Julian yang bekerjasama dengan Mike, dapat menemukan keberadaan Laudrup dengan cepat dan tepat.“Di mana posisinya sekarang?” tanya Lucas.“Dia ada di sasana Dragon's Den. Jika dilihat dari rekaman CCTV di area sekitar, terlihat juga di sana ada Matteo, ketua Serikat Dagang. Dan sampai aku kembali, dia masih ada di sana,” terang Julian.Lucas mengangguk sambil berkata “Baiklah. Aku tidak perlu susah-susah untuk menyelesaikan ini semua.”Angeline menatap Lucas. Dia melihat ada gelagat yang aneh dari suaminya itu.“Apa yang akan kamu lakukan? Jangan membuat masalah yang lebih besar, Lucas. Pasukanmu saat ini sedang terluka semuanya,” tanya Angeline.Lucas menoleh ke arah Angeline dan berkata, “Aku tidak perlu anak buahku untuk ikut campur. Aku m bisa menyelesaikannya sendiri.”“Tidak! Kamu tidak mungkin bisa melawan mereka. Apalagi untuk melawan ketua Matteo. Itu mustahil!” ucap Angeline dengan sangat serius sekarang ini.Lucas memutar badannya jadi saling berhadapan dengan Angeline. Di
Gigio yang baru saja kembali ke Serikat Dagang, terkejut tatkala dia mendapat kabar jika Lucas akan melakukan misi balas dendam siang ini juga.Meskipun misi balas dendam itu sudah diduga oleh Gigio akan dilakukan namun tidak mengira jika secepat ini.“Benarkah dia akan melakukannya sekarang?” tanya Gigio yang langsung bangkit dari kursinya.Albin mengangguk sambil berkata, “Julian yang mengatakannya padaku. Lucas bahkan meminta Julian untuk membawa ekskavator. Dia benar-benar ingin mengubur sasana Brotherhood.”“Bagaimana ini, Albin? Kita harus ke sana atau kita mendukung dari sini? Misal mencoba untuk mengatur polisi dan militer agar tidak ikut campur,” tanya Gigio, bingung.Yang sedang dihadapi adalah Matteo Bellucci. Ketua Serikat Dagang kota Verdansk yang masuk ke dalam 5 besar keluarga paling berpengaruh di kota Verdansk.“Menurutku, sebaiknya Anda datang ke sana agar bisa dilihat langsung oleh Lucas. Saat di sana, Anda mau membantu untuk mengatur polisi atau militer pun, tidak
Sasana Dragon's Den Meskipun mengabaikan firasat buruk yang diutarakan oleh John beberapa saat lalu, namun nyatanya Matteo dan Laudrup menjaga diri agar tidak mabuk.Entah bagaimana, setelah beberapa saat, mereka mulai merasa cemas juga dengan aksi balas dendam yang mungkin akan dilakukan oleh Lucas.Jika mereka mabuk, tentu saja Lucas akan dengan mudah untuk menghancurkan mereka. Oleh karena itu, mereka membatasi dari alkohol dan menggantinya dengan merokok. Sesekali melakukan sesuatu dengan wanita-wanita seksi yang ada di sekeliling mereka.Seorang anak buah datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya pucat dan napasnya tersengal. Dia seperti baru saja melihat hantu.“Permisi, Bos!”Laudrup mengerutkan keningnya dan bertanya dengan nada tinggi. “Ada apa! Bikin orang kaget saja!”Sambil menunjuk ke arah depan sasana, pria itu berkata, “D-di di depan s-sana … ada pasukan musuh datang. Mereka datang dengan membawa ekskavator.”Sontak saja ketika petinggi sasana Dragon's Den itu terlonjak. Me
Laudrup masih berusaha untuk melawan. Meskipun tangannya patah, dia tidak mau menyerah.“Hanya dengan satu tangan, aku bisa mengalahkanmu!” ucap Laudrup lagi.Dengan sangat serius, Lucas berkata, “Jangan banyak bicara! Buktikan saja!”Laudrup masih mencoba untuk meredakan rasa sakit di tangannya sebelum dia bergerak. Namun, di saat ini, Lucas berinisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Laudrup melompat ke belakang untuk menjauhkan diri dari jangkauan Lucas. Tetapi percuma saja. Kecepatan Lucas begitu luar biasa.‘Dia itu siapa sebenarnya? Bagaimana mungkin dia bisa secepat ini?’“Ini untuk orang-orang yang sudah kamu lukai!” ucap Lucas seraya melepaskan sebuah pukulan keras ke arah perut Laudrup.Laudrup bahkan tidak sanggup hanya untuk menangkis serangan Lucas yang mengeluarkan 50% kekuatannya, karena sangat cepat.Buuuuk!Laudrup terpental ke atas. Pandangannya menjadi gelap saat ini.‘Ini apa? Kenapa gelap? Apakah aku akan menemukan kematianku?’“Ini untuk orang-orang yang telah
Lucas menatap dengan tatapan buas. Dia melihat satu per satu anak buah Laudrup tersungkur, tewas satu per satu, namun wajahnya tidak menunjukkan kepuasan sedikitpun.Wajah-wajah anak buahnya di sasana Brotherhood yang menjadi korban, terbayang terus di otaknya. Dia menginginkan pembalasan yang lebih kejam.Setelah semuanya tergeletak tanpa perlawanan, Julian kembali untuk memberi kabar kepada Lucas.“The Obsidian Blade! Semuanya telah kalah.” lapor Julian. “Apa yang akan dilakukan selanjutnya?” Tanya Julian.“Kerahkan ekskavator dan ratakan bangunan itu!” seru Lucas dengan tegas.Lucas melangkah ke depan, berdiri di tengah jalan yang menghadap bangunan. Dua ekskavator besar sudah siap dengan operator yang menunggu perintahnya. Udara siang berubah menjadi sangat dingin seperti salju pertama turun.Siang ini juga, harus menuntaskannya!"Semua siap?" Lucas bertanya tanpa menoleh."Siap, Tha Obsidian Blade," jawab salah satu anak buahnya, dengan nada penuh keyakinan.Lucas mengangkat tang
Dalam waktu singkat, mayat-mayat itu mulai diangkut satu per satu ke dalam bangunan besar yang pernah menjadi kebanggaan Dragon's Den. Tubuh-tubuh tak bernyawa itu dilempar tanpa ampun ke lantai dingin yang penuh dengan puing-puing beton. Beberapa anak buah tampak menahan napas saat aroma darah bercampur debu menyeruak di udara. Sebagian yang lain mual setelah melihat mayat-mayat bergelimpangan.Gigio memperhatikan dari kejauhan, sesekali melirik ke arah Lucas yang berdiri tenang, seperti seorang raja yang mengawasi medan pertempuran. "Aku tidak pernah mengira Lucas bisa sejauh ini," katanya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.Lucas mendengar, tetapi tidak menanggapi. Dia hanya menatap bangunan yang sebentar lagi akan berubah menjadi abu. Dia melirik ke samping, di mana anak buahnya membawa jirigen bensin dan langsung disiram ke sekitar mayat-mayat dan bangunan itu."Semua sudah selesai, Bos," lapor Julian sambil menyeka keringat di dahinya.Lucas mengangguk. "Bagus." Dia melangkah
Matteo berharap para polisi menangkap Lucas. Dengan kejahatan yang terang benderang, rasanya tidak mungkin untuk lolos dari jerat hukum.Kepala Deputi Polisi, Ryan Porter, hadir lebih dahulu di tempat kejadian perkara. Dia terkejut ketika melihat kehancuran yang ada.Api membumbung tinggi dan puing-puing berserakan. Gedung sasana Dragon's Den yang baru saja direnovasi, rata dengan tanah.“I-ini gila!”Ryan sebelumnya telah dihubungi oleh Gigio yang memintanya untuk menutup jalan karena adanya sebuah acara penting. Namun dia tidak menyangka jika acara itu ternyata adalah penghancuran atas sasana Dragon's Den.“Bagaimana Komandan?” tanya seorang polisi.“Tahan, jangan ada tindakan apapun! Ini menjadi rumit karena sepertinya ini adalah masalah antara dua petinggi Serikat Dagang. Kita tidak boleh tergesa-gesa dalam memutuskan,” jawab Ryan.“Baik Komandan!” ucap polisi berpangkat sersan.Kemudian dia meminta polisi yang lain, sekitar 10 polisi untuk tenang dan menahan diri.Ryan berjalan m
Matteo begitu heran kenapa Ryan kembali, padahal Lucas dan kawan-kawannya belum ditangkap. Bahkan api masih berkobar di sasana Dragon's Den.“Jawab aku! Kenapa kalian pergi? Ayo tangkap mereka!” tanya Matteo sambil menarik seragam Ryan.Sambil menarik tanagg Matteo dengan kasar, Ryan berkata, “Kau tangkap saja sendiri! Aku tidak ingin karirku hancur dan keluargaku mati!”Matteo terbelalak. Dia begitu syok dengan apa yang dikatakan oleh Ryan.“K-kenapa? Kamu tidak berani kepada Lucas?” tanya Matteo dengan mulut dan mata yang terbuka lebar.“Jika kamu berani, pergi saja sendiri!” hardik Ryan dengan mata yang melotot.Kemudian Ryan menunjuk ke arah anak buahnya yang berlawanan arah, yang beriringan dengan Matteo untuk pergi ke sasana Dragon's Den.“Kalian semua kembali ke markas!” seru Ryan dengan keras.Setelah itu, Ryan menutup jendela mobilnya dan memerintahkan anak buahnya untuk melajukan mobil.Polisi yang lain pun melakukan hal yang sama. Mereka kembali ke kantor kepolisian dan men
Raja Verdansk menatap Lucas dengan ekspresi sulit dibaca. Darah mengalir dari sudut bibirnya, jubahnya robek di beberapa bagian, dan tubuhnya jelas menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Namun, yang terdengar dari mulutnya justru tawa. "Hahaha..." Lucas menyipitkan mata, masih dalam posisi bertahan. "Kamu masih bisa tertawa?" Raja Verdansk mengangkat kepalanya, menatap Lucas dengan mata yang masih menyala dengan api. "Aku akui, kamu cukup hebat. Seranganmu tadi ... luar biasa,” kata Raja Verdansk. Dia meludah ke lantai, darahnya bercampur dengan debu dan serpihan reruntuhan. "Tapi ..." Lucas mengangkat satu jarinya. "jangan senang dulu." Lucas tidak bereaksi, hanya mengamati setiap gerakan Raja Verdansk. "Aku sudah melihat banyak orang sepertimu, Lucas." Suara Raja Verdansk merendah, namun penuh tekanan. "orang-orang yang berpikir bahwa mereka sudah menang ... padahal mereka hanya diberi ilusi kemenangan." Lucas tetap diam, tapi telinganya menangkap suara-suara di sekitarnya. Cr
Di luar gedung tua yang nyaris runtuh, Troy membanting pintu mobil dan berlari. Matanya membelalak saat melihat kilatan api yang menyembur dari jendela lantai dua.Sial! Apa yang terjadi di dalam? Bagaimana dengan nasib The Obsidian Blade?Asap hitam mengepul ke udara, bercampur dengan hawa panas yang menekan dari kejauhan. Troy merogoh saku jaketnya, menarik ponselnya, dan langsung menelepon Julian.‘Halo?’ Suara Julian terdengar waspada.‘Kami dalam masalah besar,’ Troy berkata cepat. ‘The Obsidian Blade sedang bertarung dengan Raja Verdansk. Kamu harus datang ke sini sekarang, Ketua. Bawa pasukan!"Julian terdiam beberapa detik sebelum menjawab. ‘Apa? Bertarung dengan Raja Verdansk?’‘Ketua, dengar aku! Gedung ini bisa runtuh kapan saja. Dan jika The Obsidian Blade kalah, kita semua tamat!’Julian menghela napas tajam. ‘Aku akan ke sana. Bertahanlah.’Troy menutup telepon dan memasukkannya kembali ke dalam jaket.Dia tidak bisa menunggu.Namun, saat baru melangkah mendekati pintu m
Lucas tidak membuang waktu. Begitu Raja Verdansk mengerahkan cakra apinya, udara di sekitar mereka berubah drastis. Panas yang membakar menyelimuti ruangan, membuat lantai di bawah kaki mereka mulai merekah, dinding bergetar, dan udara terasa semakin berat. Api itu tidak hanya sekadar menyala, tetapi hidup, berputar-putar di sekeliling tubuh Raja Verdansk seolah dia adalah pusat badai yang siap menghancurkan segalanya.Namun Lucas tetap berdiri tegak.Dia mengatur napasnya, lalu membalas dengan energinya sendiri, cakra bhumi.Begitu energinya terlepas, tanah yang retak di bawahnya mulai menegang kembali, seolah bumi merespons panggilannya. Getaran di udara berubah. Jika sebelumnya panas membakar mengancam untuk menghanguskan segalanya, kini gravitasi mulai menarik semua energi itu ke bawah, menyeimbangkan kekuatan.Raja Verdansk menyipitkan matanya.“Menarik,” katanya dengan suara rendah, nyaris seperti geraman. “kamu bukan hanya pria yang mengandalkan otot.”Lucas menyeringai. “Dan a
Lucas tahu, ini bukan pertarungan biasa. Ini bukan sekadar perkelahian antara dua pria. Ini adalah pertarungan dua raja yang hanya bisa dimenangkan oleh satu orang.Dia melihat Raja Verdansk dengan seksama. Pria itu berdiri tegak, bahunya rileks, tetapi auranya memancar kuat, mendominasi ruangan seperti raksasa yang baru saja dibangunkan dari tidurnya.“Sekarang giliranku!” ucap Lucas.Lucas tidak punya waktu untuk berpikir lebih lama.Dia bergerak.Gerakannya sangat cepat.Langkahnya ringan, nyaris tanpa suara, sebelum akhirnya dia melepaskan pukulan pertama, sebuah ayunan cepat yang mengincar rahang Raja Verdansk.Namun, Raja Verdansk tidak terkejut.Raja Verdansk menghindar dengan gesit, tubuhnya miring hanya beberapa inci, cukup untuk membuat kepalan tangan Lucas meleset di udara.Postur tubuh Raja Verdansk yang tinggi besar, ternyata memiliki kecepatan yang bisa menyamai kecepatan Lucas. Luar biasa!Lucas menyipitkan matanya.Dia bukan orang sembarangan.Raja Verdansk melangkah m
Lucas menatap pria itu dengan tajam. Raja Verdansk. Sosok yang hanya terdengar dalam bisikan dan cerita bawah tanah, kini berdiri di hadapannya, menjulang dalam jas hitam panjang yang membuatnya tampak lebih mengancam. Matanya gelap, tak terbaca, namun penuh ketegasan yang tak perlu diragukan.Lucas tidak pernah bertemu langsung dengannya sebelumnya, tapi dia tahu namanya. Namun, Lucas bukan tipe orang yang tunduk pada siapa pun.Mereka saling menatap, dua sosok yang sama-sama memiliki kekuatan dan reputasi. Namun, hanya satu yang akan keluar sebagai pemenang malam ini.Raja Verdansk akhirnya berbicara, suaranya dalam, tenang, tapi penuh tekanan yang terasa bagai belati."Apa yang kau lakukan pada Matteo... itu telah menyinggungku, Lucas."Lucas tersenyum kecil, seolah tak peduli. "Menarik. Aku tidak tahu kalau seseorang seperti Matteo pantas mendapatkan perlindungan darimu."Raja Verdansk melangkah perlahan, mendekati Lucas. "Aku tidak membela orang seperti dia. Aku membela mereka y
Lucas melangkah ke dalam gudang tua itu dengan penuh percaya diri. Cahaya remang dari lampu gantung yang berkedip-kedip menciptakan bayangan panjang di lantai beton yang berdebu. Udara di dalamnya berbau karat dan minyak, menciptakan suasana yang menekan.Di belakangnya, Troy tetap tinggal di mobil, ditahan oleh anak buah Matteo.Begitu Lucas masuk, seorang pria berjas kusut menghampirinya dengan ekspresi penuh curiga. Tatapannya langsung tertuju pada koper hitam yang dibawa Lucas."Aku harus memeriksa itu," katanya dengan suara kasar.Lucas hanya diam, membiarkannya mendekat. Tapi begitu tangan pria itu hampir menyentuh koper, Lucas bergerak. Dalam satu gerakan cepat, dia mencengkeram kerah pria itu dan membantingnya ke lantai beton dengan mudah. Benturan keras menggema, membuat beberapa anak buah Matteo lainnya refleks bergerak."Brengsek!" salah satu dari mereka menggeram, sebelum dua pria lainnya maju untuk menyerang Lucas.Lucas tidak menunggu mereka mendekat. Dia berputar ke sam
Lucas berdiri diam di tempatnya, matanya tajam menatap layar ponsel yang baru saja memutuskan panggilan. Matteo benar-benar ingin bermain dengannya.Troy berdiri di sampingnya, wajahnya penuh kecemasan. “The Obsidian Blade, apa yang akan kita lakukan? Kita harus cepat.”Lucas menarik napas panjang. Waktu terus berjalan. Dua jam. Itu bukan waktu yang banyak.Matteo menginginkan lima miliar dalam bentuk tunai, itu bukan masalah bagi Lucas. Tapi posisi ketua Serikat Dagang? Itu sesuatu yang tidak bisa diberikan begitu saja.Gigio telah bertaruh seluruh hidupnya untuk posisi itu. Lucas tahu betapa pentingnya kehormatan bagi pria itu. Menyerahkan posisi itu berarti menghancurkan harga diri Gigio dan itu tidak akan pernah terjadi.Namun, Angeline dalam bahaya.Lucas mengepalkan rahangnya. Dia tidak akan membiarkan Matteo menang. Jika Matteo berpikir bisa mengendalikannya dengan ancaman murahan, dia salah besar.“Aku akan pergi ke bank,” kata Lucas akhirnya. “aku akan ambil lima miliar itu.”
Lucas mengabaikan kilatan kamera di sekitarnya. Wartawan bayaran Matteo pasti sudah siap menulis berita miring tentangnya. Itu bukan prioritasnya sekarang. Yang paling penting adalah menemukan Angeline sebelum semuanya terlambat.Darahnya masih mendidih. Dia mengangkat wajahnya dan melihat ke pintu utama gedung perusahaan Matteo Bellucci. Dia tahu mereka akan berusaha menghentikannya.Dan benar saja. Tiga satpam berbadan besar keluar dari dalam gedung, langsung berdiri menghadang jalannya.“Aku hanya akan mengatakan ini sekali,” suara Lucas tajam, penuh ancaman. “jangan halangi aku!”Salah satu satpam itu, yang tampaknya pemimpin di antara mereka, mendekat dengan sikap kaku. “Maaf, Pak. Kami tidak bisa membiarkan Anda masuk.”Lucas mengepalkan tangannya. Napasnya berat. Waktu terus berjalan, dan Angeline bisa saja sudah dalam bahaya.“Apa kamu mau bernasib sama seperti teman-temanmu?” tanya Lucas sambil menunjuk 5 orang satpam yang sudah tergeletak.Langkah kaki terdengar dari dalam g
Di sebuah gudang tua yang berbau karat dan oli, dengan atap besinya yang berlubang-lubang membiarkan cahaya matahari masuk dalam pola yang kacau.Di tengah ruangan, Matteo Bellucci duduk di kursi kulit usang, kakinya terangkat ke atas meja. Sebatang cerutu mengepul di tangannya, asapnya melayang-layang di udara seperti bayangan kematian.Di seberangnya, seorang pria bertubuh besar dengan mata tajam dan penuh kebencian berdiri dengan tangan bersedekap. Raja Verdansk, sosok yang namanya cukup untuk membuat orang-orang ketakutan, mengamati Matteo dengan tatapan penuh ekspektasi.Matteo tertawa pelan, lalu mengakhiri panggilan suara di ponselnya. Matanya berbinar penuh kemenangan."Semuanya berjalan lancar," kata Matteo dengan nada puas. "anak buah Lucas yang ditugaskan menjaga Angeline? Mereka sudah disingkirkan."Raja Verdansk menyeringai. "Kerja bagus!"Raaj Verdansk melangkah pelan ke depan sambil berkata dengan suaranya yang berat dan berwibawa. "Hari ini adalah hari terakhir bagi Lu