Diaz mencoba untuk mengingat-ingat kembali dengan apa yang baru saja terjadi. Dia mencoba mengingat sosok yang berada di dalam mobil. “Tidak, aku cuma ingat tentang tadi. Saat aku menembak, seorang yang keluar itu seperti seorang pria dan bukan wanita,” kata Diaz dengan mata yang menatap ke atas.Sabrina berkata, “Oh, iya, itu pasti si sampah. Dia memang selalu menjadi sopir Angeline. Biarkan saja, yang penting teror pertama sudah dijalankan. Mereka pasti akan cemas dan tidak bisa tidur malam ini. Hahaha…”Diaz tidak memberikan reaksi apapun atas apa yang dikatakan oleh Sabrina. Sebab dia masih berpikir tentang sosok pria yang dia lihat hanya sekilas itu.Pria itu seperti tidak asing dan Diaz merasa pernah bertemu dengannya. Tapi karena tidak jelas, jadi dia tidak mengingat pria itu siapa.“Hey, kenapa kamu diam saja? Apakah kamu takut dengan suaminya Angeline?” tanya Sabrina sambil tersenyum.Dia mencoba menggoda Diaz agar pria itu kesal tapi nyatanya tidak terjadi.Diaz begitu kera
Didesak seperti itu oleh keluarganya membuat Angeline sangat kesal. Dia sangat kecewa kenapa selalu dia yang dikorbankan.“Ya, itu semua karena salahmu. Karena salah pria bodoh yang bersamamu itu!” ucap Jeremy dengan suara bergetar karena penuh amarah.“Kita semua sudah mengatakan kepadamu untuk meninggalkannya. Tapi kamu tidak mendengarkan kami. Bahkan nasihat-nasihat dari nenek pun tidak pernah kamu dengarkan. Sekarang yang susah, siapa? Kita semua!” Jeremy bicara sambil menunjuk wajah Angeline Ryan meremas jari-jemarinya. Dia juga merasa jika semua ini bisa terjadi akibat anaknya yang terus mempertahankan hubungan dengan Lucas Namun dia juga tidak tega melihat anaknya terus ditekan dan dipersalahkan seperti ini. Dia ingin membela tetapi tidak menemukan solusi yang bisa diberikan.Jeremy menoleh ke arah Lisa dan berkata, “Nenek, sebaiknya Angeline saja yang menyelesaikan masalah ini semua. Bukankah ini adalah kesalahannya? Jika perlu, aku juga akan menyeret si sampah itu ke hadapa
Resepsionis itu mengambil berkas yang dibawa Jeremy dan melihat isi depannya. Dia tidak berbicara apapun saat mengambil berkas itu.Sikapnya begitu mengerikan.Jika resepsionis saja sikapnya seperti ini, apalagi mereka yang merupakan para petinggi Serikat Dagang? Pasti 10 kali lebih dingin dan menakutkan.“Oh, jadi kamu ingin melaporkan pelanggaran kontrak yang diduga dilakukan oleh perusahaan Neo? Perusahaan itu merupakan perusahaan milik Keluarga Brown?” tanya resepsionis tanpa ekspresi apapun.Jeremy menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Ya, benar. Ada indikasi pelanggaran kontrak. Dan kami yakin memang ada. Maka dari itu kami melaporkannya ke Serikat Dagang karena kami tidak mampu menyelesaikannya sendiri.”“Ya, kamu tahu, jarak diantara keluargaku dengan keluarga Brown cukup jauh. Jadi, kami tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawan mereka,” lanjutnya sambil tersenyum.Niatnya Jeremy hanya bercanda saja untuk mencairkan suasana. Dengan tenang, menjurus ketidakpedulian, res
Jeremy tidak habis pikir dengan keakraban yang terjadi. Bahkan dirinya nyaris pingsan ketika Gigio merangkul Lucas dan membawanya masuk ke dalam gedung Serikat Dagang.“Bagaimana mungkin. Aku pasti telah salah lihat. Aku pasti berhalusinasi,” kata Jeremy dengan suara bergetar dan badan yang gemetaran.Tiba-tiba seorang satpam datang menghampirinya. Satpam itu bertanya dengan nada suara yang tinggi, “Ngapain kamu di sini? Kamu sedang mengawasi siapa?”Jeremy terlonjak hingga dia melompat kecil. Wajahnya pucat seperti seorang maling yang tertangkap basah sedang mencuri. “Ah, ini … hmmm … anu … aku —”.“Hah! Alasan saja! Cepat pergi!” seru Satpam itu sambil menarik tangan Jeremy.Jeremy tidak bisa menahan tarikan satpam itu yang keras. Dia pun mau tidak mau mengikutinya daripada tubuhnya terseret.Meskipun yang melakukan itu adalah seorang satpam, namun Jeremy tidak bisa macam-macam karena walau bagaimanapun satpam itu adalah pegawai Serikat Dagang.Di dalam hatinya, dia hanya mengumpa
Angeline sadar jika dirinya tidak bisa menunjukkan ketidaksukaan kepada Viviana karena latar belakang wanita itu. Selain itu, dia juga merasa gengsi.Jadi, dia memilih untuk meninggalkan Lucas dengan wanita cantik yang badannya lebih kurus darinya itu.‘Dasar laki-laki! Selalu saja tebar pesona! Menjijikan!’ batin Angeline.Lucas melihat kaki Viviana yang terlihat sudah sangat kokoh. Dia pun merasa senang karena hal itu.“Sepertinya, kamu sudah pulih dengan sangat cepat. Sekarang kondisimu jauh lebih baik lagi, ya,” ucap Lucas sambil memandang Viviana dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.Dengan bersemangat, Viviana berkata, “Iya, aku sekarang sudah sangat baik. Sepertinya sudah hampir 100% pulih.”Viviana menatap dalam kedua mata Lucas dengan tersirat kasih. “Semua ini karena Kak Lucas. Aku sangat berterima kasih sekali padamu. Selamanya, aku berhutang nyawa padamu.”“Jangan katakan seperti itu. Aku hanya membantu saja. Yang menyembuhkan itu Tuhan dan tubuhmu sendiri yang bereaksi
Aura seorang mafia kelas kakap, terlihat dari diri Matteo. Bahkan dari tatapan matanya saja, sudah menyiratkan jika dia adalah seorang pria yang bengis. John duduk di sofa tepat di hadapan Matteo. Dia duduk dengan sangat sopan. Sikapnya sekarang berbeda 180 derajat ketika dia bersama dengan orang lain, kepada ketua dewan rakyat pun tidak seperti ini, apalagi dengan orang-orang yang berada di bawahnya. Dia sangat angkuh sekali. Namun di hadapan Matteo, John bagaikan anak ayam tanpa induk. “Aku berikan waktu 5 menit untukmu menjelaskan apa keperluanmu menemuiku secara mendadak seperti ini!” ucap Matteo, tajam dan dingin. John mengangguk sambil berkata, “Terima kasih banyak, Ketua Matteo.” John kemudian menceritakan tentang apa yang baru saja dialaminya. Dia menceritakan kalau sasana Brotherhood miliknya telah diambil paksa oleh Lucas dan seseorang di belakang Lucas adalah Gigio. Matteo mengerutkan keningnya ketika John menyebut nama Wakil Serikat Dagang. “Maksudmu Gigio m
Matteo menganggap juga dia tidak akan bisa mendapatkan sesuatu hal yang menguntungkan baginya. Sebab seseorang di depannya itu tidak memiliki sesuatu hal yang dibutuhkan olehnya.“Memangnya apa yang kamu punya? Apa yang menguntungkan bagiku yang bisa kamu beri?” tanya Matteo dengan senyum tipis yang masih tersungging di wajahnya.John pun terdiam. Dia juga bingung apa yang bisa dia berikan kepada Matteo.“Sejujurnya aku juga bingung, Ketua. Semua yang aku miliki mungkin tidak berarti bagimu. Terserah saja apa yang ingin kamu ambil. Tapi yang pasti, aku akan mengabdi kepadamu dan akan menuruti semua perintahmu,” ucap John.“Baiklah, aku akan mempertimbangkannya. Sekarang kamu boleh pergi!” ucap Matteo.John langsung berdiri. Kemudian dia membungkukkan badannya untuk memberikan hormat kepada Ketua Serikat Dagang itu.***“Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan akses untuk bertemu pimpinan perusahaan Golden Star, ya? Aku sudah sangat ingin memberikan proposal kepada mereka,” tanya Angeli
Untuk saat ini, alasan yang paling masuk akal adalah Gigio tertarik dengan Angeline. Sebab jika tidak ada sesuatu hal yang bisa diambil dari kedekatan mereka, sudah pasti Gigio tidak akan mau. Jadi sangat wajar jika Jeremy berpikiran seperti itu.“Sebenarnya orang yang memperkenalkan aku dengan wakil ketua Gigio adalah Lucas. Mereka berteman terlebih dahulu,” ungkap Angeline.“Apa?”Sontak saja Jeremy terkejut mendengarnya. Dia sama sekali tidak menyangka akan hal ini.“Lucas berteman dengan wakil ketua Gigio? Bagaimana bisa?” tanya Jeremy dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.Pria itu sangat syok.Angeline mengangkat kedua bahunya seraya berkata, “Aku tidak tahu. Lucas tidak pernah mau menceritakannya.”Jeremy menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak percaya jika Lucas bisa dekat dengan orang yang sangat penting.“Itu tidak mungkin. Seorang Lucas tidak mungkin bisa berteman dengan seorang pria hebat seperti Gigio. Itu sangat mustahil!” Jeremy menolak yang dikatakan oleh Angelin
Deni berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat. Napasnya memburu.“A-aku akan pergi,” kata Deni pada akhirnya. “aku akan pergi ke rumah wanita itu, seperti yang diminta oleh Bos Lucas. Aku akan minta maaf.”Hugo mendengus kecil. “Bagus.”Ia menatap Deni dengan dingin, lalu menepuk pelan pipi pria itu, bukan seperti menenangkan, tapi mengingatkan. “Kau beruntung masih ingat. Kupikir kau akan lupa. Dan kalau itu terjadi… kehancuranmu akan datang lebih cepat dari yang kau kira.”Deni buru-buru menggeleng. “Tidak … tidak. Aku tidak mungkin lupa. Janji pada Bos Lucas, mana mungkin aku abaikan.”Morris menyilangkan tangan. “Kalau begitu, segera berangkat. Bawa anak-anakmu juga. Suruh mereka minta maaf bersama.”“Baik. Setelah kalian pergi, aku akan ke sana,” ucap Deni seraya menunduk.Morris menyipitkan mata. Lalu dia berkata, “Aku tidak ke mana-mana. Aku akan ikut. Aku ingin melihat langsung bagaimana kau merendahkan harga dirimu.”Tenggorokan Deni terasa kering. Ia menelan ludah keras-ker
“Aku nggak percaya Ibu benar-benar mengizinkannya,” ucap Kai dengan wajah berseri. “Aku janji, Bos. Aku akan latihan dengan sungguh-sungguh. Aku akan jadi petarung yang hebat!”Lucas memandangnya sebentar. “Latihlah dulu hatimu sebelum tubuhmu.”Kai mengernyit. “Maksud Bos?”“Kamu harus bayar kepercayaan ibumu. Jangan kecewakan dia. Kamu tahu, kepercayaan itu mahal. Kalau kau gagal, kau bukan cuma jatuh, kamu menghancurkan harapannya.”Kai mengangguk cepat, wajahnya berubah serius. “Aku mengerti. Aku nggak akan mengecewakannya. Aku akan buat Ibu bangga. Dan suatu hari nanti ... aku akan bawa dia keluar dari kemiskinan ini.”Liana yang sejak tadi diam, menghela napas pelan. “Tapi ... kalau bisa jangan ikut tinju bawah tanah, ya. Latihan saja. Jangan sampai cedera.”Kai menoleh ke ibunya, lalu tersenyum kecil. “Itu tidak bisa, Bu. Dari mana aku dapat uang kalau tidak bertarung?”“Uang?” Liana mengernyit.Kai mengangguk. “Iya. Satu pertandingan bisa dapat bayaran besar. Bahkan lebih besa
“Aku masih tidak percaya,” kata Kai sambil berjalan di samping Lucas. “Bos Lyacs tadi seperti Raja Iblis turun dari langit.”Lucas tidak menjawab. Langkah kakinya tetap stabil, matanya lurus ke depan seperti tak terganggu oleh pujian itu.“Kamu tahu, Bos? Tadi itu benar-benar gila. Tujuh orang siap menghajarmu, dan Bos tidak bergerak sedikit pun. Tapi, mereka semua malah mundur sendiri. Itu bukan karena kekuatan fisikmu. Itu karena aura dan wibawamu, Bos. Kamu ... benar-benar luar biasa, Bos.”Lucas tetap diam.Kai tertawa kecil. “Aku pikir kita bakal baku hantam habis-habisan. Ternyata, cukup dengan satu kalimat: 'Dia adalah pemilik Sasana Brotherhood,' dan semuanya selesai. Mereka takut.”Lucas akhirnya berbicara, suaranya tenang dan datar. “Jangan lakukan itu lagi.”Kai mengerutkan dahi. “Lakukan apa?”“Jangan pernah bongkar siapa aku. Bahkan jika nyawamu terancam sekalipun.”Kai langsung berhenti melangkah. “A-aku ... aku hanya ingin melindungimu, Bos. Dan juga ingin menyelesaikan
“Serang dia! Hajar sampai mati kalau perlu! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini hidup-hidup!” bentak Tuan Deni, suaranya membelah udara seperti cambuk api.Anak buahnya langsung bereaksi. Tujuh pria berbadan besar dengan mata merah menyala menerjang maju. Tinju mereka terkepal, siap menghantam. Suara langkah kaki mereka bergemuruh seperti kawanan banteng yang menyeruduk liar.Namun Lucas tidak bergeming.Dia berdiri di tempat, tangan tetap dimasukkan ke saku celana, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.Dia justru menyeringai.“Lucu,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara kepada diri sendiri. “Anak-anak taman kanak-kanak diajak tawuran.”Tepat ketika preman-preman itu hendak menyentuh jarak tempur, sebuah suara melengking memecah suasana.“Berhenti!”Semua orang membeku.Kai melangkah maju, berdiri di antara Lucas dan para preman, tubuhnya gemetar tapi matanya bulat penuh tekad.“Berhenti! Jangan sentuh dia!”Tuan Deni mendelik. “Kau gila, bocah?! Minggir!”Kai menel
Kai bergegas ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa. Langkahnya tergesa, tangannya cepat meraih gayung dan menampung air di ember kecil yang ada di sana.Sementara itu, Liana masih berdiri di ruang tamu dengan tubuh gemetar.“Bos Lucas…” katanya lirih. “Tolong … batalkan niatmu pergi ke tempat Tuan Deni.”Lucas menoleh perlahan, matanya tenang namun tajam. “Kenapa?”“Aku tidak ingin ada keributan lagi. Aku tidak ingin kamu menyulut api lebih besar,” ucap Liana, suaranya gemetar. “tolong, cukup sampai di sini. Nantinya, aku yang akan repot karena aku yang pastinya akan dikejar-kejar oleh mereka.”Lucas menghela napas pelan. “Tenang. Aku akan menyelesaikan ini supaya tidak ada masalah di kemudian hari.”“Tidak seperti itu maksudku,” Liana cepat-cepat menimpali. “pokoknya jangan ke sana! Jangan menantang Tuan Deni! Dia bukan orang biasa, Lucas.”Langkah Kai terdengar dari lorong. Dia muncul sambil membawa gayung berisi air, menetes-netes di lantai.“Ibu, tenanglah,” katanya sambil menyerah
Pria bertubuh besar dengan suara bak halilintar itu berdiri di depan pintu. Wajahnya penuh kemarahan. Tato naga hitam menghiasi lengan kirinya, dan rantai emas tebal menggantung di lehernya.“Kamu tidak perlu ikut campur kecuali kamu mau mendapat masalah!” ucap pria bernama Baron.“Namaku Lucas,” jawabnya tenang, lalu menyunggingkan senyum dingin. “nama belakangku ‘masalah’. Jadi, aku sudah akrab dengan yang namanya masalah.”Baron mendecih. “Sialan.”Lucas melipat tangan di dada. “Sekarang jelaskan, kau ini siapa dan kenapa mencari Liana?”Baron menoleh ke arah Liana yang berada di balik Lucas. “Bukan urusanmu. Aku di sini untuk menagih utang.”Liana melangkah maju dengan wajah tegang. “Baron, aku sudah bilang, aku butuh waktu. Aku belum punya uangnya sekarang.”Baron mengangkat alis. “Waktu? Sudah cukup banyak waktu kau minta, Liana. Tapi utang tetap utang. Harus dibayar sekarang juga sesuai dengan perjanjian! Paham!”Kai langsung berdiri dari tempat duduknya. “Jangan bentak ibu say
“Bukti adalah segalanya,” gumam Angeline pelan, matanya masih terpaku pada lima nama di atas kertas.Nero berdiri tegak di hadapannya. “Buktinya akan menyusul, Bu Presdir.”Angeline menatapnya tajam. “Maksudmu?”“Pak Jack Will yang akan menyerahkannya,” jelas Nero tanpa ragu.Kening Angeline berkerut. “Kau sudah memberitahu Pak Jack Will sebelum memberitahuku?”Nero mengangguk. “Iya, Bu. Kebetulan kemarin saya tidak sengaja bertemu dengannya.”“Ya sudah… kalau pemilik perusahaan ini sudah tahu, bagaimana lagi.” Nada suaranya datar, tapi matanya menyimpan segunung beban.Nero menunggu sejenak, lalu bertanya hati-hati, “Kalau begitu, apa langkah selanjutnya? Apakah kelima orang ini langsung dipecat dan diproses hukum?”Angeline menggeleng perlahan. “Tidak. Kita tunggu saja Pak Jack Will. Aku tidak ingin gegabah.”“Baik,” kata Nero, menunduk hormat, mengikuti keputusannya.Sabrina, yang sejak tadi diam, mengambil berkas itu dan membacanya. Matanya membelalak. “Mereka… mereka semua orang
“Fokus! Jangan seperti anak kecil yang baru belajar berdiri!”Suara Grandmaster Xena menggema di tengah tanah lapang yang dikelilingi pohon-pohon tinggi.Dario terhuyung, peluh menetes dari dagunya. Dia menarik napas panjang lalu kembali ke posisi kuda-kuda.“Maaf, Bibi Xena,” katanya sambil menggertakkan gigi.“Tutup mulutmu! Ulangi gerakan ‘Naga Membelah Awan’ dari awal!”Dario mengangguk. Dia memutar tubuh, mengangkat kaki dan mengayunkannya dalam gerakan melingkar. Namun sebelum selesai sesuatu yang tidak terduga terjadi.Wussh!Sebuah pukulan dari tenaga dalam melesat seperti bola angin, menghantam pundaknya.Bruuuk!Tubuh Dario terpelanting sejauh 10 meter dan menghantam tanah dengan suara keras.“Gah!”“Lakukan gerakan yang benar!” seru Xena dingin.“Aku sudah melakukan dengan benar…” Dario mengerang sambil berusaha bangkit.Xena menyipitkan mata. “Kamu kira aku buta? Mataku masih tajam, bahkan bisa melihat lalat yang hinggap di jarum!”Dario buru-buru menggeleng. “Tidak! Aku t
Di kepala Lucas, adegan-adegan panas telah tersaji, membuat dia semakin bergairah.Otaknya pun mencari cara bagaimana dia bisa membuat Angeline mau melayaninya.Tangannya secara perlahan memijat pundak dan turun ke lengan. Dia sebisa mungkin menyentuh kulit Angeline yang saat ini sudah hanya mengenakan tanktop warna putih saja.“Aku sudah menghabiskannya.” Angeline berkata sambil menunjukkan gelas yang telah kosong.“Bagus. Sebentar lagi lelahmu akan hilang,” kata Lucas seraya mengambil gelas itu.Lucas pun meletakkan gelasnya ke meja.“Aku akan mandi dulu,” kata Angeline.Buru-buru, Lucas kembali dan memegang pundak Angeline sambil berkata, “Apakah kamu nggak mau dipijat dulu? Setelah dipijat, baru mandi. Bagaimana?”Angeline bertanya, “Apakah itu tidak apa-apa? Kamu tidak lelah?”Lucas melanjutkan pijatannya. “Tidak. Hari ini aku hanya mengadakan rapat saja di sasana tidak ada hal berat yang aku lakukan.”“Hmm … baiklah. Terima kasih!” ucap Angeline.Dari belakang, dada Angeline te