Kemunculan Dante membuat heboh seisi arena tinju Brotherhood. Sebab, Dante bukan hanya dikenal oleh John saja, tetapi hampir semua penonton setia tinju bawah tanah.“Itu, ‘kan, Dante? Master beladiri.”“Wah, aku tidak menyangka kalau Si Legendaris Dante bisa datang dan akan terlibat dalam pertandingan.”“Sungguh, harga tiket yang dijual sangat murah jika dibandingkan dengan petarung yang hadir. Ada Dante yang ada melawan Lucas. Ini sangat gila!” Semua orang senang dan bersemangat dengan kehadiran Dante. Mereka berekspektasi jika pertarungan nantinya akan lebih seru dan menegangkan.“Ya, ini aku. Apa kamu sudah lupa denganku?” tanya Dante.Sudah lebih dari 5 tahun Dante menghilang dari dunia bawah tanah. Dia dikabarkan pergi ke luar negeri untuk melatih ilmu beladirinya.Harga diri Dante sempat hancur kala dia kalah dalam pertarungan tinju bawah tanah melawan Laporte. Saat itu, Dante dijagokan untuk menang karena Laporte baru saja menjadi seorang master beladiri. Namun yang terjadi m
Semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat kini. Dante menghantam kawat pembatas ring hingga bolong dan terpental keluar ring. Sedangkan Lucas, dia hanya bergeser sejauh 1 meter saja.Kuatnya kuda-kuda yang dia pasang, membuatnya tetap berdiri kokoh meski harus sedikit terdorong ke belakang, membuat lantai ring hancur sejalan dengan tapak kaki Lucas.Para petarung yang ada di bawah ring, tercengang. Dia belum pernah melihat kekuatan semacam itu sebelumnya.“D-dia … sebenarnya dia itu siapa? Bagaimana kekuatannya bisa sehebat itu?”Pertanyaan itu yang ada di otak para petarung yang belum naik ring. Sebab mereka belum pernah melihat ada seorang petarung dengan kekuatan yang dahsyat.Mereka semua pun terkena mental seketika. Sekarang mereka takut untuk maju melawan Lucas. Mereka tidak mau mati.Yang wajahnya tegang karena sering ketakutan Bukan hanya mereka para petarung tetapi juga John Travis.Pertarungan kali ini dia membuat taruhan yang besar. Jika dia kalah, dia akan kehilan
John tidak memikirkan lagi tentang keselamatannya. Yang dia pikirkan hanyalah berjuang untuk terhindar dari kekalahan.Dia tidak mau kehilangannya sasana Brotherhood yang sudah dia bangun sejak sejak dari nol.John berlari dengan secepat mungkin. Lalu dia melompat dan melepaskan sebuah pukulan ke arah Lucas.Seperti sedang melawan anak kecil, Lucas menangkap pukulan itu dan menahan tangannya.“Sialan!” pekik John sambil memukul dengan tangan kiri. Namun pukulan itu ditangkis oleh Lucas dengan mudah.John berusaha untuk menarik tangan kanannya tetapi genggaman tangan Lucas sangat keras sehingga dia tidak bisa melepaskan diri.Dengan tekad untuk bisa mengalahkan Lucas, John memukul dengan tangan kiri dan mencoba untuk menendang dengan kedua kakinya. Namun sia-sia saja karena Lucas dengan sangat mudah menangkisnya.“Apakah kamu sudah lelah? Apakah sudah ingin menyerah?” tanya Lucas dengan sangat tenang.“Cih! Jangan harap aku akan menyerah. Tidak ada kata menyerah di kamus kehidupanku!”
Mike menghentikan langkah kakinya. Lalu dia menoleh ke arah Albin.“Memangnya aku mengatakan nama itu?” tanya Mike sambil berpura-pura berpikir.Albin mengangguk sambil berkata, “Ya, tadi kamu mengatakannya. Aku mendengarnya dengan jelas.”“Oh, iya, yang aku bilang aku akan kaya,” kata Mike. “aku mengatakannya karena memang akan mudah memasang taruhan jika dia bertanding. Dia pasti akan menang, ‘kan?”Albin menatap curiga kepada Mike. Dia tidak percaya begitu saja kepada Sang Walikota. Menurutnya, Mike sedang menyembunyikan sesuatu dan itu adalah tentang identitas Lucas.Tidak mungkin orang sekuat Lucas hanya orang biasa saja?Mike bergegas pergi. Dia tidak mau terlibat banyak percakapan dengan Albin karena pastinya dia akan pusing sendiri nantinya.Albin pun melangkahkan kakinya sambil mencoba mengesampingkan kecurigaannya kepada Lucas. Pulang nanti, barulah dia akan mencari tahu siapa Lucas sebenarnya.Sesampainya di sana, terlihat Gigio, Mike dan Lucas sedang merayakan kemenangan.
Semua kata kunci mengenai Lucas tidak ditemukan. Yang ada hanya beberapa orang yang berbeda dari Lucas dan tidak ada yang spesial darinya.Albin terdiam sejenak. Lalu dia pun mencari informasi tentang “The Obsidian Blade”. Dia berharap jika The Obsidian Blade adalah Lucas.Namun, lagi-lagi, tidak ada informasi yang valid tentang siapa sosok The Obsidian Blade yang melegenda di kalangan dunia bawah tanah. Yang ada di internet hanyalah perdebatan tentang siapa sosok sang Raja Mafia yang baru. Dan hanya menjelaskan jika The Obsidian Blade adalah raja mafia terkuat yang pernah ada.“Sialan! Kenapa begitu sulit untuk mencari informasi tentang Lucas! Kenapa dia begitu misterius!” kesal Albin.Tiba-tiba terbesit sebuah rencana untuk mencari tahu siapa sosok Lucas langsung dari mulut ibunya. Tentu jika bertanya langsung kepada sang ibu, kemungkinan besar dia akan mendapatkan informasi yang valid. “Ah, besok aku akan menemui ibunya. Siapa tahu dia mau memberi informasi mengenai sosok Lucas ya
Di banyak kesempatan, Angeline selalu saja membuat kesal. Namun di beberapa kesempatan pula, dia membuat Lucas tersenyum.Seperti saat ini, perhatiannya ini sudah membuat Lucas senang.Ternyata Angeline juga bisa merasa cemas kepadanya seperti Viviana. ‘Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?’ tanya Lucas.‘Tadi bi Lea melapor kepadaku kalau ada suara ledakan di depan rumah. Dan saat dia akan mengecek, katanya kamu melarangnya. Sebenarnya, ada apa?’ Angeline merasa sangat penasaran sekali.‘Oh itu, tidak apa-apa. Hanya ada suara ban mobil yang pecah,’ jawab Lucas sekenanya.‘Ban mobil? Apa kamu yakin?’ tanya Angeline.Wanita itu seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lucas. Ban mobil pecah, meskipun mungkin saja bisa terjadi, tetapi sangat langka.Apalagi seseorang yang memiliki rumah di sana bukanlah orang sembarangan. Meski perumahan itu hanyalah kelas 3, namun orang-orang kaya saja yang bisa membelinya.Tentu, mengganti ban mobil yang sudah tipis, sangat mudah bagi mer
Diaz mencoba untuk mengingat-ingat kembali dengan apa yang baru saja terjadi. Dia mencoba mengingat sosok yang berada di dalam mobil. “Tidak, aku cuma ingat tentang tadi. Saat aku menembak, seorang yang keluar itu seperti seorang pria dan bukan wanita,” kata Diaz dengan mata yang menatap ke atas.Sabrina berkata, “Oh, iya, itu pasti si sampah. Dia memang selalu menjadi sopir Angeline. Biarkan saja, yang penting teror pertama sudah dijalankan. Mereka pasti akan cemas dan tidak bisa tidur malam ini. Hahaha…”Diaz tidak memberikan reaksi apapun atas apa yang dikatakan oleh Sabrina. Sebab dia masih berpikir tentang sosok pria yang dia lihat hanya sekilas itu.Pria itu seperti tidak asing dan Diaz merasa pernah bertemu dengannya. Tapi karena tidak jelas, jadi dia tidak mengingat pria itu siapa.“Hey, kenapa kamu diam saja? Apakah kamu takut dengan suaminya Angeline?” tanya Sabrina sambil tersenyum.Dia mencoba menggoda Diaz agar pria itu kesal tapi nyatanya tidak terjadi.Diaz begitu kera
Didesak seperti itu oleh keluarganya membuat Angeline sangat kesal. Dia sangat kecewa kenapa selalu dia yang dikorbankan.“Ya, itu semua karena salahmu. Karena salah pria bodoh yang bersamamu itu!” ucap Jeremy dengan suara bergetar karena penuh amarah.“Kita semua sudah mengatakan kepadamu untuk meninggalkannya. Tapi kamu tidak mendengarkan kami. Bahkan nasihat-nasihat dari nenek pun tidak pernah kamu dengarkan. Sekarang yang susah, siapa? Kita semua!” Jeremy bicara sambil menunjuk wajah Angeline Ryan meremas jari-jemarinya. Dia juga merasa jika semua ini bisa terjadi akibat anaknya yang terus mempertahankan hubungan dengan Lucas Namun dia juga tidak tega melihat anaknya terus ditekan dan dipersalahkan seperti ini. Dia ingin membela tetapi tidak menemukan solusi yang bisa diberikan.Jeremy menoleh ke arah Lisa dan berkata, “Nenek, sebaiknya Angeline saja yang menyelesaikan masalah ini semua. Bukankah ini adalah kesalahannya? Jika perlu, aku juga akan menyeret si sampah itu ke hadapa
Deni berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat. Napasnya memburu.“A-aku akan pergi,” kata Deni pada akhirnya. “aku akan pergi ke rumah wanita itu, seperti yang diminta oleh Bos Lucas. Aku akan minta maaf.”Hugo mendengus kecil. “Bagus.”Ia menatap Deni dengan dingin, lalu menepuk pelan pipi pria itu, bukan seperti menenangkan, tapi mengingatkan. “Kau beruntung masih ingat. Kupikir kau akan lupa. Dan kalau itu terjadi… kehancuranmu akan datang lebih cepat dari yang kau kira.”Deni buru-buru menggeleng. “Tidak … tidak. Aku tidak mungkin lupa. Janji pada Bos Lucas, mana mungkin aku abaikan.”Morris menyilangkan tangan. “Kalau begitu, segera berangkat. Bawa anak-anakmu juga. Suruh mereka minta maaf bersama.”“Baik. Setelah kalian pergi, aku akan ke sana,” ucap Deni seraya menunduk.Morris menyipitkan mata. Lalu dia berkata, “Aku tidak ke mana-mana. Aku akan ikut. Aku ingin melihat langsung bagaimana kau merendahkan harga dirimu.”Tenggorokan Deni terasa kering. Ia menelan ludah keras-ker
“Aku nggak percaya Ibu benar-benar mengizinkannya,” ucap Kai dengan wajah berseri. “Aku janji, Bos. Aku akan latihan dengan sungguh-sungguh. Aku akan jadi petarung yang hebat!”Lucas memandangnya sebentar. “Latihlah dulu hatimu sebelum tubuhmu.”Kai mengernyit. “Maksud Bos?”“Kamu harus bayar kepercayaan ibumu. Jangan kecewakan dia. Kamu tahu, kepercayaan itu mahal. Kalau kau gagal, kau bukan cuma jatuh, kamu menghancurkan harapannya.”Kai mengangguk cepat, wajahnya berubah serius. “Aku mengerti. Aku nggak akan mengecewakannya. Aku akan buat Ibu bangga. Dan suatu hari nanti ... aku akan bawa dia keluar dari kemiskinan ini.”Liana yang sejak tadi diam, menghela napas pelan. “Tapi ... kalau bisa jangan ikut tinju bawah tanah, ya. Latihan saja. Jangan sampai cedera.”Kai menoleh ke ibunya, lalu tersenyum kecil. “Itu tidak bisa, Bu. Dari mana aku dapat uang kalau tidak bertarung?”“Uang?” Liana mengernyit.Kai mengangguk. “Iya. Satu pertandingan bisa dapat bayaran besar. Bahkan lebih besa
“Aku masih tidak percaya,” kata Kai sambil berjalan di samping Lucas. “Bos Lyacs tadi seperti Raja Iblis turun dari langit.”Lucas tidak menjawab. Langkah kakinya tetap stabil, matanya lurus ke depan seperti tak terganggu oleh pujian itu.“Kamu tahu, Bos? Tadi itu benar-benar gila. Tujuh orang siap menghajarmu, dan Bos tidak bergerak sedikit pun. Tapi, mereka semua malah mundur sendiri. Itu bukan karena kekuatan fisikmu. Itu karena aura dan wibawamu, Bos. Kamu ... benar-benar luar biasa, Bos.”Lucas tetap diam.Kai tertawa kecil. “Aku pikir kita bakal baku hantam habis-habisan. Ternyata, cukup dengan satu kalimat: 'Dia adalah pemilik Sasana Brotherhood,' dan semuanya selesai. Mereka takut.”Lucas akhirnya berbicara, suaranya tenang dan datar. “Jangan lakukan itu lagi.”Kai mengerutkan dahi. “Lakukan apa?”“Jangan pernah bongkar siapa aku. Bahkan jika nyawamu terancam sekalipun.”Kai langsung berhenti melangkah. “A-aku ... aku hanya ingin melindungimu, Bos. Dan juga ingin menyelesaikan
“Serang dia! Hajar sampai mati kalau perlu! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini hidup-hidup!” bentak Tuan Deni, suaranya membelah udara seperti cambuk api.Anak buahnya langsung bereaksi. Tujuh pria berbadan besar dengan mata merah menyala menerjang maju. Tinju mereka terkepal, siap menghantam. Suara langkah kaki mereka bergemuruh seperti kawanan banteng yang menyeruduk liar.Namun Lucas tidak bergeming.Dia berdiri di tempat, tangan tetap dimasukkan ke saku celana, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.Dia justru menyeringai.“Lucu,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara kepada diri sendiri. “Anak-anak taman kanak-kanak diajak tawuran.”Tepat ketika preman-preman itu hendak menyentuh jarak tempur, sebuah suara melengking memecah suasana.“Berhenti!”Semua orang membeku.Kai melangkah maju, berdiri di antara Lucas dan para preman, tubuhnya gemetar tapi matanya bulat penuh tekad.“Berhenti! Jangan sentuh dia!”Tuan Deni mendelik. “Kau gila, bocah?! Minggir!”Kai menel
Kai bergegas ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa. Langkahnya tergesa, tangannya cepat meraih gayung dan menampung air di ember kecil yang ada di sana.Sementara itu, Liana masih berdiri di ruang tamu dengan tubuh gemetar.“Bos Lucas…” katanya lirih. “Tolong … batalkan niatmu pergi ke tempat Tuan Deni.”Lucas menoleh perlahan, matanya tenang namun tajam. “Kenapa?”“Aku tidak ingin ada keributan lagi. Aku tidak ingin kamu menyulut api lebih besar,” ucap Liana, suaranya gemetar. “tolong, cukup sampai di sini. Nantinya, aku yang akan repot karena aku yang pastinya akan dikejar-kejar oleh mereka.”Lucas menghela napas pelan. “Tenang. Aku akan menyelesaikan ini supaya tidak ada masalah di kemudian hari.”“Tidak seperti itu maksudku,” Liana cepat-cepat menimpali. “pokoknya jangan ke sana! Jangan menantang Tuan Deni! Dia bukan orang biasa, Lucas.”Langkah Kai terdengar dari lorong. Dia muncul sambil membawa gayung berisi air, menetes-netes di lantai.“Ibu, tenanglah,” katanya sambil menyerah
Pria bertubuh besar dengan suara bak halilintar itu berdiri di depan pintu. Wajahnya penuh kemarahan. Tato naga hitam menghiasi lengan kirinya, dan rantai emas tebal menggantung di lehernya.“Kamu tidak perlu ikut campur kecuali kamu mau mendapat masalah!” ucap pria bernama Baron.“Namaku Lucas,” jawabnya tenang, lalu menyunggingkan senyum dingin. “nama belakangku ‘masalah’. Jadi, aku sudah akrab dengan yang namanya masalah.”Baron mendecih. “Sialan.”Lucas melipat tangan di dada. “Sekarang jelaskan, kau ini siapa dan kenapa mencari Liana?”Baron menoleh ke arah Liana yang berada di balik Lucas. “Bukan urusanmu. Aku di sini untuk menagih utang.”Liana melangkah maju dengan wajah tegang. “Baron, aku sudah bilang, aku butuh waktu. Aku belum punya uangnya sekarang.”Baron mengangkat alis. “Waktu? Sudah cukup banyak waktu kau minta, Liana. Tapi utang tetap utang. Harus dibayar sekarang juga sesuai dengan perjanjian! Paham!”Kai langsung berdiri dari tempat duduknya. “Jangan bentak ibu say
“Bukti adalah segalanya,” gumam Angeline pelan, matanya masih terpaku pada lima nama di atas kertas.Nero berdiri tegak di hadapannya. “Buktinya akan menyusul, Bu Presdir.”Angeline menatapnya tajam. “Maksudmu?”“Pak Jack Will yang akan menyerahkannya,” jelas Nero tanpa ragu.Kening Angeline berkerut. “Kau sudah memberitahu Pak Jack Will sebelum memberitahuku?”Nero mengangguk. “Iya, Bu. Kebetulan kemarin saya tidak sengaja bertemu dengannya.”“Ya sudah… kalau pemilik perusahaan ini sudah tahu, bagaimana lagi.” Nada suaranya datar, tapi matanya menyimpan segunung beban.Nero menunggu sejenak, lalu bertanya hati-hati, “Kalau begitu, apa langkah selanjutnya? Apakah kelima orang ini langsung dipecat dan diproses hukum?”Angeline menggeleng perlahan. “Tidak. Kita tunggu saja Pak Jack Will. Aku tidak ingin gegabah.”“Baik,” kata Nero, menunduk hormat, mengikuti keputusannya.Sabrina, yang sejak tadi diam, mengambil berkas itu dan membacanya. Matanya membelalak. “Mereka… mereka semua orang
“Fokus! Jangan seperti anak kecil yang baru belajar berdiri!”Suara Grandmaster Xena menggema di tengah tanah lapang yang dikelilingi pohon-pohon tinggi.Dario terhuyung, peluh menetes dari dagunya. Dia menarik napas panjang lalu kembali ke posisi kuda-kuda.“Maaf, Bibi Xena,” katanya sambil menggertakkan gigi.“Tutup mulutmu! Ulangi gerakan ‘Naga Membelah Awan’ dari awal!”Dario mengangguk. Dia memutar tubuh, mengangkat kaki dan mengayunkannya dalam gerakan melingkar. Namun sebelum selesai sesuatu yang tidak terduga terjadi.Wussh!Sebuah pukulan dari tenaga dalam melesat seperti bola angin, menghantam pundaknya.Bruuuk!Tubuh Dario terpelanting sejauh 10 meter dan menghantam tanah dengan suara keras.“Gah!”“Lakukan gerakan yang benar!” seru Xena dingin.“Aku sudah melakukan dengan benar…” Dario mengerang sambil berusaha bangkit.Xena menyipitkan mata. “Kamu kira aku buta? Mataku masih tajam, bahkan bisa melihat lalat yang hinggap di jarum!”Dario buru-buru menggeleng. “Tidak! Aku t
Di kepala Lucas, adegan-adegan panas telah tersaji, membuat dia semakin bergairah.Otaknya pun mencari cara bagaimana dia bisa membuat Angeline mau melayaninya.Tangannya secara perlahan memijat pundak dan turun ke lengan. Dia sebisa mungkin menyentuh kulit Angeline yang saat ini sudah hanya mengenakan tanktop warna putih saja.“Aku sudah menghabiskannya.” Angeline berkata sambil menunjukkan gelas yang telah kosong.“Bagus. Sebentar lagi lelahmu akan hilang,” kata Lucas seraya mengambil gelas itu.Lucas pun meletakkan gelasnya ke meja.“Aku akan mandi dulu,” kata Angeline.Buru-buru, Lucas kembali dan memegang pundak Angeline sambil berkata, “Apakah kamu nggak mau dipijat dulu? Setelah dipijat, baru mandi. Bagaimana?”Angeline bertanya, “Apakah itu tidak apa-apa? Kamu tidak lelah?”Lucas melanjutkan pijatannya. “Tidak. Hari ini aku hanya mengadakan rapat saja di sasana tidak ada hal berat yang aku lakukan.”“Hmm … baiklah. Terima kasih!” ucap Angeline.Dari belakang, dada Angeline te