Dari postur tubuh dan juga penampilannya, sangat jelas jika orang yang diperintahkan oleh John masuk terlebih dahulu untuk melawan Lucas, memiliki kemampuan yang beladiri yang tinggi. Namun apakah memang kemampuan aslinya berbanding lurus dengan perawakannya?“Apakah kamu memiliki pesan terakhir yang ingin kamu sampaikan kepada keluargamu?” tanya pria berbadan besar.Dia begitu percaya diri sekali bisa menang melawan Lucas. Dia menganggap jika Lucas hanyalah seorang pria yang besar mulut saja. Namun dia tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ahli beladiri. “Jangan banyak bicara, tunjukkan saja kemampuanmu!” seru Lucas dengan sorot mata yang tajam. “Cih! Berisik sekali!” ucap pria itu.John berdiri di samping ring. Sambil mengoyak-oyak ring seperti orang kesurupan, dia berkata, ‘Pertarungan dimulai!”Para penonton lebih bersemangat. Mereka bersorak-sorai dengan semangat.“Maju!” seru pria berbadan besar itu.Lucas dengan tenang, berjalan mendekat. Dia seperti
Pria berambut mohawk itu sudah berada di depan Lucas dengan cepat. Dia sempat tersenyum sambil melepaskan sebuah pukulan. Pria itu begitu percaya diri, pukulannya dapat telak mengenai Lucas.Namun kemudian dia terhuyung ke depan karena keseimbangannya terganggu akibat hanya memukul angin.“Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin dia bisa menghindarinya?”Lucas langsung menendang punggung pria itu hingga membuatnya menghantam kawat besar pembatas ring.Pria berambut mohawk itu memegang punggungnya sambil meringis kesakitan. “Apakah seorang ahli beladiri cengeng sepertimu?” tanya Lucas.John merasa jika kondisi ini bisa membahayakan baginya. Oleh karena itu, dia langsung membuka pintu ring dan menyuruh salah satu petarungnya masuk.Dia asal menarik saja. Dan seorang pria gempal masuk ke dalam ring.“Aku dipanggil ‘Badak Penghancur’ bukan tanpa alasan. Itu semua karena kekuatanku bisa menghancurkan semua orang!” ucap pria berbadan gempal itu.Lucas menoleh ke arah John dan mendekatinya. Lalu
Kemunculan Dante membuat heboh seisi arena tinju Brotherhood. Sebab, Dante bukan hanya dikenal oleh John saja, tetapi hampir semua penonton setia tinju bawah tanah.“Itu, ‘kan, Dante? Master beladiri.”“Wah, aku tidak menyangka kalau Si Legendaris Dante bisa datang dan akan terlibat dalam pertandingan.”“Sungguh, harga tiket yang dijual sangat murah jika dibandingkan dengan petarung yang hadir. Ada Dante yang ada melawan Lucas. Ini sangat gila!” Semua orang senang dan bersemangat dengan kehadiran Dante. Mereka berekspektasi jika pertarungan nantinya akan lebih seru dan menegangkan.“Ya, ini aku. Apa kamu sudah lupa denganku?” tanya Dante.Sudah lebih dari 5 tahun Dante menghilang dari dunia bawah tanah. Dia dikabarkan pergi ke luar negeri untuk melatih ilmu beladirinya.Harga diri Dante sempat hancur kala dia kalah dalam pertarungan tinju bawah tanah melawan Laporte. Saat itu, Dante dijagokan untuk menang karena Laporte baru saja menjadi seorang master beladiri. Namun yang terjadi m
Semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat kini. Dante menghantam kawat pembatas ring hingga bolong dan terpental keluar ring. Sedangkan Lucas, dia hanya bergeser sejauh 1 meter saja.Kuatnya kuda-kuda yang dia pasang, membuatnya tetap berdiri kokoh meski harus sedikit terdorong ke belakang, membuat lantai ring hancur sejalan dengan tapak kaki Lucas.Para petarung yang ada di bawah ring, tercengang. Dia belum pernah melihat kekuatan semacam itu sebelumnya.“D-dia … sebenarnya dia itu siapa? Bagaimana kekuatannya bisa sehebat itu?”Pertanyaan itu yang ada di otak para petarung yang belum naik ring. Sebab mereka belum pernah melihat ada seorang petarung dengan kekuatan yang dahsyat.Mereka semua pun terkena mental seketika. Sekarang mereka takut untuk maju melawan Lucas. Mereka tidak mau mati.Yang wajahnya tegang karena sering ketakutan Bukan hanya mereka para petarung tetapi juga John Travis.Pertarungan kali ini dia membuat taruhan yang besar. Jika dia kalah, dia akan kehilan
John tidak memikirkan lagi tentang keselamatannya. Yang dia pikirkan hanyalah berjuang untuk terhindar dari kekalahan.Dia tidak mau kehilangannya sasana Brotherhood yang sudah dia bangun sejak sejak dari nol.John berlari dengan secepat mungkin. Lalu dia melompat dan melepaskan sebuah pukulan ke arah Lucas.Seperti sedang melawan anak kecil, Lucas menangkap pukulan itu dan menahan tangannya.“Sialan!” pekik John sambil memukul dengan tangan kiri. Namun pukulan itu ditangkis oleh Lucas dengan mudah.John berusaha untuk menarik tangan kanannya tetapi genggaman tangan Lucas sangat keras sehingga dia tidak bisa melepaskan diri.Dengan tekad untuk bisa mengalahkan Lucas, John memukul dengan tangan kiri dan mencoba untuk menendang dengan kedua kakinya. Namun sia-sia saja karena Lucas dengan sangat mudah menangkisnya.“Apakah kamu sudah lelah? Apakah sudah ingin menyerah?” tanya Lucas dengan sangat tenang.“Cih! Jangan harap aku akan menyerah. Tidak ada kata menyerah di kamus kehidupanku!”
Mike menghentikan langkah kakinya. Lalu dia menoleh ke arah Albin.“Memangnya aku mengatakan nama itu?” tanya Mike sambil berpura-pura berpikir.Albin mengangguk sambil berkata, “Ya, tadi kamu mengatakannya. Aku mendengarnya dengan jelas.”“Oh, iya, yang aku bilang aku akan kaya,” kata Mike. “aku mengatakannya karena memang akan mudah memasang taruhan jika dia bertanding. Dia pasti akan menang, ‘kan?”Albin menatap curiga kepada Mike. Dia tidak percaya begitu saja kepada Sang Walikota. Menurutnya, Mike sedang menyembunyikan sesuatu dan itu adalah tentang identitas Lucas.Tidak mungkin orang sekuat Lucas hanya orang biasa saja?Mike bergegas pergi. Dia tidak mau terlibat banyak percakapan dengan Albin karena pastinya dia akan pusing sendiri nantinya.Albin pun melangkahkan kakinya sambil mencoba mengesampingkan kecurigaannya kepada Lucas. Pulang nanti, barulah dia akan mencari tahu siapa Lucas sebenarnya.Sesampainya di sana, terlihat Gigio, Mike dan Lucas sedang merayakan kemenangan.
Semua kata kunci mengenai Lucas tidak ditemukan. Yang ada hanya beberapa orang yang berbeda dari Lucas dan tidak ada yang spesial darinya.Albin terdiam sejenak. Lalu dia pun mencari informasi tentang “The Obsidian Blade”. Dia berharap jika The Obsidian Blade adalah Lucas.Namun, lagi-lagi, tidak ada informasi yang valid tentang siapa sosok The Obsidian Blade yang melegenda di kalangan dunia bawah tanah. Yang ada di internet hanyalah perdebatan tentang siapa sosok sang Raja Mafia yang baru. Dan hanya menjelaskan jika The Obsidian Blade adalah raja mafia terkuat yang pernah ada.“Sialan! Kenapa begitu sulit untuk mencari informasi tentang Lucas! Kenapa dia begitu misterius!” kesal Albin.Tiba-tiba terbesit sebuah rencana untuk mencari tahu siapa sosok Lucas langsung dari mulut ibunya. Tentu jika bertanya langsung kepada sang ibu, kemungkinan besar dia akan mendapatkan informasi yang valid. “Ah, besok aku akan menemui ibunya. Siapa tahu dia mau memberi informasi mengenai sosok Lucas ya
Di banyak kesempatan, Angeline selalu saja membuat kesal. Namun di beberapa kesempatan pula, dia membuat Lucas tersenyum.Seperti saat ini, perhatiannya ini sudah membuat Lucas senang.Ternyata Angeline juga bisa merasa cemas kepadanya seperti Viviana. ‘Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?’ tanya Lucas.‘Tadi bi Lea melapor kepadaku kalau ada suara ledakan di depan rumah. Dan saat dia akan mengecek, katanya kamu melarangnya. Sebenarnya, ada apa?’ Angeline merasa sangat penasaran sekali.‘Oh itu, tidak apa-apa. Hanya ada suara ban mobil yang pecah,’ jawab Lucas sekenanya.‘Ban mobil? Apa kamu yakin?’ tanya Angeline.Wanita itu seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lucas. Ban mobil pecah, meskipun mungkin saja bisa terjadi, tetapi sangat langka.Apalagi seseorang yang memiliki rumah di sana bukanlah orang sembarangan. Meski perumahan itu hanyalah kelas 3, namun orang-orang kaya saja yang bisa membelinya.Tentu, mengganti ban mobil yang sudah tipis, sangat mudah bagi mer
Ashton tersenyum tipis, ekspresinya berubah dingin. "Kamu tidak perlu tahu detailnya. Percayalah padaku, Lucas akan mendapatkan balasannya. Tapi tidak dengan cara murahan.""Kakak hanya menyuruhku menunggu? Lagi? Sampai kapan?" Luki hampir berteriak, suaranya bergetar karena frustasi."Ya," jawab Ashton singkat. "Menunggu adalah bagian dari strategi.""Strategi apa? Katakan kepadaku apa strategi yang kamu susun!" Luki mendekat lagi, menantang. "Sudah aku bilang, kamu tidak perlu tahu!” ucap Ashton, kesal."Kak, kamu harus segera bertindak. Waktu kita tidak banyak!" Luki berkata dengan nada tegas, matanya menatap Ashton dengan tajam. Dia semakin tak sabar lagi menunggu dan terus menunggu entah sampai kapan.Ashton menghela napas panjang, menekan rasa frustrasinya yang semakin memuncak. "Luki, aku yang akan melakukan semuanya, bukan kamu. Jadi, aku yang akan menentukan kapan dan bagaimana semuanya berjalan.""Tapi kamu terlalu lambat, Kak. Kalau tidak gerak cepat, nanti Lucas bisa memb
Semalaman, Lucas sama sekali tidak berbicara dengan Angeline. Sebab ketika dia pulang, Angeline sudah naik ke kasur dan dalam proses tidur. Angeline bahkan menolak berbicara meski Lucas hanya bertanya tentang kemana dia pergi.Namun Lucas mengerti. Dia pun memilih untuk mandi dan kemudian tidur. Dia tidak memaksa Angeline untuk bercerita karena masih merasa tidak enak hati akibat masalah Stella.Saat pergi ke kantor pun, tidak ada pembicaraan apapun. Mereka saling diam seperti tidak saling kenal.“Aku akan membantumu menyelesaikan laporan ini jika kamu berkenan,” kata Lucas saat tiba di ruang kerja direktur pemasaran, untuk membuka pembicaraan.“Ya, kamu bisa selesaikan itu. Aku akan mengerjakan yang lain,” kata Angeline.Ponsel yang tergeletak di meja berdering. Angeline meraihnya tanpa melihat siapa yang menelepon."Angeline." Suara Ashton terdengar di ponsel.Angeline, yang tengah menyelesaikan laporan keuangan di mejanya, melirik sekilas ke arah Lucas. Pria itu duduk di kursi di s
Pintu sebuah ruangan dibuka oleh pria tua itu. Dia pun kemudian mengulurkan tangannya ke dalam. “Silakan masuk!”Matteo pun melangkahkan kakinya masuk.Ruangan itu tampak seperti potongan waktu dari abad pertengahan, dengan sentuhan keanggunan yang menggambarkan kemewahan kaum aristokrat.Dinding-dindingnya dilapisi panel kayu ek yang berukir rumit, menampilkan pola daun akantus dan bunga lili khas kerajaan. Di atasnya, tergantung permadani besar yang menggambarkan perburuan abad pertengahan, warna-warnanya mulai pudar namun masih memancarkan keindahan.Matteo yang memiliki rumah modern dan futuristik, cukup berbanding terbalik pandangannya terhadap ruangan itu. Dia malah merasa heran kenapa ada orang yang memiliki selera seperti ini.Seorang pria paruh baya, berdiri dari kursinya dan melangkah maju. Langkah kakinya lambat namun begitu elegan, bagaikan seorang raja kerajaan besar.“Matteo Bellucci, senang bisa bertemu denganmu. Sebuah kehormatan dapat dikunjungi olehmu,” ucap Laurence
Gigio merasa jauh lebih tenang jika ada Lucas di belakangnya, meskipun yang akan dilawannya adalah Matteo.“Baik. Aku akan mengikuti semua perintahmu, Lucas. Aku percayakan semuanya padamu!” ucap Gigio.Albin juga mengangguk. Dia juga merasa percaya dengan Lucas.“Oh iya, maaf jika pembicaraanku menyimpang, tapi menurutku ini sangat penting juga,” ucap Albin.Lucas dan Gigio langsung menoleh ke arah Albin dan menatapnya.“Ada apa, Albin. Katakan saja!” ucap Lucas.“Aku baru saja mendapat laporan dari atasan. Dia mengatakan kalau masalah di sasana Dragon's Den menjadi perhatian lebih bagi institusi kepolisian. Sebab, banyak warga yang melihat kejadian dan banyak yang mempertanyakan tentang hal itu,” ungkap Albin.“Hasilnya, kepolisian mendapat banyak tekanan publik untuk mengungkap kejadian sebenarnya,” lanjutnya.Gigio terkejut mendengarnya. Dia pun menjadi cemas dan langsung menatap Lucas. Gigio tahu, jika ada beberapa oknum polisi yang bisa disogok, namun ada banyak pula yang tidak
Lucas baru saja akan keluar rumah, panggilan suara di ponselnya masuk. Dari Angeline. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkatnya. "Lucas, kamu di mana?" Suara Angeline di telepon terdengar tenang, namun tersirat keingintahuan yang kuat. Padahal Lucas belum sempat bertanya kepada Angeline. Napasnya terdengar berat, tetapi dia berusaha menjaga nada suaranya tetap datar. "Kamu dari mana saja? Kenapa tidak dijawab panggilanku?""Ah, aku hanya keluar sebentar. Sekarang aku sudah di rumah."Lucas menghela napas lega, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas."Aku di rumah Ibu sekarang." Lucas memutuskan untuk menyelipkan informasi itu, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak berbuat sesuatu yang mencurigakan."Rumah Ibu?" Suara Angeline terdengar sedikit cemas. "Kenapa tiba-tiba ke sana? Apa Ibu sakit?"Lucas menarik napas dalam-dalam. "Aku hanya mengunjungi Ibu saja sebentar. Dia dalam kondisi sehat. Kamu jangan khawatir.”Ada keheningan di ujung sana sebelum Angeline akhirnya m
Ashton tersenyum kecil, seperti seseorang yang tahu lebih dari seharusnya."Hanya firasat, Angeline. Kamu kelihatan seperti orang yang sedang berusaha mengabaikan perasaanmu,” ucap Ashton.Dia tidak menjawab. Matanya kembali menatap cangkir kopi yang kini tinggal setengah."Kamu tahu, aku bisa membantumu," lanjut Ashton."Bantuan apa?" tanya Angeline, kali ini lebih tajam."Apa pun yang kamu butuhkan. Aku tahu kamu sedang menghadapi sesuatu yang besar. Jangan ragu meminta bantuanku. Kita tidak harus selalu berseberangan." Ashton menatap lekat Angeline, mencoba meyakinkan wanita di depannya.Angeline terkekeh pelan, tapi tanpa jejak humor. "Kamu berpikir bisa membantu tanpa tahu apa yang aku hadapi, itu sudah sangat memaksakan diri.""Ya kali aja. Aku tahu banyak tentang kamu, tentang keluargamu dan juga ... Lucas."Angeline mendadak diam, ekspresinya yang dingin mulai retak. "Apa yang kamu tahu tentang Lucas?""Lebih dari yang kamu kira." Ashton menjawab sambil melipat tangan di atas
Hani menoleh ke belakang. Wajahnya kembali menjadi sedih saat ini.“Yang meninggal adalah Kakakku,” terang Hani.Lucas menarik napasnya dalam-dalam setelah mendengar itu. “Jadi dia Kakakmu?”Hani mengangguk kecil. “Dia bahkan lebih dari seorang kakak bagi kami. Dia sudah seperti ayah. Semenjak ayah meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga. Baru beberapa bulan ini saja aku bisa membantu.”Hani kemarin menatap Lucas dengan air mata yang menggenang. “Dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Tapi api kenapa nasibnya begitu mengenaskan? Bahkan dia harus dibunuh dengan keji.”Lucas mengusap pundak Hani, berusaha untuk menenangkannya.“Ya, benar. Kakakmu adalah orang yang baik. Aku sangat kehilangannya,” ucap Lucas.Hani mengangguk sambil menyeka air mata yang terus keluar.“Kalau boleh tahu, sejak kapan Bapak kenal dengan kakakku? Sepertinya dia tidak pernah cerita jika punya teman seperti Bapak,” tanya Hani.“Sebenarnya aku baru bertemu dengannya. Aku adalah pemilik baru sasana Bro
Lucas mencoba untuk mendengarkan penjelasan dari Mike dulu. Dia tidak mau langsung berspekulasi dengan apa yang terjadi.‘Maaf The Obsidian Blade, aku sudah berusaha untuk membendung media agar tidak memberitakan apa yang terjadi di sasana Dragon's Den, namun sepertinya masih ada banyak kebocoran di sana-sini apalagi dari video amatir warga. Jadi, sekarang banyak berkeliaran video di mana Dragon's Den saat sedang dihancurkan,’ ungkap Mike.Lucas terdiam beberapa saat. Dia memutar otak bagaimana caranya agar semuanya menjadi baik-baik saja.Mike tentu saja bertambah cemas saat ini karena Lucas tidak memberikan reaksi apapun. Mike tidak tenang.‘Mohon maaf, The Obsidian Blade! Aku salah karena tidak maksimal dalam tugas kali ini. Tapi aku berjanji akan menyelesaikannya dengan cepat. Aku akan menambah tim untuk memutus penyebaran video-video itu,’ kata Mike dengan suara yang terdengar bersungguh-sungguh.‘Aku mengerti, Mike. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Terima kasih karen
Amarah dan juga dendam yang ada di dalam diri Matteo tidak terbendung lagi. Dia sangat ingin melihat Lucas merangkak dan bersujud di kakinya untuk meminta maaf.Amarah dan dendam yang dimiliki oleh Matteo, jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Lucas.Jika Lucas marah dan dendam saat dia melihat anak buahnya menjadi korban, Matteo berbeda. Dia marah dan dendam kepada Lucas karena harga dirinya telah diinjak-injak. Selain itu, bisnisnya pun dirusak oleh Lucas.Matteo mementingkan dirinya sendiri.John mematung setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Matteo. Dia tidak bisa berkomentar apapun karena dia pun bingung.“Aku akan menemui Raja Verdansk secepatnya. Jika sudah mendapatkan jadwal bertemu, aku akan langsung pergi menemuinya,” kata Matteo.John mengangguk sambil berkata, “Jika masalah itu, aku serahkan semuanya padamu. Aku tidak bisa berpendapat apalagi sampai ikut memutuskan. Hanya saja, aku mau memberikanmu satu saran.”Matteo biasanya selalu memutuskan semuanya sendiri dan