Matteo pada awalnya ingin membawa perbincangan ke ranah bawah tanah. Dia ingin lebih banyak tahu karena berniat untuk masuk ke ranah sana.Meskipun di sana sudah ada Keluarga Carter, tapi dia merasa tertarik. Apalagi jika dia bisa menguasai Lucas, itu akan menjadi jalan yang mudah.Matteo memang tidak pernah puas. Dia selalu mencari “lumbung” baru baginya. Bahkan jika tempat sudah dikuasai oleh keluarga lain, dia seolah tutup mata.Salah satu alasan kenapa tidak ada perubahan dalam posisi 10 keluarga besar adalah manuver yang dilakukan oleh keluarga Bellucci yang dipimpin oleh Matteo.Yang terbaru, dia ikut masuk ke dalam bisnis kesehatan yang mana ada Keluarga Hartwell yang telah lebih dari 20 tahun menguasai bisnis kesehatan.Meskipun Nathaniel Hartwell, pemimpin keluarga Hartwell yang masih berusia 35 tahun, protes keras, tetap tidak ada pengaruhnya sama sekali. Hal ini membuat Keluarga Hartwell merosot ke posisi 17 dari posisi 11 di dua tahun yang lalu.“Ya … baik-baik saja. Semua
Lucas yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah ibunya, tentu saja terkejut.‘Apa? Dia diculik oleh siapa? Apakah kamu tahu informasinya?’ tanya Lucas.‘Saya tidak tahu, Pak. Saya melihat dari jauh dan ketika mengejarnya, saya tidak mampu,’ terang si satpam.‘Baik. Terima kasih informasi yang telah kamu berikan ini!’ ucap Lucas.Setelah itu, panggilan suara pun diakhiri oleh Lucas. Kemudian Lucas pun langsung menghubungi Julian btuk meminta tolong melacak keberadaan Angeline.Mendapat tugas dari Lucas,Julian langsung bergerak cepat. Dia mengerahkan semua pasukan untuk mencari kebenaran Angeline.Bahkan pasukan cyber milik organisasi Veleno pun digerakkan agar keberadaan Angeline segera ditemukan.Di sebuah gudang kosong, Angeline terikat di sebuah kursi kayu yang tua.Matanya dibiarkan terbuka namun mulutnya disumpal agar tidak bisa berteriak.Diaz berjongkok di hadapan Angeline. Dia tersenyum lebar menatap wajah Angeline yang memesona.“Wajahmu sangat cantik sekali. Rasanya sangat
Diaz dengan mudah melukai wajah Angeline dengan belati miliknya. Dia bahkan tidak memiliki hati ketika Angeline menangis karena kesakitan.Darah yang ada di wajah Angeline, bagaikan tumpukan uang yang mengalir di mata Diaz.“Jangan menangis! Itu akan membuat lukamu menjadi semakin perih,” kata Diaz dengan ekspresi wajah yang berpura-pura peduli.Pria itu mengusap belatinya dengan kaos yang sedang dia kenakan, untuk menghilangkan darah yang ada di belatinya itu.Kemudian dia pun berjalan menghampiri Sabrina yang sedang menunggu di dekat pintu masuk.Sabrina tidak berani mendekat dan menunjukkan diri di hadapan Angeline. Sebab kedua mata Angeline terbuka dan dia juga tidak berniat untuk membunuh Angeline sekarang.“Aku sudah melaksanakan tugasku. Sekarang berikan aku uangnya!” ucap Diaz.“Tenang, aku akan mengirimnya nanti,” kata Sabrina.Diaz tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sabrina. Kata “nanti” memiliki arti tidak akan dibayar bagai Diaz.“Aku ingin menerima uangnya sekar
Lucas berlari ke setiap penjuru gedung untuk mencari keberadaan Angeline. Karena banyaknya rak dengan ban-ban bekasnya, membuat Lucas harus bergerak untuk mencari keberadaan sang istri.Ketika sedang mencari, tiba-tiba keluar Diaz dengan begitu tenangnya. “Ada apa? Kenapa masuk ke tempat orang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?” tanya Diaz.Pria itu benar-benar pandai bersandiwara. Bahkan dia tidak menunjukkan ketegangan sedikitpun meski di hadapannya ada seseorang yang sedang mencari Angeline.“Di mana istriku? Di mana kamu sembuhkan Angeline?” tanya Lucas dengan mata yang melotot. Aura kegelapan keluar dari dalam diri Lucas dengan cepat.Diaz pun terkejut dengan aura dan energi yang keluar dari diri Lucas. Dia merasakan kekuatan yang luar biasa dari diri pria tampan di hadapannya itu.“Siapa? Aku di sini seorang diri. Mungkin hanya dengan beberapa tikus yang menemaniku,” tanya Diaz dengan memasang wajah yang tenang.Semua orang yang melihatnya pasti percaya jika Dias benar-bena
Mendengar suara Julian, Lucas langsung menoleh ke arah sumber suara.Betapa terkejutnya dia ketika melihat kondisi Angeline. Sontak saja darahnya mendidih. Lucas benar-benar hilang kendali.“Angeline!” ucap Lucas dengan suara yang bergetar. Kemudian dia mengembalikan pandangannya kepada Diaz yang sedang tergeletak tidak berdaya.Lucas menjebak rambut Diaz sehingga membuat pria itu berdiri. Lalu dia mencekiknya.“Siapa yang sudah menyuruhmu untuk melukai Angeline?” tanya Lucas dengan suara rendah yang bergetar. Diaz hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan dari Lucas. Dia memegang teguh perjanjiannya dengan Sabrina untuk tidak menyeretnya jika tertangkap. Diamnya Diaz, tentu saja Lucas tidak suka. Dia pun memukul perut Diaz tanpa melepaskan cekikannya di leher Diaz.Pukulan itu membuat perut sampai ke kaki terbang ke belakang. Namun karena posisi lehernya sedang dicekik oleh Lucas, membuat Diaz tidak terpental.“Bajingan! Cepat katakan atau aku akan membunuhmu!” seru Lucas kali in
Lucas membawa pulang Angeline dengan diantar oleh sopir organisasi Veleno.Sopir itu memiliki kemampuan mengemudi yang memukau. Meskipun melaju dengan kecepatan tinggi tetapi tetap mulus tanpa guncangan-guncangan dan pergerakan yang membuat penumpangnya ketakutan.Dengan kecepatan itu, mereka bisa tiba di rumah lebih cepat dua kali lipat dibandingkan biasanya.Lucas langsung membawa Angeline ke kamarnya.Lea yang melihat kondisi Angeline begitu mengkhawatirkan, menjadi panik. Dia juga bertanya-tanya kenapa Lucas tidak membawa Angeline ke rumah sakit melainkan malah membawanya ke rumah. “Pak Lucas, kenapa tidak membawanya ke rumah sakit? Sepertinya Bu Angeline lukanya cukup parah,” tanya Lea dengan hati-hati.“Jika membawanya ke rumah sakit, waktu sembuhnya semakin lama. Di sini, aku yang akan merawatnya agar dia bisa sembuh lebih cepat. Soalnya lusa, dia ada jadwal penting yang tidak bisa dia tinggalkan,” jawab Lucas.Lea terdiam. Dia merasa bingung dan juga tidak percaya dengan yang
Sebuah rencana besar yang akan dicetus oleh Matteo sudah pasti bukan main-main. Rencana itu pasti akan mengubah banyak hal, termasuk tatanan ekonomi kota.Tentu saja itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya jika memang hanya mereka saja yang mendapatkan manfaatnya.Rencana itu harus dibatalkan.“Ketua Matteo mengatakan jika dia ingin mengajak 5 keluarga besar untuk masuk ke dalam bisnis baru yang belum disentuh oleh mereka,” kata Albin sambil mencoba untuk mengingat-ingat kembali.“Bisnis apa yang belum mereka miliki? Berarti, dia ingin menguasai semua lini bisnis tanpa memikirkan tentang keluarga yang lain?” tanya Lucas.Albin mengangguk sambil menjawab, “Ya, itu benar. Matteo memang sudah lama mencetuskan ide untuk menguasai semua lini bisnis untuk lima keluarga besar. Namun belum pernah terwujud karena 5 keluarga besar belum satu suara. Dan sekarang dia mencetuskannya kembali dengan memulai dari bisnis bawah tanah.”Lucas menarik badannya. Dia pun langsung mengerti dengan alasan ke
Kecurigaan Albin kepada Lucas semakin menjadi dengan kehadiran Julian. Dan kini, kecurigaannya mengarah kepada Lucas adalah salah satu pemimpin organisasi mafia Veleno.Albin tidak menyapa Julian dan memilih untuk masuk dalam mobil. Dia tidak mau dirinya terlihat yang mana nanti akan menyulitkannya dalam mengetahui siapa sosok Lucas sebenarnya.Di dalam rumah, Lucas membersihkan luka-luka Angeline dan menggantinya dengan obat herbal tradisional yang berbeda ramuannya.“Pak, ada yang membunyikan bel lagi. Apa yang harus aku lakukan? Membukanya atau jangan?” tanya Lea.Sambil mencuci tangan, Lucas menjawab, “Lihat di CCTV.”Lea terdiam. Dia tidak membawa ponsel.“Ambil HP-ku!” seru Lucas, yang sadar jika Lea tidak membawa ponsel.Lea mengambil ponsel Lucas yang ada di atas meja. Lalu dia memberikannya kepada Lucas.Ketika Lucas mengecek CCTV, dia melihat sosok Julian.“Kamu buka pintunya dan suruh tunggu di ruang tamu,” ucap Lucas.“Baik, Pak!” ucap Lea.Lucas menatap Angeline dan kemud
Deni berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat. Napasnya memburu.“A-aku akan pergi,” kata Deni pada akhirnya. “aku akan pergi ke rumah wanita itu, seperti yang diminta oleh Bos Lucas. Aku akan minta maaf.”Hugo mendengus kecil. “Bagus.”Ia menatap Deni dengan dingin, lalu menepuk pelan pipi pria itu, bukan seperti menenangkan, tapi mengingatkan. “Kau beruntung masih ingat. Kupikir kau akan lupa. Dan kalau itu terjadi… kehancuranmu akan datang lebih cepat dari yang kau kira.”Deni buru-buru menggeleng. “Tidak … tidak. Aku tidak mungkin lupa. Janji pada Bos Lucas, mana mungkin aku abaikan.”Morris menyilangkan tangan. “Kalau begitu, segera berangkat. Bawa anak-anakmu juga. Suruh mereka minta maaf bersama.”“Baik. Setelah kalian pergi, aku akan ke sana,” ucap Deni seraya menunduk.Morris menyipitkan mata. Lalu dia berkata, “Aku tidak ke mana-mana. Aku akan ikut. Aku ingin melihat langsung bagaimana kau merendahkan harga dirimu.”Tenggorokan Deni terasa kering. Ia menelan ludah keras-ker
“Aku nggak percaya Ibu benar-benar mengizinkannya,” ucap Kai dengan wajah berseri. “Aku janji, Bos. Aku akan latihan dengan sungguh-sungguh. Aku akan jadi petarung yang hebat!”Lucas memandangnya sebentar. “Latihlah dulu hatimu sebelum tubuhmu.”Kai mengernyit. “Maksud Bos?”“Kamu harus bayar kepercayaan ibumu. Jangan kecewakan dia. Kamu tahu, kepercayaan itu mahal. Kalau kau gagal, kau bukan cuma jatuh, kamu menghancurkan harapannya.”Kai mengangguk cepat, wajahnya berubah serius. “Aku mengerti. Aku nggak akan mengecewakannya. Aku akan buat Ibu bangga. Dan suatu hari nanti ... aku akan bawa dia keluar dari kemiskinan ini.”Liana yang sejak tadi diam, menghela napas pelan. “Tapi ... kalau bisa jangan ikut tinju bawah tanah, ya. Latihan saja. Jangan sampai cedera.”Kai menoleh ke ibunya, lalu tersenyum kecil. “Itu tidak bisa, Bu. Dari mana aku dapat uang kalau tidak bertarung?”“Uang?” Liana mengernyit.Kai mengangguk. “Iya. Satu pertandingan bisa dapat bayaran besar. Bahkan lebih besa
“Aku masih tidak percaya,” kata Kai sambil berjalan di samping Lucas. “Bos Lyacs tadi seperti Raja Iblis turun dari langit.”Lucas tidak menjawab. Langkah kakinya tetap stabil, matanya lurus ke depan seperti tak terganggu oleh pujian itu.“Kamu tahu, Bos? Tadi itu benar-benar gila. Tujuh orang siap menghajarmu, dan Bos tidak bergerak sedikit pun. Tapi, mereka semua malah mundur sendiri. Itu bukan karena kekuatan fisikmu. Itu karena aura dan wibawamu, Bos. Kamu ... benar-benar luar biasa, Bos.”Lucas tetap diam.Kai tertawa kecil. “Aku pikir kita bakal baku hantam habis-habisan. Ternyata, cukup dengan satu kalimat: 'Dia adalah pemilik Sasana Brotherhood,' dan semuanya selesai. Mereka takut.”Lucas akhirnya berbicara, suaranya tenang dan datar. “Jangan lakukan itu lagi.”Kai mengerutkan dahi. “Lakukan apa?”“Jangan pernah bongkar siapa aku. Bahkan jika nyawamu terancam sekalipun.”Kai langsung berhenti melangkah. “A-aku ... aku hanya ingin melindungimu, Bos. Dan juga ingin menyelesaikan
“Serang dia! Hajar sampai mati kalau perlu! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini hidup-hidup!” bentak Tuan Deni, suaranya membelah udara seperti cambuk api.Anak buahnya langsung bereaksi. Tujuh pria berbadan besar dengan mata merah menyala menerjang maju. Tinju mereka terkepal, siap menghantam. Suara langkah kaki mereka bergemuruh seperti kawanan banteng yang menyeruduk liar.Namun Lucas tidak bergeming.Dia berdiri di tempat, tangan tetap dimasukkan ke saku celana, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.Dia justru menyeringai.“Lucu,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara kepada diri sendiri. “Anak-anak taman kanak-kanak diajak tawuran.”Tepat ketika preman-preman itu hendak menyentuh jarak tempur, sebuah suara melengking memecah suasana.“Berhenti!”Semua orang membeku.Kai melangkah maju, berdiri di antara Lucas dan para preman, tubuhnya gemetar tapi matanya bulat penuh tekad.“Berhenti! Jangan sentuh dia!”Tuan Deni mendelik. “Kau gila, bocah?! Minggir!”Kai menel
Kai bergegas ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa. Langkahnya tergesa, tangannya cepat meraih gayung dan menampung air di ember kecil yang ada di sana.Sementara itu, Liana masih berdiri di ruang tamu dengan tubuh gemetar.“Bos Lucas…” katanya lirih. “Tolong … batalkan niatmu pergi ke tempat Tuan Deni.”Lucas menoleh perlahan, matanya tenang namun tajam. “Kenapa?”“Aku tidak ingin ada keributan lagi. Aku tidak ingin kamu menyulut api lebih besar,” ucap Liana, suaranya gemetar. “tolong, cukup sampai di sini. Nantinya, aku yang akan repot karena aku yang pastinya akan dikejar-kejar oleh mereka.”Lucas menghela napas pelan. “Tenang. Aku akan menyelesaikan ini supaya tidak ada masalah di kemudian hari.”“Tidak seperti itu maksudku,” Liana cepat-cepat menimpali. “pokoknya jangan ke sana! Jangan menantang Tuan Deni! Dia bukan orang biasa, Lucas.”Langkah Kai terdengar dari lorong. Dia muncul sambil membawa gayung berisi air, menetes-netes di lantai.“Ibu, tenanglah,” katanya sambil menyerah
Pria bertubuh besar dengan suara bak halilintar itu berdiri di depan pintu. Wajahnya penuh kemarahan. Tato naga hitam menghiasi lengan kirinya, dan rantai emas tebal menggantung di lehernya.“Kamu tidak perlu ikut campur kecuali kamu mau mendapat masalah!” ucap pria bernama Baron.“Namaku Lucas,” jawabnya tenang, lalu menyunggingkan senyum dingin. “nama belakangku ‘masalah’. Jadi, aku sudah akrab dengan yang namanya masalah.”Baron mendecih. “Sialan.”Lucas melipat tangan di dada. “Sekarang jelaskan, kau ini siapa dan kenapa mencari Liana?”Baron menoleh ke arah Liana yang berada di balik Lucas. “Bukan urusanmu. Aku di sini untuk menagih utang.”Liana melangkah maju dengan wajah tegang. “Baron, aku sudah bilang, aku butuh waktu. Aku belum punya uangnya sekarang.”Baron mengangkat alis. “Waktu? Sudah cukup banyak waktu kau minta, Liana. Tapi utang tetap utang. Harus dibayar sekarang juga sesuai dengan perjanjian! Paham!”Kai langsung berdiri dari tempat duduknya. “Jangan bentak ibu say
“Bukti adalah segalanya,” gumam Angeline pelan, matanya masih terpaku pada lima nama di atas kertas.Nero berdiri tegak di hadapannya. “Buktinya akan menyusul, Bu Presdir.”Angeline menatapnya tajam. “Maksudmu?”“Pak Jack Will yang akan menyerahkannya,” jelas Nero tanpa ragu.Kening Angeline berkerut. “Kau sudah memberitahu Pak Jack Will sebelum memberitahuku?”Nero mengangguk. “Iya, Bu. Kebetulan kemarin saya tidak sengaja bertemu dengannya.”“Ya sudah… kalau pemilik perusahaan ini sudah tahu, bagaimana lagi.” Nada suaranya datar, tapi matanya menyimpan segunung beban.Nero menunggu sejenak, lalu bertanya hati-hati, “Kalau begitu, apa langkah selanjutnya? Apakah kelima orang ini langsung dipecat dan diproses hukum?”Angeline menggeleng perlahan. “Tidak. Kita tunggu saja Pak Jack Will. Aku tidak ingin gegabah.”“Baik,” kata Nero, menunduk hormat, mengikuti keputusannya.Sabrina, yang sejak tadi diam, mengambil berkas itu dan membacanya. Matanya membelalak. “Mereka… mereka semua orang
“Fokus! Jangan seperti anak kecil yang baru belajar berdiri!”Suara Grandmaster Xena menggema di tengah tanah lapang yang dikelilingi pohon-pohon tinggi.Dario terhuyung, peluh menetes dari dagunya. Dia menarik napas panjang lalu kembali ke posisi kuda-kuda.“Maaf, Bibi Xena,” katanya sambil menggertakkan gigi.“Tutup mulutmu! Ulangi gerakan ‘Naga Membelah Awan’ dari awal!”Dario mengangguk. Dia memutar tubuh, mengangkat kaki dan mengayunkannya dalam gerakan melingkar. Namun sebelum selesai sesuatu yang tidak terduga terjadi.Wussh!Sebuah pukulan dari tenaga dalam melesat seperti bola angin, menghantam pundaknya.Bruuuk!Tubuh Dario terpelanting sejauh 10 meter dan menghantam tanah dengan suara keras.“Gah!”“Lakukan gerakan yang benar!” seru Xena dingin.“Aku sudah melakukan dengan benar…” Dario mengerang sambil berusaha bangkit.Xena menyipitkan mata. “Kamu kira aku buta? Mataku masih tajam, bahkan bisa melihat lalat yang hinggap di jarum!”Dario buru-buru menggeleng. “Tidak! Aku t
Di kepala Lucas, adegan-adegan panas telah tersaji, membuat dia semakin bergairah.Otaknya pun mencari cara bagaimana dia bisa membuat Angeline mau melayaninya.Tangannya secara perlahan memijat pundak dan turun ke lengan. Dia sebisa mungkin menyentuh kulit Angeline yang saat ini sudah hanya mengenakan tanktop warna putih saja.“Aku sudah menghabiskannya.” Angeline berkata sambil menunjukkan gelas yang telah kosong.“Bagus. Sebentar lagi lelahmu akan hilang,” kata Lucas seraya mengambil gelas itu.Lucas pun meletakkan gelasnya ke meja.“Aku akan mandi dulu,” kata Angeline.Buru-buru, Lucas kembali dan memegang pundak Angeline sambil berkata, “Apakah kamu nggak mau dipijat dulu? Setelah dipijat, baru mandi. Bagaimana?”Angeline bertanya, “Apakah itu tidak apa-apa? Kamu tidak lelah?”Lucas melanjutkan pijatannya. “Tidak. Hari ini aku hanya mengadakan rapat saja di sasana tidak ada hal berat yang aku lakukan.”“Hmm … baiklah. Terima kasih!” ucap Angeline.Dari belakang, dada Angeline te