Share

82. Tamu

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-06 23:08:58

Fatimah menatap gadis yang menjadi tamunya hari itu dengan sebaris penasaran. Dulu yang datang sang ayah, sekarang sang anak.

“Tante, saya hanya ingin menjemput Zaara agar pulang ke rumah,” ucap Evelyn dengan memainkan jari jemarinya. Dia memasang wajah sendu, sedih semenjak kepergian Zaara. Dia memang ratu drama, dia berpura-pura merasa sangat sedih dan mengatakan bahwa dia sangat kehilangan Zaara.

Padahal jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia tengah memaki-maki dirinya atas sikapnya yang benar-benar terdengar seperti sebuah gurauan tak berkelas. Faktanya dalam lubuk hati terdalamnya dia merasa sangat benci pada Zaara Nadira. Dia tak rela jika dirinya memiliki kedudukan yang sama di dalam singgasana hati Alfian, sang ayah.

“Maafkan kami Nak Evelyn, mohon maaf sebesar-besarnya. Sebelumnya Papa Nak Evelyn pernah datang kemari, membujuk Zaara untuk pulang bersamanya, tetapi Zaara menolak sebab yang seperti Nak Evelyn ketahui, Zaara sudah mulai merasa nyaman tinggal di sini. Dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   83. Bersaing

    BersaingDengan sedikit drama yang dimainkan, akhirnya Evelyn berhasil mendekati Haikal Harun. Evelyn yang melihat kedatangan Haikal Harun yang tengah mencari Zaara Nadira seketika terperangah. Pesona Haikal Harun sangatlah menarik. Terselip rasa iri dalam hatinya pada sepupunya. Mengapa Zaara dikelilingi oleh para pemuda keren.Mendekati Haikal bisa jadi keberuntungan baginya. Atau, paling tidak, dia bisa memperoleh informasi soal Zaara Nadira. Baik Fatimah dan Hamid tak mengijinkan Evelyn bertemu dengan Zaara secara langsung.Evelyn berjalan dengan ke dua tungkai kaki yang lemah lalu beberapa detik kemudian tak sadarkan diri hingga menggugah sisi empati Haikal yang tengah menaiki kuda besinya kembali. Saat itu Evelyn berada di pinggir trotoar sedangkan Haikal baru saja keluar dari gang kecil rumah Hamid.Haikal terkejut melihat seorang gadis yang terjatuh dengan posisi duduk. Dia menepikan kuda besi miliknya lalu menghampiri gadis tersebut, gadis yang baru saja dia temui“Kau tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   84. Ungkapan cinta Haikal

    Fatimah dan Hamid saling tatap. Mereka merasa penasaran mengapa kedua anak majikan Hamid, Harun datang ke rumahnya, hanya untuk bertemu Zaara. Perasaan mereka tidak enak. Apa jangan-jangan ke dua kakak beradik tersebut benar-benar menaruh hati pada Zaara Nadira.“Menurut Ibu, baik Nak Haikal dan Haidar, keduanya menyukai Zaara,”Fatimah menghela nafas panjang. “Itu menurut asumsi Ibu ya Pak! Ibu hanya mengandalkan perasaan saja. Coba Bapak lihat, cara melihat Haikal dan Haidar pada Zaara benar-benar menunjukan rasa suka pada Zaara. Terutama Haikal,”“Menurut Bapak juga demikian, Bu.”Hamid mengurut dagunya seraya memikirkan bagaimana nasib Zaara andai terjebak dalam cinta dua orang kakak beradik. “Tapi hal tersebut tak boleh sampai terjadi!” ucapnya lagi dengan was-was.“Betul Pak, jangan sampai kehadiran Zaara menghancurkan hubungan saudara antara Mas Haikal dan Mas Haidar.”Fatimah berkomentar serius. “Tapi … menurut Ibu,”Fatimah berusaha mengingat kedekatan Zaara dan Haikal.“Sepe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   85. Kencan pertama

    Kondisi Zaara pada saat itu mirip seekor kerbau yang dicocok hidungnya. Mau menjawab tidak, kenyataan dirinya memang jatuh hati pada Haikal.“Ish, Mas Haikal tak seperti itu!” sahut Zaara masih berusaha mengelak. Jika situasinya tak sesukar itu, mungkin Zaara langsung mengiyakannya. Namun kekhawatiran Zaara ialah Safira. Hingga detik itu Zaara takut jika Safira melukai orang-orang terdekatnya. Mungkin pada mulanya melukai dirinya lalu bapak angkatnya dan kemungkinan lainnya sahabatnya Embun ataupun Mae.Zaara membuang nafas kasar. Jika dirinya memilih egois, dia takkan memperdulikan itu semua. Sayang, Zaara Nadira bukan seorang yang egois dan peduli dengan orang lain.“Sudah, Zaara, aku tak mau lagi mendengar jawabanmu. Aku benar-benar yakin seratus persen … bukan … seribu persen, kau memiliki perasaan yang sama denganku. Intinya kita saling mencintai! Kini kau tak perlu risau akan apapun,”Haikal begitu mudah berkata-kata. Dan, Zaara hanya menggeleng dan mendesah pelan.“Kita ke pasa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-24
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   86. Tak kuasa menolak

    Zaara merasa bersalah. Kini dia berada di kamarnya diminta istirahat oleh Harun karena malam sudah larut. Sementara itu Haikal sedang disidang olehnya.Ketegangan kentara terasa di antara ayah dan anak tersebut. Haikal merasa seperti seorang anak kecil yang kedapatan berdusta oleh ke dua orang tuanya.Harun tampak kurang sehat, dia memakai sweater tebal dengan syal melingkari lehernya serta duduk di kursi roda. Dia menatap sengit Haikal yang memilih menundukan wajahnya.“Usiamu sudah tak lagi muda tetapi kelakuanmu seperti bocah. Mengapa kau mengajak anak itu sesuka hatimu? Dia di sini bekerja menggantikan ayahnya. Kau jangan seenaknya membawanya hingga larut malam. Dia juga tak seperti gadis lain, dia tak bisa melihat,” cerca Harun pada anak sulungnya.Haikal hanya terdiam mendengar bentakan sang ayah. Sesekali dia mendengus kasar.“Syukurlah Papa sudah mendingan. Aku pulang Pa,”Haikal sama sekali tidak merespon perkataan ayahnya, dia memilih membahas yang lain.Harun dibuat geleng-

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   87. Cinta segitiga

    Alfian menatap tamunya dengan sorot mata yang serius. Dia tak sepenuhnya percaya dengan perkataan tamunya tersebut yang mengatasnamakan orang suruhan Hantoro. Brandon telah menjelaskan dirinya termasuk maksud kedatangannya dirinya ke rumah Alfian, ialah demi menjemput Zaara Nadira. Namun Alfian bersikukuh bahwa Brandon hanyalah seorang penipu.“Pak Alfian, demi Tuhan, saya datang ke sini dengan baik-baik. Pak Hantoro ingin sekali bertemu dengan cucunya yang sudah lama tak bisa ditemuinya. Tolong, ijinkan saya bisa bertemu dengan Zaara Nadira. Pak Hantoro sudah tua renta dan sakit-sakitan. Permintaan terakhirnya ialah dirinya ingin berkumpul bersama cucunya yang menghilang.”Alfian terdiam sejenak. Lalu dia meraih gagang cangkir dan meminum teh melati manis yang hangat. Dengan harapan setelah meminum minuman yang mengandung amfetamin bisa memperbaiki suasana hati dan cara berpikirnya.“Zaara Nadira mengalami kecelakaan yang menyebabkannya kehilangan indera penglihatan. Lalu dia melari

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   88. Mengunjungi rumah calon mertua

    Wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda kini tengah duduk di ruang tamu dengan wajah letih. Beberapa hari ini dia menghabiskan waktunya untuk menemani sang suami yang tengah sakit karena terserang penyakit jantung.Wanita tersebut menyandarkan kepalanya pada kepala sofa dan memeluk bantal kursi hingga ketiduran di sana. Sang anak yang baru saja memasuki ruang tamu, tak berselang lama dengan sang ibu, menatapnya iba. Dia kemudian duduk di sampingnya dan menyelimutinya dengan jaketnya.Ibunya terlihat letih, dia merasa bersalah karena tidak peka pada kondisi ibunya.Dia tak berani membangunkannya. Saat kakinya mengayun, sesaat meninggalkan sang ibu yang terpejam karena ketiduran, suara sang ibu merambat di telinganya.“Sayang, kau dari mana?” tanya Elia pada Haikal. Beberapa detik kemudian Haikal menoleh lalu kembali menghampiri Elia.“Aku baru pulang ngantor, Mom,” jawab Haikal dengan singkat. “Mom, kenapa tidak tidur dan istirahat di kamar?”Elia mendengus kasar. “Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   89. Bagai buah simalakama

    Perdebatan sengit!Safira memanjangkan lehernya dan melepas kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung. Dia berupaya mengamati dengan seksama apa yang dilihat. Benar, tak diragukan lagi. Safira melihat dengan jelas gadis yang baru saja keluar dari kamar itu adalah gadis yang paling dia benci. Dengan jumawa dia mengayunkan kakinya lalu mencegat langkah gadis berhijab berwarna biru tersebut.“Apa yang sedang kau lakukan di sini gadis buta?”Tanpa aba-aba, Safira menarik tangan Zaara dengan kasar hingga pergelangan tangannya memerah.Zaara berusaha mengenali gadis yang baru saja memperlakukan kasar padanya. Dia tak mengenali aromanya. Bahkan mungkin baru pertama kali bertemu dengannya.“Maaf, lepaskan tangan saya!” sahut Zaara yang bisa merasakan aura tak menyenangkan yang menguar dari tubuhnya.Safira menarik Zaara ke tempat yang sepi. “Mungkin kau masih belum mengenali saya. Tapi saya mengenalimu. Kau gadis yang sok polos dan suci, memanfaatkan kecantikan dan kekuranganmu un

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   90. Fakta dilematis

    Zaara tersenyum penuh kemenangan setelah bisa membalas telak Safira Nasution. Ternyata setelah melihat kepribadian Safira secara langsung, Zaara menyimpulkan memang benar Haikal memutuskannya karena dia gadis bermuka dua dan menyebalkan. Mungkin Haikal terpaksa bertunangan dengannya juga dulu. Begitulah yang Zaara pikirkan saat ini. Dia sudah tak peduli lagi andai Safira berusaha mencelakainya. Alasannya karena dia sangat kesal atas perbuatan yang dilakukan oleh Safira pada Hamid.Dan kini Safira mendatangi Harun dengan harapan bisa mendukungnya agar bersatu dan menikah dengan Haikal. Terlihat sekali Safira tengah melakukan sandiwara.Seketika Zaara merasa sudah saatnya bangkit dan melawan siapapun yang mengusik hidupnya. Dia percaya pada takdir bahwa sekalipun ada banyak orang yang berusaha mencelakainya tetapi kehendak Tuhan yang bicara maka keselamatan menyertainya. Beberapa kali Zaara mengalami peristiwa kelam dalam hidup tetapi takdir Tuhan senantiasa menyelamatkannya hingga diri

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19

Bab terbaru

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   122. Pengantin pengganti (tamat)

    Kediamaan Harun malam ini begitu indah, dihiasi bebungaan berwarna warni dan lampu-lampu kristal yang menggantung indah. Halaman rumah yang begitu luas tersebut telah disulap menjadi sebuah venue pernikahan garden party yang hangat dan romantis.Malam ini akan diadakan malam di mana seorang pria dan wanita akan melepas masa lajangnya dengan mengadakan walimah dan dihadiri oleh keluarga inti dan kerabat terdekat.Acara walimah aqad ijab qabul akan diadakan di sebuah pelaminan yang hanya dihadiri oleh calon mempelai pria, wali, saksi dan penghulu. Pengantin wanita menunggu di ruangan terpisah. Zaara kini terlihat cantik dengan penampilan pengantin ala Sunda, mengenakan kebaya berwarna putih tulang dan tetap memakai kerudung yang dipadupadankan dengan hiasan siger di kepalanya. Dia terlihat sangat cantik dan berbeda setelah dirias oleh seorang MUA profesional.Namun Zaara bersedih saat yang sama. Ada banyak kesedihan yang dia rasakan malam ini. Pertama dia sedih karena harus menikah den

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   121. Meminta restu

    Suatu malam yang hening, Zaara tengah duduk di taman depan rumahnya. Dia tengah termenung menikmati hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.Harum semerbak anggrek bulan yang tengah mekar menyapa indera penciumannya. Zaara merasa tenang saat menghidunya.Namun ada aroma parfum yang dia kenal familiar tiba-tiba muncul. Hanya satu orang yang dia tahu suka memakai parfum mahal dan mewah berasal dari Paris tersebut, parfum beraroma woody floral musk. Seketika Zaara berdiri dan berusaha mencari sang pemilik aroma tersebut.Mata Zaara berembun tatkala kakinya dengan begitu saja melangkah menghampiri pemuda yang begitu dia rindukan. Namun sosok pemuda yang berdiri di hadapannya memilih melangkah mundur, menghindari Zaara hingga membuat Zaara terlihat sedih dan kecewa.“Mas Haikal, kau kah itu?”Zaara spontan menyebutkan nama sang empunya aroma yang familier tersebut. Pria yang Zaara dekati memilih diam dengan pikiran yang gelisah.“Mas Haikal kenapa diam? Kenapa Mas selalu mempermainkan h

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   120. Lamaran Haidar

    “Di mana Safira?” pekik Haikal ketika kakinya menginjak lantai sebuah apartemen. Kini Safira berada di apartemen miliknya karena lokasinya dekat dengan lokasi shooting di mana dia bekerja. Saat ini Safira Nasution memperoleh tawaran dari salah satu perusahaan advertising untuk menjadi model iklan kosmetik kecantikan.Kean yang merupakan pengawal pribadi Safira langsung menghadang jalan Haikal. Kebetulan Kean saat itu berada di luar pintu apartemen.Kean ditugasi Safira untuk berjaga di depan pintu masuk karena sang nona muda tak ingin diganggu. Dia ingin istirahat sejenak karena letih begadang beberapa hari setelah melakukan shooting.“Nona Safir tak bisa diganggu! Beliau sedang istirahat.”Kean menjawab dengan nada tegas, berharap Haikal akan segera pergi dari sana dan tak mencari gara-gara lagi dengannya. Seingat Kean, Haikal terakhir kali menghajarnya bertubi-tubi.“Aku harus bertemu dengannya sekarang! Minggir kau!” titah Haikal dengan menaikkan suaranya beberapa oktaf. Haikal mem

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   119. Gamang

    “Kau habis dari mana?” tanya Elia berkacak pinggang saat menyambut kedatangan Haikal malam itu. Sepulang mengantar Zaara ke klinik Haikal memutuskan pulang ke kediaman sang ibu karena ada hal yang harus dibicarakan dengannya. Haikal akan mengabari tentang batalnya pernikahan di antara dirinya dan Safira sehingga ibunya tidak akan mempermasalahkannya lagi. Namun tentu Haikal tidak akan langsung mengabari malam itu karena dirinya sudah cukup letih. Dia baru akan mengabari sang ibu keesokan harinya.Siapa sangka, Elia terbangun saat mendengar suara deru mesin mobil Haikal. Melihat kedatangan putranya tersebut, Elia keluar dari kamarnya dengan mengenakan piyama tidur berbentuk kimono, menghampiri Haikal yang baru saja masuk dengan wajah letih dan pakaian yang berantakan.“Belum tidur Mom?”Haikal hanya menimpali sang ibu dengan begitu santai. Dia berjalan melewatinya menuju kamarnya. “Aku mau istirahat Mom! Besok kita bicara. Aku letih.” Haikal memijit pelipisnya.“Tunggu, kita bicara sek

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   118. Selamat

    Tenggorokan Zaara terasa terbakar setelah dipaksa minum minuman cairan berwarna merah oleh pria tua bangka berperut buncit. Entah minuman apa yang diberikan olehnya. Tubuhnya terasa panas dan dia ingin sekali melepas pakaiannya saking merasa kepanasan. Namun dia berusaha menahan diri untuk tetap menjaga kewarasannya. Zaara sama sekali tak memahami reaksi tubuhnya. Dia sampai mengepalkan jemari tangannya pada lantai agar efek tersebut hilang.Pria itu hanya tersenyum miring melihat Zaara terlihat gelisah dan kepanasan. Saat Zaara akan melompat dari balkon, pria itu segera menyeret Zaara masuk ke dalam kamar tersebut setelah memaksanya minum.“Argh, apa ini? Kenapa dengan tubuhku. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku harus mengguyur tubuhku dengan air dingin.”Zaara bergumam tak karuan. Namun karena pria tua masih berdiri di hadapannya, Zaara menahan diri untuk tidak melewatinya. Pria itu berdiri tepat di depan Zaara yang duduk bersimpuh dengan kondisi memprihatinkan.Pria tua mengambil pon

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   117. Aksi heroik

    Karena menghindari pengendara yang ugal-ugalan Haikal justru membanting stir dan dia nyaris menabrak seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih tengah berjalan kaki di sisi jalan. Saat itu dia sedang dalam perjalanan menuju istal kuda milik keluarganya. Untuk menghilangkan rasa penat karena begitu banyak beban yang menghimpit pikirannya dia berencana akan berkuda.Pria tua itu baru saja keluar dari pintu parkiran area rumah sakit. Akhirnya dia jatuh bersimpuh karena kaget. Lututnya terbentur jalan beraspal. Pasti terasa sakit sekali apalagi usianya sudah tak lagi muda.Haikal pun segera menepikan kendaraan beroda empatnya ke tepi jalan dan segera turun untuk menghampiri pria itu. Dia harus memastikan jika pria tua itu baik-baik saja. Jika terjadi apa-apa dengannya maka dia akan bertanggung jawab untuk mengobatinya. Seperti itulah yang seharusnya Haikal lakukan.“Pak, maafkan saya. Bapak tidak apa-apa?” tanya Haikal dengan ke dua tangan berusaha merengkuhnya, membantu bapak tadi

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   116. Tak ada pilihan

    “Mas,”Haikal terbangun dari tidurnya. Dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur pukul tiga pagi. Namun saat terbangun dia hanya mendengar suara Zaara yang memanggilnya. Mungkin alam bawah sadarnya terus menerus mengingatnya. Haikal turun dari ranjang dan langsung berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya. Dia menatap pantulan wajahnya yang terlihat kusam karena menangis, mata yang sembab dan ada lingkaran hitam di bawah matanya. Seorang pria baru pertama kalinya menangis ketika dia merasa patah hati. Itulah yang Haikal rasakan saat ini.Haikal telah melewatkan sarapannya dan harus segera pergi ke kantor. Dia mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi itu.Dengan memakai seragam khas eksekutif muda, Haikal berjalan menaiki lift menuju tempat parkir apartemen miliknya. Tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya yang bangir. Dia mengendarai mobilnya membelah jalanan padat merayap kota hujan dengan keheningan, tanpa musik yang selalu mengiringi perjalanannya. Biasa

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   115. Diculik

    Di hadapan Brandon, Alfian duduk tegak dan menatapnya dengan serius. Alfian membawa sebuah foto Zaara Nadira dan seorang pria tua bermata sipit dengan rambut yang sudah memutih. Alfian sengaja mencetak ke dua foto tersebut demi untuk mengembalikan ingatan Brandon.“Apa kau mengingat ini siapa? Dari kemarin kau menyebutkan nama Zaara Nadira. Nah, ini fotonya! Zaara Nadira keponakan saya.”Alfian menjelaskan pada Brandon dengan begitu serius. Jika Brandon sampai hilang ingatan dan masih mengingat Zaara pertanda bahwa Brandon tidak berbohong dan menipunya mengaku sebagai orang suruhan Hantoro.Brandon duduk dengan bersandar pada bantal dan menatap foto tersebut dengan seksama. Brandon menyebut nama Zaara Nadira berulangkali pasti sebelumnya dia mengenalnya. Semakin mencoba mengingat semakin kepalanya begitu berat sekali.Brandon memegangi kepalanya dengan perasaan frustrasi. Dia tak bisa mengingat siapakah gadis bernama Zaara Nadira itu. Dia hanya mengenal namanya saja. Selebihnya tidak

  • Pelukis Buta Milik Sang CEO   114. Bahaya yang mengancam

    Pagi itu Alfian menjenguk Brandon di rumah sakit karena merasa iba padanya. Setelah Alfian pikir mungkin Brandon memang bukan seorang penipu. Setelah memperoleh informasi dari aparat kepolisian yang melakukan penyelidikian dan penyidikan di tempat kejadian perkara di mana Brandon mengalami kecelakaan naas tersebut, telah ditemukan bahwa seseorang telah berusaha mencelakai Brandon dengan menyabotase kendaraannya seolah hanya kecelakan murni biasa, padahal kecelakaan yang sudah disusun skenarionya terlebih dahulu.Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan yang mulus tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang berpengaruh dan tak tersentuh.Terlepas dari itu semua, naluri Alfian tergugah ingin mengetahui kondisi pria yang berusia seumuran dengannya tersebut apakah sudah membaik atau belum.Alfian berjalan di lorong rumah sakit menuju ruang rawat inap di mana Brandon berada. Saat ini kartu identitasnya masih bermasalah. Namun pihak kepolisian tengah mengurusnya di kedutaan. Kondisinya cukup m

DMCA.com Protection Status