Tentu saja, mendengar jika sasana Brotherhood diserang, membuat Lucas begitu syok. Padahal baru saja semalam mereka sukses menyelenggarakan acara perdana di bawah kepemimpinan Lucas.“Iya benar. Ada Kapten Mirko di depan rumah. Dia datang membawa kabar ini,” terang Sabrina.Lucas bergegas menemui Mirko agar dapat informasi dengan lebih jelas.Angeline keluar dari kamar. Dia penasaran sekali dengan keributan yang terjadi.“Ada apa Sabrina?” tanya Angeline.“Sasana Brotherhood diserang oleh sekelompok orang,” terang Sabrina.“Apa?” Angeline syok mendengarnya.Meskipun semalam dia mengatakan kepada Lucas untuk melepaskan sasana Brotherhood, namun itu semata karena dia merasa cemburu dengan kehidupan di lingkaran sasana yang dikelilingi oleh banyak wanita.Angeline langsung memikirkan bagaimana perasaan Lucas sekarang ini. “Sekarang Lucas ada di mana?” tanya Angeline.“Dia ke depan rumah untuk menemui polisi, namanya kapten Mirko,” terang Sabrina.Angeline langsung bergegas menuju ke dep
Lucas tidak mau gegabah dalam menyimpulkan. Dia menunggu Diego untuk bisa menceritakan yang sebenarnya dengan tuntas.Seorang petugas kesehatan datang dan langsung memberikan pertolongan pertama sambil menunggu ambulance tambahan datang.Saat ini sudah ada 10 ambulance yang datang untuk membawa para korban. Dan sisanya masih dalam perjalanan.Jumlah orang yang ada di sasana Brotherhood pada saat kejadian berjumlah 30 orang. Dan semuanya terluka akibat serangan itu. Bahkan ada beberapa yang dinyatakan telah meninggal dunia.Lucas mencari keberadaan Moretti. Namun dia tidak berhasil menemukannya.“Apakah dia tidak ada di sasana?” tanya Lucas pada diri sendiri.Ketika sedang mencari ke halaman belakang, terlihat Moretti datang dengan jalan terhuyung-huyung.“Moretti!”Lucas langsung menghampiri dan memegangi tubuhnya.“Moretti, apa yang terjadi? Siapa yang melakukan penyerangan?” tanya Lucas.Moretti menjawab dengan suara yang pelan, “Laudrup. Dia membawa pasukan dalam jumlah yang sangat
Gigio memang sudah menduga kalau Lucas bukanlah orang sembarangan. Dia pasti memiliki kedudukan tinggi di suatu tempat. Namun dia tidak menyangka jika Lucas adalah salah satu petinggi dari organisasi mafia Veleno.“Jadi, dia adalah salah satu petinggi di organisasi mafia Veleno? Apa kamu yakin?” tanya Gigio.“Aku yakin tapi aku belum bisa membuktikannya. Hanya saja dari gelagatnya, terlihat jelas. Dan lagi pula, mana ada orang biasa dapat mengatur seseorang seperti Julian kalau dia bukanlah atasannya?” kata Albin.Dengan ekspresi wajah yang tegas dan bersungguh-sungguh, Gigio berkata, “Sekarang aku jadi semakin yakin dengan Lucas. Keputusanku untuk memercayainya ternyata tidak salah. Aku akan menjadi pendukungnya mulai saat ini!”Albin terkejut dengan keputusan Gigio untuk menjadi pendukung Lucas.Memang benar jika Lucas adalah orang yang spesial, namun seseorang seperti Gigio menjadi pengikutnya? Itu luar biasa!“Mungkin kamu adalah seorang polisi, namun tidak ada salahnya juga untuk
Entah kenapa John merasa takut. Padahal dia yang mengompori Laudrup untuk menyerang sasana Brotherhood.Ini juga yang membuat Matteo heran. Senyumannya pun langsung hilang karenanya.“Kenapa kamu begitu cemas?” tanya Matteo.John menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Tidak tahu kenapa aku merasa cemas. Firasatku tidak baik saat ini. Aku takut kalau Lucas membalas dendam.”Matteo menyeringai. “Tidak mungkin. Dia tidak memiliki kendaraan lagi. Pasukannya banyak yang mati dan terluka. Jika dia datang sendiri ke sini, sama saja dengan menyerahkan nyawa.”John terdiam. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya.***"Jadi, apa keputusanmu, Angeline?" tanya Jeremy memecah kesunyian ruangan, membuat Angeline yang sedang menatap layar komputer tersentak kecil.Dia mengerjap, mencoba mengalihkan perhatian dari pikirannya yang kusut. Namun, pertanyaan Jeremy hanya membuat dadanya semakin sesak."Sudah kamu pikirkan?" "Aku belum memutuskan," jawabnya pendek tanpa menoleh.Jeremy mengerutkan dahi
Julian yang bekerjasama dengan Mike, dapat menemukan keberadaan Laudrup dengan cepat dan tepat.“Di mana posisinya sekarang?” tanya Lucas.“Dia ada di sasana Dragon's Den. Jika dilihat dari rekaman CCTV di area sekitar, terlihat juga di sana ada Matteo, ketua Serikat Dagang. Dan sampai aku kembali, dia masih ada di sana,” terang Julian.Lucas mengangguk sambil berkata “Baiklah. Aku tidak perlu susah-susah untuk menyelesaikan ini semua.”Angeline menatap Lucas. Dia melihat ada gelagat yang aneh dari suaminya itu.“Apa yang akan kamu lakukan? Jangan membuat masalah yang lebih besar, Lucas. Pasukanmu saat ini sedang terluka semuanya,” tanya Angeline.Lucas menoleh ke arah Angeline dan berkata, “Aku tidak perlu anak buahku untuk ikut campur. Aku m bisa menyelesaikannya sendiri.”“Tidak! Kamu tidak mungkin bisa melawan mereka. Apalagi untuk melawan ketua Matteo. Itu mustahil!” ucap Angeline dengan sangat serius sekarang ini.Lucas memutar badannya jadi saling berhadapan dengan Angeline. Di
Gigio yang baru saja kembali ke Serikat Dagang, terkejut tatkala dia mendapat kabar jika Lucas akan melakukan misi balas dendam siang ini juga.Meskipun misi balas dendam itu sudah diduga oleh Gigio akan dilakukan namun tidak mengira jika secepat ini.“Benarkah dia akan melakukannya sekarang?” tanya Gigio yang langsung bangkit dari kursinya.Albin mengangguk sambil berkata, “Julian yang mengatakannya padaku. Lucas bahkan meminta Julian untuk membawa ekskavator. Dia benar-benar ingin mengubur sasana Brotherhood.”“Bagaimana ini, Albin? Kita harus ke sana atau kita mendukung dari sini? Misal mencoba untuk mengatur polisi dan militer agar tidak ikut campur,” tanya Gigio, bingung.Yang sedang dihadapi adalah Matteo Bellucci. Ketua Serikat Dagang kota Verdansk yang masuk ke dalam 5 besar keluarga paling berpengaruh di kota Verdansk.“Menurutku, sebaiknya Anda datang ke sana agar bisa dilihat langsung oleh Lucas. Saat di sana, Anda mau membantu untuk mengatur polisi atau militer pun, tidak
Sasana Dragon's Den Meskipun mengabaikan firasat buruk yang diutarakan oleh John beberapa saat lalu, namun nyatanya Matteo dan Laudrup menjaga diri agar tidak mabuk.Entah bagaimana, setelah beberapa saat, mereka mulai merasa cemas juga dengan aksi balas dendam yang mungkin akan dilakukan oleh Lucas.Jika mereka mabuk, tentu saja Lucas akan dengan mudah untuk menghancurkan mereka. Oleh karena itu, mereka membatasi dari alkohol dan menggantinya dengan merokok. Sesekali melakukan sesuatu dengan wanita-wanita seksi yang ada di sekeliling mereka.Seorang anak buah datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya pucat dan napasnya tersengal. Dia seperti baru saja melihat hantu.“Permisi, Bos!”Laudrup mengerutkan keningnya dan bertanya dengan nada tinggi. “Ada apa! Bikin orang kaget saja!”Sambil menunjuk ke arah depan sasana, pria itu berkata, “D-di di depan s-sana … ada pasukan musuh datang. Mereka datang dengan membawa ekskavator.”Sontak saja ketika petinggi sasana Dragon's Den itu terlonjak. Me
Laudrup masih berusaha untuk melawan. Meskipun tangannya patah, dia tidak mau menyerah.“Hanya dengan satu tangan, aku bisa mengalahkanmu!” ucap Laudrup lagi.Dengan sangat serius, Lucas berkata, “Jangan banyak bicara! Buktikan saja!”Laudrup masih mencoba untuk meredakan rasa sakit di tangannya sebelum dia bergerak. Namun, di saat ini, Lucas berinisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Laudrup melompat ke belakang untuk menjauhkan diri dari jangkauan Lucas. Tetapi percuma saja. Kecepatan Lucas begitu luar biasa.‘Dia itu siapa sebenarnya? Bagaimana mungkin dia bisa secepat ini?’“Ini untuk orang-orang yang sudah kamu lukai!” ucap Lucas seraya melepaskan sebuah pukulan keras ke arah perut Laudrup.Laudrup bahkan tidak sanggup hanya untuk menangkis serangan Lucas yang mengeluarkan 50% kekuatannya, karena sangat cepat.Buuuuk!Laudrup terpental ke atas. Pandangannya menjadi gelap saat ini.‘Ini apa? Kenapa gelap? Apakah aku akan menemukan kematianku?’“Ini untuk orang-orang yang telah
Angeline melipat lengannya, bersandar di kepala ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang temaram. Lucas masih memegang ponsel yang tadi bergetar.Kini nama Jeremy sudah tidak lagi terlihat di layar, tapi bayangannya masih menggantung di kepala mereka.“Dia makin lama makin mengganggu,” ucap Angeline dengan nada tidak suka.Lucas menoleh ke arahnya. “Dia melakukan apa lagi?”“Dua hari ini dia datang menemuiku,” jawab Angeline, suaranya tenang namun mengandung penekanan emosi. “dia bilang ingin membantuku menyelesaikan masalah dengan Carlos dan teman-temannya.”Lucas mengernyit. “Membantu? Dengan cara apa?”Angeline menghela napas, menatap Lucas sebentar lalu menunduk. “Katanya, dia bisa menghentikan Carlos agar tidak memviralkan kasus itu. Tapi dengan satu syarat.”Lucas menyandarkan punggung, tangannya terlipat di dada. “Syarat?”“Dia minta aku membantu menyelamatkan perusahaan Liquid,” jawab Angeline pelan. “dia bilang perusahaan di ambang kebangkrutan dan membutuhkan proyek b
Ponsel Jeremy bergetar di tengah hingar bingar musik klub malam. Lampu disko menyinari wajahnya dengan warna-warni menyilaukan, tapi ia tetap bisa membaca nama yang muncul di layar.Carlos.Dengan senyum kecil, Jeremy menerima panggilan itu dan menempelkan ponsel ke telinganya. Dia sudah menduga jika Carlos menghubungi karena dia setuju untuk menyerahkan masalah mereka kepadanya.‘Akhirnya kamu menghubungiku juga,’ kata Jeremy dengan ringan.‘Aku ingin bertemu denganmu. Kalau bisa sih, sekarang,’ jawab Carlos tegas.Jeremy melirik sekeliling. Musik EDM masih menggelegar.‘Hmmm … aku sedang di Imperial Room, klub malam di pusat kota. Kalau kamu mau bicara, datang saja ke sini,’ kata Jeremy.‘Baiklah, kalau begitu aku akan segera ke sana,’ kata Carlos.Setelah itu dia pun mengakhiri panggilan suara.Jeremy menaruh ponselnya ke atas meja dengan tawa lepas. “Aku tidak pernah gagal. Aku adalah seorang pemenang!” ucap Jeremy, berbangga diri. Dia pun memeluk seorang teman wanitanya, tapi bu
Langkah kaki Lucas menyusuri jalan yang sepi, meninggalkan jejak di rumput. Panggilan dari Angeline beberapa menit lalu masih membekas di benaknya. Nada suaranya terdengar tenang, tapi Lucas tahu, terlalu tenang justru menyembunyikan sesuatu.Rajendra m kembali ke rumah ibunya dan langsung menuju ke ruang keluarga. Di sana, ibunya sedang duduk santai di sofa sambil menonton tayangan ulang sinetron klasik. Volume televisi tak terlalu keras, namun cukup untuk mengisi kesunyian rumah mewah itu.Rose menoleh begitu melihat Lucas masuk. “Dari mana saja kamu, Nak?”Lucas menyandarkan tubuh di sandaran sofa. “Dari danau. Sekadar jalan-jalan.”Rose memiringkan kepala. “Ah, kamu benar. Udara di dekat danau, memang sangat bagus.”Lucas menoleh. “Ibu ingin ikut jalan-jalan?”Wajah Rose langsung berubah berseri. “Kalau boleh, aku ingin. Badanku rasanya kaku sekali. Dulu waktu kita masih tinggal di gang kecil, aku bolak-balik ke pasar. Masak buat dijual. Bergerak terus. Tapi sejak tinggal di sini,
“Apakah musuhmu itu bernamaLucas?” bisik Emilio lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti gumaman yang tercampur rasa tidak percaya.Xena hanya menjawab dengan anggukan kecil.Tatapan Emilio mengeras. Dia bersandar ke sofa, memandangi Xena dalam diam. Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Kalau benar kita punya musuh yang sama, artinya pria itu memang tidak biasa.”Hector melirik Emilio. “Don Emilio, apa kau yakin?”Emilio mengangguk pelan, meski sorot matanya tidak menunjukkan keyakinan yang sepenuhnya bulat. “Dia membunuh dua ketua cabang organisasi kami di kota Verdansk. Dalam waktu yang berdekatan.”Xena menatap Emilio tajam. Lalu dia berkata, “Dia juga telah membunuh keponakanku. Dan itulah kenapa aku menganggap dia sebagai musuhku.”Ruangan itu kembali sunyi. Emilio mencoba mengingat siapa saja keponakan Xena yang diketahui dalam lingkaran dunia bela diri. Tak banyak. Dan jika salah satunya tewas di tangan Lucas…“Apa? Dia membunuh keponakanmu?” tanya Emilio.Xena menatapnya.
Langkah kaki ringan namun tegas terdengar mendekati aula utama markas organisasi Dominus Noctis. Aroma wewangian bunga magnolia mengalir lebih dulu, seolah menandakan kehadiran sosok luar biasa.Pintu dibuka oleh pengawal, dan masuklah seorang wanita.Tubuhnya tegap namun elegan. Rambut hitam berkilau digulung anggun di atas kepala. Wajahnya tidak muda, namun tiap lekuk dan guratannya memancarkan ketegasan serta keanggunan yang menakjubkan. Sepasang mata tajam menyorot sekeliling dengan rasa percaya diri yang luar biasa.“Xena,” ucap Don Emilio dengan nada hampir tak percaya.Ia langsung berdiri. Tatapannya berubah dari dingin menjadi hangat seketika, seolah beban puluhan tahun menguap begitu melihat wanita itu.Xena tersenyum saat melihat Emilio. “Masih mengenaliku?” tanya Xena.“Mana mungkin tidak mengenalimu?” Emilio melangkah cepat mendekati, lalu memeluk Xena dengan erat. “Tuhan. Ini benar-benar kamu. Sudah berapa lama sejak kita terakhir bertemu?”“Hmmm … dua puluh tahun, mungki
Carlos mengernyit. “Perjanjian kecil macam apa?”Jeremy menepuk lututnya pelan dan tersenyum seolah tengah menawarkan harta karun dengan nominal tak terhingga.“Aku ingin kalian berlima bergabung ke perusahaan Liquid. Perusahaan keluargaku,” ucap Jeremy dengan nada meyakinkan. “kalian akan langsung bekerja, punya jabatan, dan tentu saja, kalian akan mendapatkan uang besar.”Fabian langsung mendecak. “Perusahaan Liquid? Perusahaan kecil itu? Serius?”Jeremy tak tersinggung. Malah tertawa pelan. “Aku tahu kalian akan berkata begitu.”“Kami dipecat dari perusahaan raksasa,” sahut Fabian lagi. “sekarang kamu suruh kami balik ke perusahaan gurem yang bahkan belum pernah kami dengar di berita lokal? Aku tidak mau mengakhiri karirku di lubang sumur.”Jeremy mengangkat tangan sambil berkata, “Tenang dulu. Ini baru awal. Aku belum selesai bicara.”Lucca menyipitkan mata. “Jadi maksudmu bagaimana?”Jeremy menatap ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang penasaran. Lalu dia berkata dengan pelan,
Jeremy menelan ludah, pandangannya terombang-ambing antara Lucas dan Gigio. Aura tekanan di sekeliling terasa seperti dinding tak terlihat yang siap menekuk tubuh siapa pun yang berkata salah.“Aku, tentu saja aku tidak memanfaatkan situasi,” kata Jeremy akhirnya dengan suaranya yang bergetar tipis. “aku datang ke sini karena ingin membantu. Tapi aku tidak punya kekuatan apa pun untuk bertindak tanpa persetujuan Angeline. Karena itu, aku datang ke kamu. Kupikir, kalau kamu bicara, dia akan mendengarkan.”Lucas tetap berdiri, menatap Jeremy seolah menilai setiap gerak napasnya.“Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk menghentikan Carlos? Apa rencanamu?” tanya Lucas.Jeremy menarik napas panjang. Kali ini dia merasa punya pijakan.“Aku akan bicara dengan Carlos secara langsung. Aku akan memberinya beberapa opsi penawaran damai,” terang Jeremy. “aku akan berusaha membujuknya untuk membatalkan rencananya dan menerima keputusan Angeline yang memecat mereka.”Lucas menyipitkan mata. “Dan kam
“Darimana kamu dapat info kalau Dario ada di sana?” tanya Lucas. Suaranya terdengar tenang. Tapi bagi mereka yang mengenalnya, itu bukan suara biasa. Itu adalah suara yang mengandung ancaman tersembunyi, dingin, tajam, dan siap menebas jika perlu.Gigio tahu itu.Dia menarik napas pendek, lalu menjawab hati-hati. “Aku menyewa detektif pribadi.”Lucas mengangguk sekali. Sorot matanya tidak bergeser dari wajah Gigio.“Detektif itu bilang mereka menemukan jejak Dario di sebuah rumah di selatan ibukota provinsi Everdale. Katanya dia tinggal di sana, diam-diam.”Lucas menyilangkan tangan di dadanya. “Apakah kamu sudah memeriksa rumah itu?”Gigio menatap Albin sekilas, lalu kembali menatap Lucas. “Sudah. Tapi rumah itu kosong. Tidak ada jejak Dario. Sepertinya mereka sudah pergi sebelum kami tiba.”Lucas tertawa pelan, lalu mengangguk dua kali. “Kamu menyewa detektif bodoh, Gigio.”Gigio mengerutkan kening. Tapi dia menahan diri untuk tidak tersinggung.Lucas melanjutkan, “Orang seperti Dar
“Aku tidak mau memikirkan hal ini sekarang,” ucap Angeline pelan namun tegas, sambil berdiri dari kursinya. “masih banyak pekerjaan yang lebih penting dan mendesak.”Jeremy menatapnya dengan ekspresi kecewa.“Angeline, kamu tidak bisa menganggap remeh masalah ini. Carlos dan keempat temannya tidak main-main,” tekan Jeremy, berjalan dua langkah mendekat.Angeline memutar tubuhnya, menatap langsung ke arah Jeremy. “Pak Jack Will tidak akan memecatku hanya karena lima orang pecundang yang sakit hati. Aku sudah menyelamatkan banyak proyek dan menjadikan BQuality tumbuh. Fakta itu tidak bisa dibantah hanya dengan satu video viral.”Jeremy tersenyum sinis. Lalu dia berkata, “Kamu benar-benar mulai sombong, ya. Sudah merasa tak tersentuh hanya karena jabatan?”“Bukan soal jabatan, tapi soal kebenaran,” potong Angeline.“Kalau begitu, jangan salahkan aku saat kamu jatuh tersungkur. Karena kesalahanmu akan segera mengejarmu!” seru Jeremy dengan emosi yang mulai memuncak.“Silakan keluar,” ujar