Perdebatan sengit!Safira memanjangkan lehernya dan melepas kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung. Dia berupaya mengamati dengan seksama apa yang dilihat. Benar, tak diragukan lagi. Safira melihat dengan jelas gadis yang baru saja keluar dari kamar itu adalah gadis yang paling dia benci. Dengan jumawa dia mengayunkan kakinya lalu mencegat langkah gadis berhijab berwarna biru tersebut.“Apa yang sedang kau lakukan di sini gadis buta?”Tanpa aba-aba, Safira menarik tangan Zaara dengan kasar hingga pergelangan tangannya memerah.Zaara berusaha mengenali gadis yang baru saja memperlakukan kasar padanya. Dia tak mengenali aromanya. Bahkan mungkin baru pertama kali bertemu dengannya.“Maaf, lepaskan tangan saya!” sahut Zaara yang bisa merasakan aura tak menyenangkan yang menguar dari tubuhnya.Safira menarik Zaara ke tempat yang sepi. “Mungkin kau masih belum mengenali saya. Tapi saya mengenalimu. Kau gadis yang sok polos dan suci, memanfaatkan kecantikan dan kekuranganmu un
Zaara tersenyum penuh kemenangan setelah bisa membalas telak Safira Nasution. Ternyata setelah melihat kepribadian Safira secara langsung, Zaara menyimpulkan memang benar Haikal memutuskannya karena dia gadis bermuka dua dan menyebalkan. Mungkin Haikal terpaksa bertunangan dengannya juga dulu. Begitulah yang Zaara pikirkan saat ini. Dia sudah tak peduli lagi andai Safira berusaha mencelakainya. Alasannya karena dia sangat kesal atas perbuatan yang dilakukan oleh Safira pada Hamid.Dan kini Safira mendatangi Harun dengan harapan bisa mendukungnya agar bersatu dan menikah dengan Haikal. Terlihat sekali Safira tengah melakukan sandiwara.Seketika Zaara merasa sudah saatnya bangkit dan melawan siapapun yang mengusik hidupnya. Dia percaya pada takdir bahwa sekalipun ada banyak orang yang berusaha mencelakainya tetapi kehendak Tuhan yang bicara maka keselamatan menyertainya. Beberapa kali Zaara mengalami peristiwa kelam dalam hidup tetapi takdir Tuhan senantiasa menyelamatkannya hingga diri
“Aku harus bagaimana Mae?” tanya Zaara diliputi perasaan gamang dalam hatinya. Zaara merasa bersalah pada Haikal. Terkesan dia mempermainkan hati Haikal. Dia tidak tahu jika Haikal memang sedang memiliki masalah besar. Namun Haikal tak pernah menyinggungnya di hadapannya.“Bagaimana apanya Ra?” tanya Mae menyahut, dia tidak mengerti apa yang Zaara katakan. Alasannya Zaara belum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tepatnya ungkapan perasaan hati Haikal padanya. Haikal benar-benar serius soal itu.“Jadi sebenarnya ,..”Zaara menghela nafas super panjang. Kemudian melanjutkan lagi kalimatnya. “Sebenarnya Mas Haikal sudah nembak aku, Mae,”Zaara menundukan pandangannya. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Akan ada banyak rintangan untuk kisah cinta mereka andai mereka bersatu. Kisah cinta yang tak mudah. Haikal dan Zaara ibarat langit dan bumi. Zaara sempat berpikir demikian.“What? Serius? Sudah kuduga … Zaara. Congrat! Um, apa ya … dari awal aku sudah bisa menerka, dari tatapa
Haikal membuka ke dua matanya yang terasa berat. Seberkas cahaya yang berasal dari balik tirai yang menyusup membuat pandangannya silau. Kepalanya juga terasa berat sekali seperti sehabis terbentur batuan vulkanik.Haikal terbangun dengan meringis dan memegangi kepalanya. Dia berupaya mengingat kejadian yang terjadi semalam. Dia pergi ke pub dan kembali menyentuh minuman haram tersebut.Haikal frustrasi karena pada akhirnya dia tak bisa menemukan solusi untuk masalah finansial perusahaan yang dia kelola. Konsekuensi yang harus dia ambil ialah bersedia menikah dengan Safira. Haikal tak memiliki pilihan yang lebih baik.Mungkin, dia akan menawarkan perjanjian kontrak untuk pernikahannya dengan Safira. Haikal berpikir buntu.“Oh my God, jika Zaara tahu dia pasti marah dan kecewa padaku …” gumam Haikal dengan memejamkan matanya. Ya, andai Zaara tahu jika dirinya mabuk pasti Zaara akan murka padanya. Lalu sesaat mata Haikal bergulir menatap tubuhnya dan pakaian yang dikenakannya. Dia telah
Seorang pemuda bertubuh jangkung tengah mengacak-acak lemari pakaian dan memilah-memilih pakaian miliknya. Hari itu dia ingin tampil terbaik saat berhadapan dengan kekasih hatinya.“Bagaimana penampilanku, Antonie?” tanya Haikal pada Antonie yang tengah asik memainkan game di ponselnya. Antonie melirik sejenak dengan alis yang menukik. Sebuah pertanyaan muncul di benaknya. Sejak kapan Haikal begitu memperdulikan penampilannya mirip seorang gadis ABG. Biasanya Haikal terkesan cuek bahkan tak peduli dengan penampilannya meskipun outfit yang dikenakan branded dan berkualitas tentunya.“Antonie, apa kau tuli? Aku bertanya padamu, bagaimana penampilanku?” seru Haikal meminta pendapat Antonie secara paksa.“Bagus! Keren!” sahut Antonie dengan menunjukan ibu jarinya di hadapan Haikal.“Apakah aku terlihat lebih tampan dari Haidar?”Kali ini pertanyaan Antonie terdengar sukar. Alasannya wajah keduanya sama-sama tampan.Antonie langsung menjawab reflek kali ini. “Haikal,”Jika Antonie salah se
Haikal sudah menyelesaikan rapatnya kali ini lebih awal karena dia sudah memiliki janji dengan Zaara. Dia menuruni lift khusus dengan perasaan hati yang berbunga-bunga. Dia sudah tak sabar ingin bersua dengan Zaara Nadira.“Pak Zul, saya pamit duluan. Kau bisa urus sisanya,” ucap Haikal pada Zul sesaat sebelum Haikal turun di lobby.“Baik Pak Haikal,” jawab Zul dengan menganggukkan kepalanya, tanpa membantah perintah majikannya, Zul kembali menaiki lift dan akan melakukan tugasnya lagi meskipun dia keberatan sekalipun.Haikal terlihat sumringah bahkan ketika para karyawan menyapa dan tersenyum padanya dia pun tak sungkan membalas senyum mereka dan menyapa balik. Hari itu Haikal sungguh tampak berbeda. Aura yang dipancarkan wajahnya benar-benar positif.Haikal sudah berada di lobby dan mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Zaara. Dia berpikir jika Zaara sudah tiba lebih dulu.“Mbak, lihat ada tamu yang datang kemari? Seorang gadis berhijab,” tanya Haikal pada salah satu sta
Zaara seperti terkena serangan jantung manakala mendengar curhatan Embun tentang bagaimana dirinya bisa memperoleh uang sebanyak itu. Dia tak percaya dengan keputusan yang dibuat Embun untuk hidupnya. Dia yang mengira Embun sosok agamis, berpikiran positif dan kuat ternyata menjadi rapuh karena tak sanggup menanggung beban hidup yang dia jalani saat ini.“Apa? Menjual ginjal?” ulang Zaara tak percaya dengan pengakuan Embun. Tiba-tiba saja Zaara kembali berderai air mata tatkala mendengar pengakuan Embun. Betapa menyedihkannya kehidupan Embun. Zaara tak sampai hati mendengarnya. Tak mampu berkata-kata, Zaara langsung menarik Embun ke dalam pelukannya. “Maafkan aku, sahabatku,” kata Zaara terisak. “Kenapa kau tak bilang padaku, Embun,”“Aku tak ingin menyusahkan siapapun, termasuk kau, Ra. Kau sudah cukup baik terus menerus membantuku.Kini mereka berpelukan semakin erat, saling mengekspresikan rasa sedih yang mereka miliki.Embun dalam kondisi terdesak saat itu. Neneknya kembali masu
Hari itu duka menyelimuti keluarga besar Edi Mahardika. Semua orang bersedih melihat kepergian salah satu pengusaha tambang ternama yang sangat berpengaruh di pulau Jawa dan baru saja merambah ke pasar Asia Tenggara tersebut.Mereka meratapi kepergian Edi Mahardika dengan isak tangis dan mengiringinya dengan doa-doa kebaikan untuknya semoga diterima di sisi sang pencipta.Satu per satu pelayat pergi meninggalkan pemakaman di mana Edi Mahardika disemayamkan.Yang tersisa hanyalah Elia dan ke dua putra tampannya yang berada di sisinya, mendampingi ibunda tercinta untuk memberikan dukungan moril padanya.Tangisan Elia sudah surut meski kesedihan masih terlukis di wajahnya. Wajahnya terlihat pucat bak kunarpa dan matanya terlihat sembab. Sungguh terlihat menyedihkan. Ke dua putranya dari Harun enggan meninggalkannta dalam keadaan terpuruk.Haikal merangkul sang ibu di sebelah kanannya sedangkan Haidar merangkulnya sang ibu di sebelah kirinya.“Mom, ayo pulang! Hari sudah senja,” tutur Hai
Kediamaan Harun malam ini begitu indah, dihiasi bebungaan berwarna warni dan lampu-lampu kristal yang menggantung indah. Halaman rumah yang begitu luas tersebut telah disulap menjadi sebuah venue pernikahan garden party yang hangat dan romantis.Malam ini akan diadakan malam di mana seorang pria dan wanita akan melepas masa lajangnya dengan mengadakan walimah dan dihadiri oleh keluarga inti dan kerabat terdekat.Acara walimah aqad ijab qabul akan diadakan di sebuah pelaminan yang hanya dihadiri oleh calon mempelai pria, wali, saksi dan penghulu. Pengantin wanita menunggu di ruangan terpisah. Zaara kini terlihat cantik dengan penampilan pengantin ala Sunda, mengenakan kebaya berwarna putih tulang dan tetap memakai kerudung yang dipadupadankan dengan hiasan siger di kepalanya. Dia terlihat sangat cantik dan berbeda setelah dirias oleh seorang MUA profesional.Namun Zaara bersedih saat yang sama. Ada banyak kesedihan yang dia rasakan malam ini. Pertama dia sedih karena harus menikah den
Suatu malam yang hening, Zaara tengah duduk di taman depan rumahnya. Dia tengah termenung menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.Harum semerbak anggrek bulan yang tengah mekar menyapa indera penciumannya. Zaara merasa tenang saat menghidunya.Namun ada aroma parfum yang dia kenal familiar tiba-tiba muncul. Hanya satu orang yang dia tahu suka memakai parfum mahal dan mewah berasal dari Paris tersebut, parfum beraroma woody floral musk. Seketika Zaara berdiri dan berusaha mencari sang pemilik aroma tersebut.Mata Zaara berembun tatkala kakinya dengan begitu saja melangkah menghampiri pemuda yang begitu dia rindukan. Namun sosok pemuda yang berdiri di hadapannya memilih melangkah mundur, menghindari Zaara hingga membuat Zaara terlihat sedih dan kecewa.“Mas Haikal, kau kah itu?”Zaara spontan menyebutkan nama sang empunya aroma yang familier tersebut. Pria yang Zaara dekati memilih diam dengan pikiran yang gelisah.“Mas Haikal kenapa diam? Kenapa Mas selalu mempermainkan h
“Di mana Safira?” pekik Haikal ketika kakinya menginjak lantai sebuah apartemen. Kini Safira berada di apartemen miliknya karena lokasinya dekat dengan lokasi shooting di mana dia bekerja. Saat ini Safira Nasution memperoleh tawaran dari salah satu perusahaan advertising untuk menjadi model iklan kosmetik kecantikan.Kean yang merupakan pengawal pribadi Safira langsung menghadang jalan Haikal. Kebetulan Kean saat itu berada di luar pintu apartemen.Kean ditugasi Safira untuk berjaga di depan pintu masuk karena sang nona muda tak ingin diganggu. Dia ingin istirahat sejenak karena letih begadang beberapa hari setelah melakukan shooting.“Nona Safir tak bisa diganggu! Beliau sedang istirahat.”Kean menjawab dengan nada tegas, berharap Haikal akan segera pergi dari sana dan tak mencari gara-gara lagi dengannya. Seingat Kean, Haikal terakhir kali menghajarnya bertubi-tubi.“Aku harus bertemu dengannya sekarang! Minggir kau!” titah Haikal dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. Haikal mem
“Kau habis dari mana?” tanya Elia berkacak pinggang saat menyambut kedatangan Haikal malam itu. Sepulang mengantar Zaara ke klinik Haikal memutuskan pulang ke kediaman sang ibu karena ada hal yang harus dibicarakan dengannya. Haikal akan mengabari tentang batalnya pernikahan di antara dirinya dan Safira sehingga ibunya tidak akan mempermasalahkannya lagi. Namun tentu Haikal tidak akan langsung mengabari malam itu karena dirinya sudah cukup letih. Dia baru akan mengabari sang ibu keesokan harinya.Siapa sangka, Elia terbangun saat mendengar suara deru mesin mobil Haikal. Melihat kedatangan putranya tersebut, Elia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur berbentuk kimono, menghampiri Haikal yang baru saja masuk dengan wajah letih dan pakaian yang berantakan.“Belum tidur Mom?”Haikal hanya menimpali sang ibu dengan begitu santai. Dia berjalan melewatinya menuju kamarnya. “Aku mau istirahat Mom! Besok kita bicara. Aku letih.” Haikal memijit pelipisnya.“Tunggu, kita bicara sek
Tenggorokan Zaara terasa terbakar setelah dipaksa minum minuman cairan berwarna merah oleh pria tua bangka berperut buncit. Entah minuman apa yang diberikan olehnya. Tubuhnya terasa panas dan dia ingin sekali melepas pakaiannya saking merasa kepanasan. Namun dia berusaha menahan diri untuk tetap menjaga kewarasannya. Zaara sama sekali tak memahami reaksi tubuhnya. Dia sampai mengepalkan jemari tangannya pada lantai agar efek tersebut hilang.Pria itu hanya tersenyum miring melihat Zaara terlihat gelisah dan kepanasan. Saat Zaara akan melompat dari balkon, pria itu segera menyeret Zaara masuk ke dalam kamar tersebut setelah memaksanya minum.“Argh, apa ini? Kenapa dengan tubuhku. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin.”Zaara bergumam tak karuan. Namun karena pria tua masih berdiri di hadapannya, Zaara menahan diri untuk tidak melewatinya. Pria itu berdiri tepat di depan Zaara yang duduk bersimpuh dengan kondisi memprihatinkan.Pria tua mengambil pon
Karena menghindari pengendara yang ugal-ugalan Haikal justru membanting stir dan dia nyaris menabrak seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berjalan kaki di sisi jalan. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju istal kuda milik keluarganya. Untuk menghilangkan rasa penat karena begitu banyak beban yang menghimpit pikirannya dia berencana akan berkuda.Pria tua itu baru saja keluar dari pintu parkiran area rumah sakit. Akhirnya dia jatuh bersimpuh karena kaget. Lututnya terbentur jalan beraspal. Pasti terasa sakit sekali apalagi usianya sudah tak lagi muda.Haikal pun segera menepikan kendaraan beroda empatnya ke tepi jalan dan segera turun untuk menghampiri pria itu. Dia harus memastikan jika pria tua itu baik-baik saja. Jika terjadi apa-apa dengannya maka dia akan bertanggung jawab untuk mengobatinya. Seperti itulah yang seharusnya Haikal lakukan.“Pak, maafkan saya. Bapak tidak apa-apa?” tanya Haikal dengan ke dua tangan berusaha merengkuhnya, membantu bapak tadi
“Mas,”Haikal terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur pukul tiga pagi. Namun saat terbangun dia hanya mendengar suara Zaara yang memanggilnya. Mungkin alam bawah sadarnya terus menerus mengingatnya. Haikal turun dari ranjang dan langsung berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusam karena menangis, mata yang sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Seorang pria baru pertama kalinya menangis ketika dia merasa patah hati. Itulah yang Haikal rasakan saat ini.Haikal telah melewatkan sarapannya dan harus segera pergi ke kantor. Dia mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi itu.Dengan memakai seragam khas eksekutif muda, Haikal berjalan menaiki lift menuju tempat parkir apartemen miliknya. Tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Dia mengendarai mobilnya membelah jalanan padat merayap kota hujan dengan keheningan, tanpa musik yang selalu mengiringi perjalanannya. Biasa
Di hadapan Brandon, Alfian duduk tegak dan menatapnya dengan serius. Alfian membawa sebuah foto Zaara Nadira dan seorang pria tua bermata sipit dengan rambut yang sudah memutih. Alfian sengaja mencetak ke dua foto tersebut demi untuk mengembalikan ingatan Brandon.“Apa kau mengingat ini siapa? Dari kemarin kau menyebutkan nama Zaara Nadira. Nah, ini fotonya! Zaara Nadira keponakan saya.”Alfian menjelaskan pada Brandon dengan begitu serius. Jika Brandon sampai hilang ingatan dan masih mengingat Zaara pertanda bahwa Brandon tidak berbohong dan menipunya mengaku sebagai orang suruhan Hantoro.Brandon duduk dengan bersandar pada bantal dan menatap foto tersebut dengan seksama. Brandon menyebut nama Zaara Nadira berulangkali pasti sebelumnya dia mengenalnya. Semakin mencoba mengingat semakin kepalanya begitu berat sekali.Brandon memegangi kepalanya dengan perasaan frustrasi. Dia tak bisa mengingat siapakah gadis bernama Zaara Nadira itu. Dia hanya mengenal namanya saja. Selebihnya tidak
Pagi itu Alfian menjenguk Brandon di rumah sakit karena merasa iba padanya. Setelah Alfian pikir mungkin Brandon memang bukan seorang penipu. Setelah memperoleh informasi dari aparat kepolisian yang melakukan penyelidikian dan penyidikan di tempat kejadian perkara di mana Brandon mengalami kecelakaan naas tersebut, telah ditemukan bahwa seseorang telah berusaha mencelakai Brandon dengan menyabotase kendaraannya seolah hanya kecelakan murni biasa, padahal kecelakaan yang sudah disusun skenarionya terlebih dahulu.Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan yang mulus tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang berpengaruh dan tak tersentuh.Terlepas dari itu semua, naluri Alfian tergugah ingin mengetahui kondisi pria yang berusia seumuran dengannya tersebut apakah sudah membaik atau belum.Alfian berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap di mana Brandon berada. Saat ini kartu identitasnya masih bermasalah. Namun pihak kepolisian tengah mengurusnya di kedutaan. Kondisinya cukup m