Si gondrong dengan berani melepaskan tamparan kepada Moretti. Dia berpikir kalau pihak sasana Brotherhood tidak akan menyerah balik karena dia adalah penonton yang telah membayar.Namun ternyata berbeda. Moretti menepis tamparan itu dan membalas menampar.Plaaak!Tamparan dari Moretti cukup keras hingga membuat si gondrong sempoyongan.Melihat temannya ditampar hingga sempoyongan, sepuluh orang yang ada di dekat si gondrong protes.âApa yang kau lakukan?ââApa yang aku lakukan? Kenapa tidak bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan?â Moretti menantang balik.Lucas mendekat. Dia tidak mau membuat acara pertamanya di sasana Brotherhood berantakan. Oleh sebab itu, dia ingin menyelesaikan masalah ini baik-baik.âKalian semua ikut aku. Kita bicarakan masalah ini baik-baik. Aku akan mendengarkan apa yang kalian minta dan mencari solusi terbaiknya,â kata Lucas.Mereka semua yang merupakan anak buah si gondrong, menatap si gondrong untuk menentukan apakah akan ikut dengan Lucas atau tetap
Angeline dengan santainya mengenakan bra dan kemudian piyamanya. Dia tidak memedulikan lagi dengan kehadiran Lucas.Lucas pun berusaha sekuat tenaga untuk menahan gairahnya. Dia tidak mau bertengkar hanya karena hasratnya. Sebab hari ini dia telah letih.Lucas melangkah menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur."Parfum siapa ini?" Angeline melipat tangan di depan dada, tatapan tajamnya menghujam Lucas yang baru saja menutup pintu kamar. Dia mencium aroma yang beda dari biasanya.Lucas, yang masih mengenakan kemeja putih rapi, hanya melirik sekilas tanpa menghentikan langkah menuju kamar mandi."Ada bau parfum lain di tubuhmu." Angeline melirik sebal ke arah Lucas.âParfum apa?â tanya Lucas ringan. Nada acuh yang terlalu santai untuk situasi yang sedang memanas.Angeline mendengus. "Jangan pura-pura bego. Itu bukan parfummu. Dan aku tahu sekali, itu bukan bau parfum laki-laki."Lucas berhenti tepat di depan pintu kamar mandi, punggungnya masih menghadap Angeline. Sek
"Jadi, apa rencanamu sekarang?" tanya Sabrina dengan suara lembut, tapi tatapannya memperhatikan setiap gerakan Angeline. Angeline duduk tegak di kursi taman. Jari-jarinya saling bertautan. Dihembuskannya napas berat. "Aku tidak tahu. Aku benar-benar bingung. Kalau dia tidak bersalah, kenapa ada noda lipstik di kerahnya? Tidak mungkin noda itu datang begitu saja."Sabrina menghela napas pelan. Matanya menatap Angeline, penuh pertimbangan. "Lucas itu âĶ pria yang spesial. Dia berbeda dari kebanyakan pria lain."Angeline mengerutkan dahi, kebingungan tergambar jelas di wajahnya. "Spesial karena apa? Perasaan biasa saja." Sabrina tersentak. Pertanyaan itu membuat tubuhnya menegang seketika. Dia tahu, ucapannya tadi adalah sebuah kesalahan besar. Bibirnya terkatup rapat, pikirannya berpacu mencari jalan keluar. Otaknya berputar cepat, dan setelah sepersekian detik, dia menemukan jawaban yang logis. "Karena dia pemilik sasana tinju."Angeline mengangguk pelan, mencoba mencerna penjelasa
Lucas terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Angeline. Sebelumnya wanita itu terlihat sangat senang ketika mengetahui jika dirinya menjadi pemilik sasana Brotherhood. Tapi sekarang? Dia menolaknya? âKenapa tiba-tiba saja kamu memintaku untuk melepaskan sasana Brotherhood? Ada masalah apa?â tanya Lucas dengan kening yang berkerut. Angeline dengan mata yang menatap ke bantal yang ada di sebelahnya, berkata, âTidak ada masalah apa-apa. Hanya saja, aku rasa lebih baik kamu melepaskannya.â âIya, melepaskan. Tapi karena apa? Tidak mungkin melepaskan begitu saja tanpa alasan, âkan?â tanya Lucas, bingung. Angeline terdiam. Sangat sulit baginya untuk mengatakan jika dia cemburu jika Lucas masih menjadi pemilik sasana Brotherhood karena banyaknya wanita di tempat seperti itu. âKamu tidak mau menjelaskannya?â tanya Lucas. Angeline duduk dan bersandar di kepala kasur. Dia menatap Lucas dalam-dalam. âDi sana tempat yang buruk dan sangat berbahaya. Karena kamu adalah suamiku, meski pe
Suara shower berpadu dengan aroma sabun lavender menguar ke indera penciuman Lucas. Dia setengah sadar, mencoba mengumpulkan sisa nyawa yang masih mengambang. Dia membuka matanya perlahan, mengerjap menyesuaikan diri dengan cahaya lembut yang masuk melalui tirai jendela kamar mereka.Lucas menarik napas panjang, menghempaskan tubuhnya ke sisi ranjang. Suara gemericik air dari dalam kamar mandi mengusik pikirannya, menyulut sesuatu yang tak mudah dia redam. Dia melirik pintu kamar mandi yang tertutup, seakan ada gravitasi yang menarik langkahnya mendekat."Arrrggg!" Lucas menjambak rambutnya kesal, entah karena apa.Dia bangkit perlahan, membiarkan selimut jatuh ke lantai. Matanya terpaku pada pintu kamar mandi, napasnya sedikit berat. Setiap langkah yang diambilnya membawa gejolak berbeda di dalam dadanya. Lucas berdiri tepat di depan pintu. Tangannya mengulur ke arah kenop, tetapi tidak langsung memutarnya. Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri."Apa aku harus masuk?" tanyany
Tentu saja, mendengar jika sasana Brotherhood diserang, membuat Lucas begitu syok. Padahal baru saja semalam mereka sukses menyelenggarakan acara perdana di bawah kepemimpinan Lucas.âIya benar. Ada Kapten Mirko di depan rumah. Dia datang membawa kabar ini,â terang Sabrina.Lucas bergegas menemui Mirko agar dapat informasi dengan lebih jelas.Angeline keluar dari kamar. Dia penasaran sekali dengan keributan yang terjadi.âAda apa Sabrina?â tanya Angeline.âSasana Brotherhood diserang oleh sekelompok orang,â terang Sabrina.âApa?â Angeline syok mendengarnya.Meskipun semalam dia mengatakan kepada Lucas untuk melepaskan sasana Brotherhood, namun itu semata karena dia merasa cemburu dengan kehidupan di lingkaran sasana yang dikelilingi oleh banyak wanita.Angeline langsung memikirkan bagaimana perasaan Lucas sekarang ini. âSekarang Lucas ada di mana?â tanya Angeline.âDia ke depan rumah untuk menemui polisi, namanya kapten Mirko,â terang Sabrina.Angeline langsung bergegas menuju ke dep
Lucas tidak mau gegabah dalam menyimpulkan. Dia menunggu Diego untuk bisa menceritakan yang sebenarnya dengan tuntas.Seorang petugas kesehatan datang dan langsung memberikan pertolongan pertama sambil menunggu ambulance tambahan datang.Saat ini sudah ada 10 ambulance yang datang untuk membawa para korban. Dan sisanya masih dalam perjalanan.Jumlah orang yang ada di sasana Brotherhood pada saat kejadian berjumlah 30 orang. Dan semuanya terluka akibat serangan itu. Bahkan ada beberapa yang dinyatakan telah meninggal dunia.Lucas mencari keberadaan Moretti. Namun dia tidak berhasil menemukannya.âApakah dia tidak ada di sasana?â tanya Lucas pada diri sendiri.Ketika sedang mencari ke halaman belakang, terlihat Moretti datang dengan jalan terhuyung-huyung.âMoretti!âLucas langsung menghampiri dan memegangi tubuhnya.âMoretti, apa yang terjadi? Siapa yang melakukan penyerangan?â tanya Lucas.Moretti menjawab dengan suara yang pelan, âLaudrup. Dia membawa pasukan dalam jumlah yang sangat
Gigio memang sudah menduga kalau Lucas bukanlah orang sembarangan. Dia pasti memiliki kedudukan tinggi di suatu tempat. Namun dia tidak menyangka jika Lucas adalah salah satu petinggi dari organisasi mafia Veleno.âJadi, dia adalah salah satu petinggi di organisasi mafia Veleno? Apa kamu yakin?â tanya Gigio.âAku yakin tapi aku belum bisa membuktikannya. Hanya saja dari gelagatnya, terlihat jelas. Dan lagi pula, mana ada orang biasa dapat mengatur seseorang seperti Julian kalau dia bukanlah atasannya?â kata Albin.Dengan ekspresi wajah yang tegas dan bersungguh-sungguh, Gigio berkata, âSekarang aku jadi semakin yakin dengan Lucas. Keputusanku untuk memercayainya ternyata tidak salah. Aku akan menjadi pendukungnya mulai saat ini!âAlbin terkejut dengan keputusan Gigio untuk menjadi pendukung Lucas.Memang benar jika Lucas adalah orang yang spesial, namun seseorang seperti Gigio menjadi pengikutnya? Itu luar biasa!âMungkin kamu adalah seorang polisi, namun tidak ada salahnya juga untuk
Angeline melipat lengannya, bersandar di kepala ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang temaram. Lucas masih memegang ponsel yang tadi bergetar.Kini nama Jeremy sudah tidak lagi terlihat di layar, tapi bayangannya masih menggantung di kepala mereka.âDia makin lama makin mengganggu,â ucap Angeline dengan nada tidak suka.Lucas menoleh ke arahnya. âDia melakukan apa lagi?ââDua hari ini dia datang menemuiku,â jawab Angeline, suaranya tenang namun mengandung penekanan emosi. âdia bilang ingin membantuku menyelesaikan masalah dengan Carlos dan teman-temannya.âLucas mengernyit. âMembantu? Dengan cara apa?âAngeline menghela napas, menatap Lucas sebentar lalu menunduk. âKatanya, dia bisa menghentikan Carlos agar tidak memviralkan kasus itu. Tapi dengan satu syarat.âLucas menyandarkan punggung, tangannya terlipat di dada. âSyarat?ââDia minta aku membantu menyelamatkan perusahaan Liquid,â jawab Angeline pelan. âdia bilang perusahaan di ambang kebangkrutan dan membutuhkan proyek b
Ponsel Jeremy bergetar di tengah hingar bingar musik klub malam. Lampu disko menyinari wajahnya dengan warna-warni menyilaukan, tapi ia tetap bisa membaca nama yang muncul di layar.Carlos.Dengan senyum kecil, Jeremy menerima panggilan itu dan menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sudah menduga jika Carlos menghubungi karena dia setuju untuk menyerahkan masalah mereka kepadanya.âAkhirnya kamu menghubungiku juga,â kata Jeremy dengan ringan.âAku ingin bertemu denganmu. Kalau bisa sih, sekarang,â jawab Carlos tegas.Jeremy melirik sekeliling. Musik EDM masih menggelegar.âHmmm âĶ aku sedang di Imperial Room, klub malam di pusat kota. Kalau kamu mau bicara, datang saja ke sini,â kata Jeremy.âBaiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana,â kata Carlos.Setelah itu dia pun mengakhiri panggilan suara.Jeremy menaruh ponselnya ke atas meja dengan tawa lepas. âAku tidak pernah gagal. Aku adalah seorang pemenang!â ucap Jeremy, berbangga diri. Dia pun memeluk seorang teman wanitanya, tapi bu
Langkah kaki Lucas menyusuri jalan yang sepi, meninggalkan jejak di rumput. Panggilan dari Angeline beberapa menit lalu masih membekas di benaknya. Nada suaranya terdengar tenang, tapi Lucas tahu, terlalu tenang justru menyembunyikan sesuatu.Rajendra m kembali ke rumah ibunya dan langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana, ibunya sedang duduk santai di sofa sambil menonton tayangan ulang sinetron klasik. Volume televisi tak terlalu keras, namun cukup untuk mengisi kesunyian rumah mewah itu.Rose menoleh begitu melihat Lucas masuk. âDari mana saja kamu, Nak?âLucas menyandarkan tubuh di sandaran sofa. âDari danau. Sekadar jalan-jalan.âRose memiringkan kepala. âAh, kamu benar. Udara di dekat danau, memang sangat bagus.âLucas menoleh. âIbu ingin ikut jalan-jalan?âWajah Rose langsung berubah berseri. âKalau boleh, aku ingin. Badanku rasanya kaku sekali. Dulu waktu kita masih tinggal di gang kecil, aku bolak-balik ke pasar. Masak buat dijual. Bergerak terus. Tapi sejak tinggal di sini,
âApakah musuhmu itu bernamaLucas?â bisik Emilio lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur rasa tidak percaya.Xena hanya menjawab dengan anggukan kecil.Tatapan Emilio mengeras. Dia bersandar ke sofa, memandangi Xena dalam diam. Beberapa detik kemudian, dia berkata, âKalau benar kita punya musuh yang sama, artinya pria itu memang tidak biasa.âHector melirik Emilio. âDon Emilio, apa kau yakin?âEmilio mengangguk pelan, meski sorot matanya tidak menunjukkan keyakinan yang sepenuhnya bulat. âDia membunuh dua ketua cabang organisasi kami di kota Verdansk. Dalam waktu yang berdekatan.âXena menatap Emilio tajam. Lalu dia berkata, âDia juga telah membunuh keponakanku. Dan itulah kenapa aku menganggap dia sebagai musuhku.âRuangan itu kembali sunyi. Emilio mencoba mengingat siapa saja keponakan Xena yang diketahui dalam lingkaran dunia bela diri. Tak banyak. Dan jika salah satunya tewas di tangan LucasâĶâApa? Dia membunuh keponakanmu?â tanya Emilio.Xena menatapnya.
Langkah kaki ringan namun tegas terdengar mendekati aula utama markas organisasi Dominus Noctis. Aroma wewangian bunga magnolia mengalir lebih dulu, seolah menandakan kehadiran sosok luar biasa.Pintu dibuka oleh pengawal, dan masuklah seorang wanita.Tubuhnya tegap namun elegan. Rambut hitam berkilau digulung anggun di atas kepala. Wajahnya tidak muda, namun tiap lekuk dan guratannya memancarkan ketegasan serta keanggunan yang menakjubkan. Sepasang mata tajam menyorot sekeliling dengan rasa percaya diri yang luar biasa.âXena,â ucap Don Emilio dengan nada hampir tak percaya.Ia langsung berdiri. Tatapannya berubah dari dingin menjadi hangat seketika, seolah beban puluhan tahun menguap begitu melihat wanita itu.Xena tersenyum saat melihat Emilio. âMasih mengenaliku?â tanya Xena.âMana mungkin tidak mengenalimu?â Emilio melangkah cepat mendekati, lalu memeluk Xena dengan erat. âTuhan. Ini benar-benar kamu. Sudah berapa lama sejak kita terakhir bertemu?ââHmmm âĶ dua puluh tahun, mungki
Carlos mengernyit. âPerjanjian kecil macam apa?âJeremy menepuk lututnya pelan dan tersenyum seolah tengah menawarkan harta karun dengan nominal tak terhingga.âAku ingin kalian berlima bergabung ke perusahaan Liquid. Perusahaan keluargaku,â ucap Jeremy dengan nada meyakinkan. âkalian akan langsung bekerja, punya jabatan, dan tentu saja, kalian akan mendapatkan uang besar.âFabian langsung mendecak. âPerusahaan Liquid? Perusahaan kecil itu? Serius?âJeremy tak tersinggung. Malah tertawa pelan. âAku tahu kalian akan berkata begitu.ââKami dipecat dari perusahaan raksasa,â sahut Fabian lagi. âsekarang kamu suruh kami balik ke perusahaan gurem yang bahkan belum pernah kami dengar di berita lokal? Aku tidak mau mengakhiri karirku di lubang sumur.âJeremy mengangkat tangan sambil berkata, âTenang dulu. Ini baru awal. Aku belum selesai bicara.âLucca menyipitkan mata. âJadi maksudmu bagaimana?âJeremy menatap ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang penasaran. Lalu dia berkata dengan pelan,
Jeremy menelan ludah, pandangannya terombang-ambing antara Lucas dan Gigio. Aura tekanan di sekeliling terasa seperti dinding tak terlihat yang siap menekuk tubuh siapa pun yang berkata salah.âAku, tentu saja aku tidak memanfaatkan situasi,â kata Jeremy akhirnya dengan suaranya yang bergetar tipis. âaku datang ke sini karena ingin membantu. Tapi aku tidak punya kekuatan apa pun untuk bertindak tanpa persetujuan Angeline. Karena itu, aku datang ke kamu. Kupikir, kalau kamu bicara, dia akan mendengarkan.âLucas tetap berdiri, menatap Jeremy seolah menilai setiap gerak napasnya.âLalu apa yang akan kamu lakukan untuk menghentikan Carlos? Apa rencanamu?â tanya Lucas.Jeremy menarik napas panjang. Kali ini dia merasa punya pijakan.âAku akan bicara dengan Carlos secara langsung. Aku akan memberinya beberapa opsi penawaran damai,â terang Jeremy. âaku akan berusaha membujuknya untuk membatalkan rencananya dan menerima keputusan Angeline yang memecat mereka.âLucas menyipitkan mata. âDan kam
âDarimana kamu dapat info kalau Dario ada di sana?â tanya Lucas. Suaranya terdengar tenang. Tapi bagi mereka yang mengenalnya, itu bukan suara biasa. Itu adalah suara yang mengandung ancaman tersembunyi, dingin, tajam, dan siap menebas jika perlu.Gigio tahu itu.Dia menarik napas pendek, lalu menjawab hati-hati. âAku menyewa detektif pribadi.âLucas mengangguk sekali. Sorot matanya tidak bergeser dari wajah Gigio.âDetektif itu bilang mereka menemukan jejak Dario di sebuah rumah di selatan ibukota provinsi Everdale. Katanya dia tinggal di sana, diam-diam.âLucas menyilangkan tangan di dadanya. âApakah kamu sudah memeriksa rumah itu?âGigio menatap Albin sekilas, lalu kembali menatap Lucas. âSudah. Tapi rumah itu kosong. Tidak ada jejak Dario. Sepertinya mereka sudah pergi sebelum kami tiba.âLucas tertawa pelan, lalu mengangguk dua kali. âKamu menyewa detektif bodoh, Gigio.âGigio mengerutkan kening. Tapi dia menahan diri untuk tidak tersinggung.Lucas melanjutkan, âOrang seperti Dar
âAku tidak mau memikirkan hal ini sekarang,â ucap Angeline pelan namun tegas, sambil berdiri dari kursinya. âmasih banyak pekerjaan yang lebih penting dan mendesak.âJeremy menatapnya dengan ekspresi kecewa.âAngeline, kamu tidak bisa menganggap remeh masalah ini. Carlos dan keempat temannya tidak main-main,â tekan Jeremy, berjalan dua langkah mendekat.Angeline memutar tubuhnya, menatap langsung ke arah Jeremy. âPak Jack Will tidak akan memecatku hanya karena lima orang pecundang yang sakit hati. Aku sudah menyelamatkan banyak proyek dan menjadikan BQuality tumbuh. Fakta itu tidak bisa dibantah hanya dengan satu video viral.âJeremy tersenyum sinis. Lalu dia berkata, âKamu benar-benar mulai sombong, ya. Sudah merasa tak tersentuh hanya karena jabatan?ââBukan soal jabatan, tapi soal kebenaran,â potong Angeline.âKalau begitu, jangan salahkan aku saat kamu jatuh tersungkur. Karena kesalahanmu akan segera mengejarmu!â seru Jeremy dengan emosi yang mulai memuncak.âSilakan keluar,â ujar