Hamid mengurut dagunya seraya memikirkan bagaimana nasib Zaara andai terjebak dalam cinta dua orang kakak beradik. “Tapi hal tersebut tak boleh sampai terjadi!” ucapnya lagi dengan was-was.“Betul Pak, jangan sampai kehadiran Zaara menghancurkan hubungan saudara antara Mas Haikal dan Mas Haidar.”Fatimah berkomentar serius. “Tapi … menurut Ibu,”Fatimah berusaha mengingat kedekatan Zaara dan Haikal.“Sepe
Kondisi Zaara pada saat itu mirip seekor kerbau yang dicocok hidungnya. Mau menjawab tidak, kenyataan dirinya memang jatuh hati pada Haikal.“Ish, Mas Haikal tak seperti itu!” sahut Zaara masih berusaha mengelak. Jika situasinya tak sesukar itu, mungkin Zaara langsung mengiyakannya. Namun kekhawatiran Zaara ialah Safira. Hingga detik itu Zaara takut jika Safira melukai orang-orang terdekatnya. Mungkin pada mulanya melukai dirinya lalu bapak angkatnya dan kemungkinan lainnya sahabatnya Embun ataupun Mae.Zaara membuang nafas kasar. Jika dirinya memilih egois, dia takkan memperdulikan itu semua. Sayang, Zaara Nadira bukan seorang yang egois dan peduli dengan orang lain.“Sudah, Zaara, aku tak mau lagi mendengar jawabanmu. Aku benar-benar yakin seratus persen … bukan … seribu persen, kau memiliki perasaan yang sama denganku. Intinya kita saling mencintai! Kini kau tak perlu risau akan apapun,”Haikal begitu mudah berkata-kata. Dan, Zaara hanya menggeleng dan mendesah pelan.“Kita ke pasa
Zaara merasa bersalah. Kini dia berada di kamarnya diminta istirahat oleh Harun karena malam sudah larut. Sementara itu Haikal sedang disidang olehnya.Ketegangan kentara terasa di antara ayah dan anak tersebut. Haikal merasa seperti seorang anak kecil yang kedapatan berdusta oleh ke dua orang tuanya.Harun tampak kurang sehat, dia memakai sweater tebal dengan syal melingkari lehernya serta duduk di kursi roda. Dia menatap sengit Haikal yang memilih menundukan wajahnya.“Usiamu sudah tak lagi muda tetapi kelakuanmu seperti bocah. Mengapa kau mengajak anak itu sesuka hatimu? Dia di sini bekerja menggantikan ayahnya. Kau jangan seenaknya membawanya hingga larut malam. Dia juga tak seperti gadis lain, dia tak bisa melihat,” cerca Harun pada anak sulungnya.Haikal hanya terdiam mendengar bentakan sang ayah. Sesekali dia mendengus kasar.“Syukurlah Papa sudah mendingan. Aku pulang Pa,”Haikal sama sekali tidak merespon perkataan ayahnya, dia memilih membahas yang lain.Harun dibuat geleng-
Alfian menatap tamunya dengan sorot mata yang serius. Dia tak sepenuhnya percaya dengan perkataan tamunya tersebut yang mengatasnamakan orang suruhan Hantoro. Brandon telah menjelaskan dirinya termasuk maksud kedatangannya dirinya ke rumah Alfian, ialah demi menjemput Zaara Nadira. Namun Alfian bersikukuh bahwa Brandon hanyalah seorang penipu.“Pak Alfian, demi Tuhan, saya datang ke sini dengan baik-baik. Pak Hantoro ingin sekali bertemu dengan cucunya yang sudah lama tak bisa ditemuinya. Tolong, ijinkan saya bisa bertemu dengan Zaara Nadira. Pak Hantoro sudah tua renta dan sakit-sakitan. Permintaan terakhirnya ialah dirinya ingin berkumpul bersama cucunya yang menghilang.”Alfian terdiam sejenak. Lalu dia meraih gagang cangkir dan meminum teh melati manis yang hangat. Dengan harapan setelah meminum minuman yang mengandung amfetamin bisa memperbaiki suasana hati dan cara berpikirnya.“Zaara Nadira mengalami kecelakaan yang menyebabkannya kehilangan indera penglihatan. Lalu dia melari
Wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda kini tengah duduk di ruang tamu dengan wajah letih. Beberapa hari ini dia menghabiskan waktunya untuk menemani sang suami yang tengah sakit karena terserang penyakit jantung.Wanita tersebut menyandarkan kepalanya pada kepala sofa dan memeluk bantal kursi hingga ketiduran di sana. Sang anak yang baru saja memasuki ruang tamu, tak berselang lama dengan sang ibu, menatapnya iba. Dia kemudian duduk di sampingnya dan menyelimutinya dengan jaketnya.Ibunya terlihat letih, dia merasa bersalah karena tidak peka pada kondisi ibunya.Dia tak berani membangunkannya. Saat kakinya mengayun, sesaat meninggalkan sang ibu yang terpejam karena ketiduran, suara sang ibu merambat di telinganya.“Sayang, kau dari mana?” tanya Elia pada Haikal. Beberapa detik kemudian Haikal menoleh lalu kembali menghampiri Elia.“Aku baru pulang ngantor, Mom,” jawab Haikal dengan singkat. “Mom, kenapa tidak tidur dan istirahat di kamar?”Elia mendengus kasar. “Kenap