Matteo menganggap juga dia tidak akan bisa mendapatkan sesuatu hal yang menguntungkan baginya. Sebab seseorang di depannya itu tidak memiliki sesuatu hal yang dibutuhkan olehnya.“Memangnya apa yang kamu punya? Apa yang menguntungkan bagiku yang bisa kamu beri?” tanya Matteo dengan senyum tipis yang masih tersungging di wajahnya.John pun terdiam. Dia juga bingung apa yang bisa dia berikan kepada Matteo.“Sejujurnya aku juga bingung, Ketua. Semua yang aku miliki mungkin tidak berarti bagimu. Terserah saja apa yang ingin kamu ambil. Tapi yang pasti, aku akan mengabdi kepadamu dan akan menuruti semua perintahmu,” ucap John.“Baiklah, aku akan mempertimbangkannya. Sekarang kamu boleh pergi!” ucap Matteo.John langsung berdiri. Kemudian dia membungkukkan badannya untuk memberikan hormat kepada Ketua Serikat Dagang itu.***“Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan akses untuk bertemu pimpinan perusahaan Golden Star, ya? Aku sudah sangat ingin memberikan proposal kepada mereka,” tanya Angeli
Untuk saat ini, alasan yang paling masuk akal adalah Gigio tertarik dengan Angeline. Sebab jika tidak ada sesuatu hal yang bisa diambil dari kedekatan mereka, sudah pasti Gigio tidak akan mau. Jadi sangat wajar jika Jeremy berpikiran seperti itu.“Sebenarnya orang yang memperkenalkan aku dengan wakil ketua Gigio adalah Lucas. Mereka berteman terlebih dahulu,” ungkap Angeline.“Apa?”Sontak saja Jeremy terkejut mendengarnya. Dia sama sekali tidak menyangka akan hal ini.“Lucas berteman dengan wakil ketua Gigio? Bagaimana bisa?” tanya Jeremy dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.Pria itu sangat syok.Angeline mengangkat kedua bahunya seraya berkata, “Aku tidak tahu. Lucas tidak pernah mau menceritakannya.”Jeremy menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak percaya jika Lucas bisa dekat dengan orang yang sangat penting.“Itu tidak mungkin. Seorang Lucas tidak mungkin bisa berteman dengan seorang pria hebat seperti Gigio. Itu sangat mustahil!” Jeremy menolak yang dikatakan oleh Angelin
Kabar tentang kedatangan Matteo, senang saja membuat semua orang terkejut termasuk Lucas. Mereka semua tidak menyangka jika seorang ketua Serikat Dagang bisa datang ke sasana tinju jalanan, Brotherhood.“Untuk apa dia datang ke sini? Bukankah dia tidak memiliki bisnis tinju jalanan?” tanya Moretti dengan ekspresi wajah terkejutnya. Belum sempat dijawab oleh anak buahnya itu, Matteo telah datang.“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin berkunjung saja dan berkenalan dengan pemilik sasana Brotherhood yang baru,” ucap Matteo sambil berjalan mendekat.Semuanya semakin terkejut dengan kedatangan Matteo di dalam sasana. Bahkan Moretti pun langsung terdiam.“Apakah kamu yang bernama Lucas?” tanya Matteo kepada Moretti.Dengan cepat Moretti menggelengkan kepalanya sambil menunjuk ke arah Lucas.“Bukan. Yang bernama Lucas dan pemilik sasana yang baru adalah dia.”Matteo menoleh dan tersenyum sambil berkata, “Maafkan aku, Tuan Lucas. Aku telah salah mengira.”“Tidak masalah!” ucap Lucas dengan sen
Matteo pada awalnya ingin membawa perbincangan ke ranah bawah tanah. Dia ingin lebih banyak tahu karena berniat untuk masuk ke ranah sana.Meskipun di sana sudah ada Keluarga Carter, tapi dia merasa tertarik. Apalagi jika dia bisa menguasai Lucas, itu akan menjadi jalan yang mudah.Matteo memang tidak pernah puas. Dia selalu mencari “lumbung” baru baginya. Bahkan jika tempat sudah dikuasai oleh keluarga lain, dia seolah tutup mata.Salah satu alasan kenapa tidak ada perubahan dalam posisi 10 keluarga besar adalah manuver yang dilakukan oleh keluarga Bellucci yang dipimpin oleh Matteo.Yang terbaru, dia ikut masuk ke dalam bisnis kesehatan yang mana ada Keluarga Hartwell yang telah lebih dari 20 tahun menguasai bisnis kesehatan.Meskipun Nathaniel Hartwell, pemimpin keluarga Hartwell yang masih berusia 35 tahun, protes keras, tetap tidak ada pengaruhnya sama sekali. Hal ini membuat Keluarga Hartwell merosot ke posisi 17 dari posisi 11 di dua tahun yang lalu.“Ya … baik-baik saja. Semua
Lucas yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ibunya, tentu saja terkejut.‘Apa? Dia diculik oleh siapa? Apakah kamu tahu informasinya?’ tanya Lucas.‘Saya tidak tahu, Pak. Saya melihat dari jauh dan ketika mengejarnya, saya tidak mampu,’ terang si satpam.‘Baik. Terima kasih informasi yang telah kamu berikan ini!’ ucap Lucas.Setelah itu, panggilan suara pun diakhiri oleh Lucas. Kemudian Lucas pun langsung menghubungi Julian btuk meminta tolong melacak keberadaan Angeline.Mendapat tugas dari Lucas,Julian langsung bergerak cepat. Dia mengerahkan semua pasukan untuk mencari kebenaran Angeline.Bahkan pasukan cyber milik organisasi Veleno pun digerakkan agar keberadaan Angeline segera ditemukan.Di sebuah gudang kosong, Angeline terikat di sebuah kursi kayu yang tua.Matanya dibiarkan terbuka namun mulutnya disumpal agar tidak bisa berteriak.Diaz berjongkok di hadapan Angeline. Dia tersenyum lebar menatap wajah Angeline yang memesona.“Wajahmu sangat cantik sekali. Rasanya sangat
Diaz dengan mudah melukai wajah Angeline dengan belati miliknya. Dia bahkan tidak memiliki hati ketika Angeline menangis karena kesakitan.Darah yang ada di wajah Angeline, bagaikan tumpukan uang yang mengalir di mata Diaz.“Jangan menangis! Itu akan membuat lukamu menjadi semakin perih,” kata Diaz dengan ekspresi wajah yang berpura-pura peduli.Pria itu mengusap belatinya dengan kaos yang sedang dia kenakan, untuk menghilangkan darah yang ada di belatinya itu.Kemudian dia pun berjalan menghampiri Sabrina yang sedang menunggu di dekat pintu masuk.Sabrina tidak berani mendekat dan menunjukkan diri di hadapan Angeline. Sebab kedua mata Angeline terbuka dan dia juga tidak berniat untuk membunuh Angeline sekarang.“Aku sudah melaksanakan tugasku. Sekarang berikan aku uangnya!” ucap Diaz.“Tenang, aku akan mengirimnya nanti,” kata Sabrina.Diaz tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sabrina. Kata “nanti” memiliki arti tidak akan dibayar bagai Diaz.“Aku ingin menerima uangnya sekar
Lucas berlari ke setiap penjuru gedung untuk mencari keberadaan Angeline. Karena banyaknya rak dengan ban-ban bekasnya, membuat Lucas harus bergerak untuk mencari keberadaan sang istri.Ketika sedang mencari, tiba-tiba keluar Diaz dengan begitu tenangnya. “Ada apa? Kenapa masuk ke tempat orang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?” tanya Diaz.Pria itu benar-benar pandai bersandiwara. Bahkan dia tidak menunjukkan ketegangan sedikitpun meski di hadapannya ada seseorang yang sedang mencari Angeline.“Di mana istriku? Di mana kamu sembuhkan Angeline?” tanya Lucas dengan mata yang melotot. Aura kegelapan keluar dari dalam diri Lucas dengan cepat.Diaz pun terkejut dengan aura dan energi yang keluar dari diri Lucas. Dia merasakan kekuatan yang luar biasa dari diri pria tampan di hadapannya itu.“Siapa? Aku di sini seorang diri. Mungkin hanya dengan beberapa tikus yang menemaniku,” tanya Diaz dengan memasang wajah yang tenang.Semua orang yang melihatnya pasti percaya jika Dias benar-bena
Mendengar suara Julian, Lucas langsung menoleh ke arah sumber suara.Betapa terkejutnya dia ketika melihat kondisi Angeline. Sontak saja darahnya mendidih. Lucas benar-benar hilang kendali.“Angeline!” ucap Lucas dengan suara yang bergetar. Kemudian dia mengembalikan pandangannya kepada Diaz yang sedang tergeletak tidak berdaya.Lucas menjebak rambut Diaz sehingga membuat pria itu berdiri. Lalu dia mencekiknya.“Siapa yang sudah menyuruhmu untuk melukai Angeline?” tanya Lucas dengan suara rendah yang bergetar. Diaz hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan dari Lucas. Dia memegang teguh perjanjiannya dengan Sabrina untuk tidak menyeretnya jika tertangkap. Diamnya Diaz, tentu saja Lucas tidak suka. Dia pun memukul perut Diaz tanpa melepaskan cekikannya di leher Diaz.Pukulan itu membuat perut sampai ke kaki terbang ke belakang. Namun karena posisi lehernya sedang dicekik oleh Lucas, membuat Diaz tidak terpental.“Bajingan! Cepat katakan atau aku akan membunuhmu!” seru Lucas kali in
Ashton tersenyum tipis, ekspresinya berubah dingin. "Kamu tidak perlu tahu detailnya. Percayalah padaku, Lucas akan mendapatkan balasannya. Tapi tidak dengan cara murahan.""Kakak hanya menyuruhku menunggu? Lagi? Sampai kapan?" Luki hampir berteriak, suaranya bergetar karena frustasi."Ya," jawab Ashton singkat. "Menunggu adalah bagian dari strategi.""Strategi apa? Katakan kepadaku apa strategi yang kamu susun!" Luki mendekat lagi, menantang. "Sudah aku bilang, kamu tidak perlu tahu!” ucap Ashton, kesal."Kak, kamu harus segera bertindak. Waktu kita tidak banyak!" Luki berkata dengan nada tegas, matanya menatap Ashton dengan tajam. Dia semakin tak sabar lagi menunggu dan terus menunggu entah sampai kapan.Ashton menghela napas panjang, menekan rasa frustrasinya yang semakin memuncak. "Luki, aku yang akan melakukan semuanya, bukan kamu. Jadi, aku yang akan menentukan kapan dan bagaimana semuanya berjalan.""Tapi kamu terlalu lambat, Kak. Kalau tidak gerak cepat, nanti Lucas bisa memb
Semalaman, Lucas sama sekali tidak berbicara dengan Angeline. Sebab ketika dia pulang, Angeline sudah naik ke kasur dan dalam proses tidur. Angeline bahkan menolak berbicara meski Lucas hanya bertanya tentang kemana dia pergi.Namun Lucas mengerti. Dia pun memilih untuk mandi dan kemudian tidur. Dia tidak memaksa Angeline untuk bercerita karena masih merasa tidak enak hati akibat masalah Stella.Saat pergi ke kantor pun, tidak ada pembicaraan apapun. Mereka saling diam seperti tidak saling kenal.“Aku akan membantumu menyelesaikan laporan ini jika kamu berkenan,” kata Lucas saat tiba di ruang kerja direktur pemasaran, untuk membuka pembicaraan.“Ya, kamu bisa selesaikan itu. Aku akan mengerjakan yang lain,” kata Angeline.Ponsel yang tergeletak di meja berdering. Angeline meraihnya tanpa melihat siapa yang menelepon."Angeline." Suara Ashton terdengar di ponsel.Angeline, yang tengah menyelesaikan laporan keuangan di mejanya, melirik sekilas ke arah Lucas. Pria itu duduk di kursi di s
Pintu sebuah ruangan dibuka oleh pria tua itu. Dia pun kemudian mengulurkan tangannya ke dalam. “Silakan masuk!”Matteo pun melangkahkan kakinya masuk.Ruangan itu tampak seperti potongan waktu dari abad pertengahan, dengan sentuhan keanggunan yang menggambarkan kemewahan kaum aristokrat.Dinding-dindingnya dilapisi panel kayu ek yang berukir rumit, menampilkan pola daun akantus dan bunga lili khas kerajaan. Di atasnya, tergantung permadani besar yang menggambarkan perburuan abad pertengahan, warna-warnanya mulai pudar namun masih memancarkan keindahan.Matteo yang memiliki rumah modern dan futuristik, cukup berbanding terbalik pandangannya terhadap ruangan itu. Dia malah merasa heran kenapa ada orang yang memiliki selera seperti ini.Seorang pria paruh baya, berdiri dari kursinya dan melangkah maju. Langkah kakinya lambat namun begitu elegan, bagaikan seorang raja kerajaan besar.“Matteo Bellucci, senang bisa bertemu denganmu. Sebuah kehormatan dapat dikunjungi olehmu,” ucap Laurence
Gigio merasa jauh lebih tenang jika ada Lucas di belakangnya, meskipun yang akan dilawannya adalah Matteo.“Baik. Aku akan mengikuti semua perintahmu, Lucas. Aku percayakan semuanya padamu!” ucap Gigio.Albin juga mengangguk. Dia juga merasa percaya dengan Lucas.“Oh iya, maaf jika pembicaraanku menyimpang, tapi menurutku ini sangat penting juga,” ucap Albin.Lucas dan Gigio langsung menoleh ke arah Albin dan menatapnya.“Ada apa, Albin. Katakan saja!” ucap Lucas.“Aku baru saja mendapat laporan dari atasan. Dia mengatakan kalau masalah di sasana Dragon's Den menjadi perhatian lebih bagi institusi kepolisian. Sebab, banyak warga yang melihat kejadian dan banyak yang mempertanyakan tentang hal itu,” ungkap Albin.“Hasilnya, kepolisian mendapat banyak tekanan publik untuk mengungkap kejadian sebenarnya,” lanjutnya.Gigio terkejut mendengarnya. Dia pun menjadi cemas dan langsung menatap Lucas. Gigio tahu, jika ada beberapa oknum polisi yang bisa disogok, namun ada banyak pula yang tidak
Lucas baru saja akan keluar rumah, panggilan suara di ponselnya masuk. Dari Angeline. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengangkatnya. "Lucas, kamu di mana?" Suara Angeline di telepon terdengar tenang, namun tersirat keingintahuan yang kuat. Padahal Lucas belum sempat bertanya kepada Angeline. Napasnya terdengar berat, tetapi dia berusaha menjaga nada suaranya tetap datar. "Kamu dari mana saja? Kenapa tidak dijawab panggilanku?""Ah, aku hanya keluar sebentar. Sekarang aku sudah di rumah."Lucas menghela napas lega, jantungnya berdebar tanpa alasan yang jelas."Aku di rumah Ibu sekarang." Lucas memutuskan untuk menyelipkan informasi itu, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak berbuat sesuatu yang mencurigakan."Rumah Ibu?" Suara Angeline terdengar sedikit cemas. "Kenapa tiba-tiba ke sana? Apa Ibu sakit?"Lucas menarik napas dalam-dalam. "Aku hanya mengunjungi Ibu saja sebentar. Dia dalam kondisi sehat. Kamu jangan khawatir.”Ada keheningan di ujung sana sebelum Angeline akhirnya m
Ashton tersenyum kecil, seperti seseorang yang tahu lebih dari seharusnya."Hanya firasat, Angeline. Kamu kelihatan seperti orang yang sedang berusaha mengabaikan perasaanmu,” ucap Ashton.Dia tidak menjawab. Matanya kembali menatap cangkir kopi yang kini tinggal setengah."Kamu tahu, aku bisa membantumu," lanjut Ashton."Bantuan apa?" tanya Angeline, kali ini lebih tajam."Apa pun yang kamu butuhkan. Aku tahu kamu sedang menghadapi sesuatu yang besar. Jangan ragu meminta bantuanku. Kita tidak harus selalu berseberangan." Ashton menatap lekat Angeline, mencoba meyakinkan wanita di depannya.Angeline terkekeh pelan, tapi tanpa jejak humor. "Kamu berpikir bisa membantu tanpa tahu apa yang aku hadapi, itu sudah sangat memaksakan diri.""Ya kali aja. Aku tahu banyak tentang kamu, tentang keluargamu dan juga ... Lucas."Angeline mendadak diam, ekspresinya yang dingin mulai retak. "Apa yang kamu tahu tentang Lucas?""Lebih dari yang kamu kira." Ashton menjawab sambil melipat tangan di atas
Hani menoleh ke belakang. Wajahnya kembali menjadi sedih saat ini.“Yang meninggal adalah Kakakku,” terang Hani.Lucas menarik napasnya dalam-dalam setelah mendengar itu. “Jadi dia Kakakmu?”Hani mengangguk kecil. “Dia bahkan lebih dari seorang kakak bagi kami. Dia sudah seperti ayah. Semenjak ayah meninggal, dia menjadi tulang punggung keluarga. Baru beberapa bulan ini saja aku bisa membantu.”Hani kemarin menatap Lucas dengan air mata yang menggenang. “Dia pria yang baik dan bertanggung jawab. Tapi api kenapa nasibnya begitu mengenaskan? Bahkan dia harus dibunuh dengan keji.”Lucas mengusap pundak Hani, berusaha untuk menenangkannya.“Ya, benar. Kakakmu adalah orang yang baik. Aku sangat kehilangannya,” ucap Lucas.Hani mengangguk sambil menyeka air mata yang terus keluar.“Kalau boleh tahu, sejak kapan Bapak kenal dengan kakakku? Sepertinya dia tidak pernah cerita jika punya teman seperti Bapak,” tanya Hani.“Sebenarnya aku baru bertemu dengannya. Aku adalah pemilik baru sasana Bro
Lucas mencoba untuk mendengarkan penjelasan dari Mike dulu. Dia tidak mau langsung berspekulasi dengan apa yang terjadi.‘Maaf The Obsidian Blade, aku sudah berusaha untuk membendung media agar tidak memberitakan apa yang terjadi di sasana Dragon's Den, namun sepertinya masih ada banyak kebocoran di sana-sini apalagi dari video amatir warga. Jadi, sekarang banyak berkeliaran video di mana Dragon's Den saat sedang dihancurkan,’ ungkap Mike.Lucas terdiam beberapa saat. Dia memutar otak bagaimana caranya agar semuanya menjadi baik-baik saja.Mike tentu saja bertambah cemas saat ini karena Lucas tidak memberikan reaksi apapun. Mike tidak tenang.‘Mohon maaf, The Obsidian Blade! Aku salah karena tidak maksimal dalam tugas kali ini. Tapi aku berjanji akan menyelesaikannya dengan cepat. Aku akan menambah tim untuk memutus penyebaran video-video itu,’ kata Mike dengan suara yang terdengar bersungguh-sungguh.‘Aku mengerti, Mike. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Terima kasih karen
Amarah dan juga dendam yang ada di dalam diri Matteo tidak terbendung lagi. Dia sangat ingin melihat Lucas merangkak dan bersujud di kakinya untuk meminta maaf.Amarah dan dendam yang dimiliki oleh Matteo, jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Lucas.Jika Lucas marah dan dendam saat dia melihat anak buahnya menjadi korban, Matteo berbeda. Dia marah dan dendam kepada Lucas karena harga dirinya telah diinjak-injak. Selain itu, bisnisnya pun dirusak oleh Lucas.Matteo mementingkan dirinya sendiri.John mematung setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Matteo. Dia tidak bisa berkomentar apapun karena dia pun bingung.“Aku akan menemui Raja Verdansk secepatnya. Jika sudah mendapatkan jadwal bertemu, aku akan langsung pergi menemuinya,” kata Matteo.John mengangguk sambil berkata, “Jika masalah itu, aku serahkan semuanya padamu. Aku tidak bisa berpendapat apalagi sampai ikut memutuskan. Hanya saja, aku mau memberikanmu satu saran.”Matteo biasanya selalu memutuskan semuanya sendiri dan