Entah kenapa John merasa takut. Padahal dia yang mengompori Laudrup untuk menyerang sasana Brotherhood.Ini juga yang membuat Matteo heran. Senyumannya pun langsung hilang karenanya.“Kenapa kamu begitu cemas?” tanya Matteo.John menggelengkan kepalanya sambil berkata, “Tidak tahu kenapa aku merasa cemas. Firasatku tidak baik saat ini. Aku takut kalau Lucas membalas dendam.”Matteo menyeringai. “Tidak mungkin. Dia tidak memiliki kendaraan lagi. Pasukannya banyak yang mati dan terluka. Jika dia datang sendiri ke sini, sama saja dengan menyerahkan nyawa.”John terdiam. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya.***"Jadi, apa keputusanmu, Angeline?" tanya Jeremy memecah kesunyian ruangan, membuat Angeline yang sedang menatap layar komputer tersentak kecil.Dia mengerjap, mencoba mengalihkan perhatian dari pikirannya yang kusut. Namun, pertanyaan Jeremy hanya membuat dadanya semakin sesak."Sudah kamu pikirkan?" "Aku belum memutuskan," jawabnya pendek tanpa menoleh.Jeremy mengerutkan dahi
Julian yang bekerjasama dengan Mike, dapat menemukan keberadaan Laudrup dengan cepat dan tepat.“Di mana posisinya sekarang?” tanya Lucas.“Dia ada di sasana Dragon's Den. Jika dilihat dari rekaman CCTV di area sekitar, terlihat juga di sana ada Matteo, ketua Serikat Dagang. Dan sampai aku kembali, dia masih ada di sana,” terang Julian.Lucas mengangguk sambil berkata “Baiklah. Aku tidak perlu susah-susah untuk menyelesaikan ini semua.”Angeline menatap Lucas. Dia melihat ada gelagat yang aneh dari suaminya itu.“Apa yang akan kamu lakukan? Jangan membuat masalah yang lebih besar, Lucas. Pasukanmu saat ini sedang terluka semuanya,” tanya Angeline.Lucas menoleh ke arah Angeline dan berkata, “Aku tidak perlu anak buahku untuk ikut campur. Aku m bisa menyelesaikannya sendiri.”“Tidak! Kamu tidak mungkin bisa melawan mereka. Apalagi untuk melawan ketua Matteo. Itu mustahil!” ucap Angeline dengan sangat serius sekarang ini.Lucas memutar badannya jadi saling berhadapan dengan Angeline. Di
Gigio yang baru saja kembali ke Serikat Dagang, terkejut tatkala dia mendapat kabar jika Lucas akan melakukan misi balas dendam siang ini juga.Meskipun misi balas dendam itu sudah diduga oleh Gigio akan dilakukan namun tidak mengira jika secepat ini.“Benarkah dia akan melakukannya sekarang?” tanya Gigio yang langsung bangkit dari kursinya.Albin mengangguk sambil berkata, “Julian yang mengatakannya padaku. Lucas bahkan meminta Julian untuk membawa ekskavator. Dia benar-benar ingin mengubur sasana Brotherhood.”“Bagaimana ini, Albin? Kita harus ke sana atau kita mendukung dari sini? Misal mencoba untuk mengatur polisi dan militer agar tidak ikut campur,” tanya Gigio, bingung.Yang sedang dihadapi adalah Matteo Bellucci. Ketua Serikat Dagang kota Verdansk yang masuk ke dalam 5 besar keluarga paling berpengaruh di kota Verdansk.“Menurutku, sebaiknya Anda datang ke sana agar bisa dilihat langsung oleh Lucas. Saat di sana, Anda mau membantu untuk mengatur polisi atau militer pun, tidak
Sasana Dragon's Den Meskipun mengabaikan firasat buruk yang diutarakan oleh John beberapa saat lalu, namun nyatanya Matteo dan Laudrup menjaga diri agar tidak mabuk.Entah bagaimana, setelah beberapa saat, mereka mulai merasa cemas juga dengan aksi balas dendam yang mungkin akan dilakukan oleh Lucas.Jika mereka mabuk, tentu saja Lucas akan dengan mudah untuk menghancurkan mereka. Oleh karena itu, mereka membatasi dari alkohol dan menggantinya dengan merokok. Sesekali melakukan sesuatu dengan wanita-wanita seksi yang ada di sekeliling mereka.Seorang anak buah datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya pucat dan napasnya tersengal. Dia seperti baru saja melihat hantu.“Permisi, Bos!”Laudrup mengerutkan keningnya dan bertanya dengan nada tinggi. “Ada apa! Bikin orang kaget saja!”Sambil menunjuk ke arah depan sasana, pria itu berkata, “D-di di depan s-sana … ada pasukan musuh datang. Mereka datang dengan membawa ekskavator.”Sontak saja ketika petinggi sasana Dragon's Den itu terlonjak. Me
Laudrup masih berusaha untuk melawan. Meskipun tangannya patah, dia tidak mau menyerah.“Hanya dengan satu tangan, aku bisa mengalahkanmu!” ucap Laudrup lagi.Dengan sangat serius, Lucas berkata, “Jangan banyak bicara! Buktikan saja!”Laudrup masih mencoba untuk meredakan rasa sakit di tangannya sebelum dia bergerak. Namun, di saat ini, Lucas berinisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Laudrup melompat ke belakang untuk menjauhkan diri dari jangkauan Lucas. Tetapi percuma saja. Kecepatan Lucas begitu luar biasa.‘Dia itu siapa sebenarnya? Bagaimana mungkin dia bisa secepat ini?’“Ini untuk orang-orang yang sudah kamu lukai!” ucap Lucas seraya melepaskan sebuah pukulan keras ke arah perut Laudrup.Laudrup bahkan tidak sanggup hanya untuk menangkis serangan Lucas yang mengeluarkan 50% kekuatannya, karena sangat cepat.Buuuuk!Laudrup terpental ke atas. Pandangannya menjadi gelap saat ini.‘Ini apa? Kenapa gelap? Apakah aku akan menemukan kematianku?’“Ini untuk orang-orang yang telah
Lucas menatap dengan tatapan buas. Dia melihat satu per satu anak buah Laudrup tersungkur, tewas satu per satu, namun wajahnya tidak menunjukkan kepuasan sedikitpun.Wajah-wajah anak buahnya di sasana Brotherhood yang menjadi korban, terbayang terus di otaknya. Dia menginginkan pembalasan yang lebih kejam.Setelah semuanya tergeletak tanpa perlawanan, Julian kembali untuk memberi kabar kepada Lucas.“The Obsidian Blade! Semuanya telah kalah.” lapor Julian. “Apa yang akan dilakukan selanjutnya?” Tanya Julian.“Kerahkan ekskavator dan ratakan bangunan itu!” seru Lucas dengan tegas.Lucas melangkah ke depan, berdiri di tengah jalan yang menghadap bangunan. Dua ekskavator besar sudah siap dengan operator yang menunggu perintahnya. Udara siang berubah menjadi sangat dingin seperti salju pertama turun.Siang ini juga, harus menuntaskannya!"Semua siap?" Lucas bertanya tanpa menoleh."Siap, Tha Obsidian Blade," jawab salah satu anak buahnya, dengan nada penuh keyakinan.Lucas mengangkat tang
Dalam waktu singkat, mayat-mayat itu mulai diangkut satu per satu ke dalam bangunan besar yang pernah menjadi kebanggaan Dragon's Den. Tubuh-tubuh tak bernyawa itu dilempar tanpa ampun ke lantai dingin yang penuh dengan puing-puing beton. Beberapa anak buah tampak menahan napas saat aroma darah bercampur debu menyeruak di udara. Sebagian yang lain mual setelah melihat mayat-mayat bergelimpangan.Gigio memperhatikan dari kejauhan, sesekali melirik ke arah Lucas yang berdiri tenang, seperti seorang raja yang mengawasi medan pertempuran. "Aku tidak pernah mengira Lucas bisa sejauh ini," katanya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.Lucas mendengar, tetapi tidak menanggapi. Dia hanya menatap bangunan yang sebentar lagi akan berubah menjadi abu. Dia melirik ke samping, di mana anak buahnya membawa jirigen bensin dan langsung disiram ke sekitar mayat-mayat dan bangunan itu."Semua sudah selesai, Bos," lapor Julian sambil menyeka keringat di dahinya.Lucas mengangguk. "Bagus." Dia melangkah
Matteo berharap para polisi menangkap Lucas. Dengan kejahatan yang terang benderang, rasanya tidak mungkin untuk lolos dari jerat hukum.Kepala Deputi Polisi, Ryan Porter, hadir lebih dahulu di tempat kejadian perkara. Dia terkejut ketika melihat kehancuran yang ada.Api membumbung tinggi dan puing-puing berserakan. Gedung sasana Dragon's Den yang baru saja direnovasi, rata dengan tanah.“I-ini gila!”Ryan sebelumnya telah dihubungi oleh Gigio yang memintanya untuk menutup jalan karena adanya sebuah acara penting. Namun dia tidak menyangka jika acara itu ternyata adalah penghancuran atas sasana Dragon's Den.“Bagaimana Komandan?” tanya seorang polisi.“Tahan, jangan ada tindakan apapun! Ini menjadi rumit karena sepertinya ini adalah masalah antara dua petinggi Serikat Dagang. Kita tidak boleh tergesa-gesa dalam memutuskan,” jawab Ryan.“Baik Komandan!” ucap polisi berpangkat sersan.Kemudian dia meminta polisi yang lain, sekitar 10 polisi untuk tenang dan menahan diri.Ryan berjalan m
Lucas menatap Angeline dengan tenang setelah melontarkan pertanyaan itu.“Jika kamu memiliki perusahaan sebesar BQuality, apakah kamu akan merasa senang?”Angeline menatap Lucas dengan ekspresi bingung, lalu tertawa pelan.Lucas mengangkat alis. “Kenapa tertawa?”Angeline meletakkan cangkir kopinya di meja dan menghela napas. “Lucas, membangun perusahaan tidak semudah itu. Apalagi sebesar BQuality.”Lucas tetap diam, menunggu kelanjutannya.Angeline bersandar ke sofa, menatap langit-langit sebentar sebelum kembali menoleh ke arah Lucas.“Perusahaan sebesar itu butuh modal besar, jaringan luas, dan bertahun-tahun pengalaman. Aku tidak pernah terpikir untuk memiliki sesuatu seperti itu,” katanya dengan nada realistis.Lucas menyipitkan mata. “Siapa tahu suatu saat nanti kamu bisa.”Angeline tersenyum tipis. “Aku lebih suka realistis. Jika aku terlalu banyak berharap, aku hanya akan kecewa dengan ekspektasi yang kubuat sendiri.”“Itu menyakitkan, Lucas!” tutupnya.Lucas mengangguk kecil,
Lucas berjalan menuruni bukit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya terus bekerja.Dia tidak melihat gunanya menunggu Matteo, John, Luki, dan Ashton keluar dari istana Raja Verdansk. Tidak akan ada informasi berharga yang bisa didapat hanya dengan mengamati mereka dari kejauhan.Jika ingin mengetahui sesuatu, lebih baik langsung mencari sumbernya.Mata-mata organisasi Veleno adalah yang terbaik dalam bidang ini. Dan hanya ada satu orang yang bisa mengaturnya dengan baik, Julian.Lucas merogoh ponselnya, menekan tombol panggilan cepat.Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum akhirnya suara Julian terdengar di seberang.‘The Obsidian Blade.’Lucas langsung berbicara tanpa basa-basi. ‘Julian, aku butuh bantuanmu.’Julian terdiam beberapa detik sebelum menjawab, ‘Apa yang terjadi?’Lucas menghela napas singkat. ‘Matteo, John, Ashton, dan Luki baru saja mengunjungi istana Raja Verdansk dan mereka diterima di sana.’Julian langsung terkejut. ‘Apa? Raja Verdansk? Apa kau yakin, The Ob
Sam menelan ludah, tangannya mulai berkeringat. Tubuhnya gemetaran saat tatapan tajam Luki semakin dekat.Pemuda itu benar-benar tidak menyangka jika dia akan berhadapan dengan seseorang yang terlihat berbahaya seperti Luki.Luki melangkah dengan perlahan, sorot matanya seperti elang yang sedang mengunci mangsanya."Aku tanya sekali lagi," katanya dengan nada dingin. "siapa kamu?"Sam mencoba mempertahankan ekspresi tenangnya. Tapi suaranya sedikit bergetar saat menjawab, “Aku hanya kebetulan lewat. Aku sedang berjalan-jalan di sekitar sini.”Luki menatapnya lebih lama. Dia mengamati Sam dari atas ke bawah, mencari tanda-tanda yang mencurigakan.Lucas yang bersembunyi di balik pepohonan hanya bisa mengamati dengan tegang.Jika Sam melakukan kesalahan sedikit saja, dia akan mati di tempat.Detik berlalu dengan begitu lambat.Luki mengernyit, lalu melangkah lebih dekat hingga hanya berjarak satu langkah dari Sam.“Jalan-jalan?” Luki mendengus. “di tempat terpencil seperti ini?”Sam beru
Kesunyian yang melingkupi ruangan itu begitu mencekam. Aura kekuasaan Raja Verdansk terasa semakin menekan setiap detik yang berlalu.Dari singgasananya yang megah, sang raja menatap tajam ke arah dua pria yang berdiri di hadapannya. Tatapannya tidak menunjukkan emosi, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat John dan Matteo merasa seakan mereka sedang dihakimi.Bagi Raja Verdansk, pertemuan seperti ini adalah sesuatu yang membuang waktu. Dia tidak suka berbasa-basi, tidak tertarik mendengarkan keluhan orang lain. Tetapi, setelah mendengar laporan bahwa Matteo telah berusaha tujuh kali untuk menemuinya, rasa penasarannya sedikit terusik.Lagi pula, yang diketahui olehnya, Matteo bukan orang sembarangan. Dia adalah ketua Serikat Dagang, organisasi paling berpengaruh di Kota Verdansk dan menjadi salah satu lumbung pendapatannya.Namun, yang membuat Raja Verdansk akhirnya memutuskan untuk menerima pertemuan ini bukanlah karena kesetiaan Matteo, melainkan untuk memahami kenapa
Luki duduk dengan santai di ruang tamu, senyum tipis terukir di wajahnya. Dia baru saja mendapat kabar dari Matteo yang membuatnya senang dan penuh semangat.Di tangannya masih ada gelas berisi anggur merah. Dia menggoyangkannya perlahan, matanya menatap cairan itu dengan penuh antisipasi.Langkah kaki terdengar dari arah pintu masuk.Ashton baru saja pulang kerja, jasnya masih rapi, tetapi ekspresinya terlihat lelah. Begitu dia melihat Luki duduk dengan ekspresi mencurigakan, alisnya langsung terangkat.“Ada apa? Kenapa senyum-senyum seperti itu?” tanya Ashton sambil melepas jasnya dan menggantungnya di sandaran sofa.Luki meneguk sedikit anggurnya sebelum menjawab, “Kak, sesuatu yang hebat akan segera terjadi.”Ashton mengernyit. Dia tidak menyukai cara bicara Luki yang penuh misteri.“Apa maksudmu?” tanya Ashton.Luki tersenyum lebih lebar. “Balas dendam akan segera terlaksana.”Ashton langsung menegang. Pikirannya langsung tertuju pada satu nama.“Balas dendam kepada Lucas?” tanya
Lucas tetap berjongkok di balik semak-semak, matanya tidak pernah lepas dari istana mewah itu. Lampu-lampu temaram di sekeliling gedung menciptakan bayangan panjang yang bergerak pelan mengikuti tiupan angin malam.Di sebelahnya, Sam mulai gelisah. “Jadi … kita cuma akan diam di sini?” bisiknya.Lucas tidak menjawab. Pertanyaan itu telah ditanyakan oleh Sam sebelumya, jadi Lucas tidak perlu lagi untuk menjawab karena membuang-buang energi saja.Lucas masih mengamati setiap detail pergerakan di depan vila. Dia terpikir untuk mengambil beberapa foto dan video sebagai bukti.Namun saat ponselnya dikeluarkan, ada panggilan suara masuk. Tidak ada suara dan tidak ada getaran karena memang Lucas mengatur ponselnya agar sunyi. Dia tidak ingin ada gangguan saat sedang mengawasi Matteo dan John.Di layar ponselnya nama Troy terpampang di sana. Lucas mendesah pelan. Troy sudah meneleponnya sepuluh kali. Tanpa ragu, Lucas akhirnya menerima panggilan itu.‘Apa yang terjadi, The Obsidian Blade? Ke
Di balik bayangan pepohonan, Lucas tetap berjongkok dengan tenang. Matanya fokus pada vila besar di depan mereka, sementara di sampingnya, seorang pemuda bernama Samuel tampak gelisah.Samuel, atau yang biasa dipanggil Sam, masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia hanya seorang pengendara motor biasa yang tiba-tiba diseret ke dalam situasi ini.Sam menelan ludah, lalu berbisik, “Hei, kita sudah sampai di sini. Sekarang bisa jelaskan, kenapa kita mengikuti orang itu?”Lucas tetap diam, matanya tidak berkedip sedikit pun.Sam melirik Lucas dengan ragu. “Dengar, aku memang butuh uang, tapi aku tidak mau terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Kamu bahkan belum memberitahuku siapa pria yang kita ikuti.”Lucas akhirnya menoleh ke arah Sam, sorot matanya tajam dan dingin. Aura berbahaya keluar dari tubuhnya begitu saja, membuat Sam langsung merasa tidak nyaman.Jantung pemuda itu berdetak lebih cepat. Seolah-olah dia baru saja menantang seekor harimau di tengah hutan.“Ad
Pada awalnya Lucas ingin membiarkan Matteo pergi. Namun dia juga mengingat lagi tentang keresahan hatinya tentang Lucas bebepaa hati yang lalu.Lucas menatap jalanan yang macet dengan rahang mengeras. Matteo sudah menghilang dari pandangan mereka, dan itu membuat nalurinya berteriak.“Baiklah Troy. Kejar dia!” perintah Lucas dengan suara tegas.Troy tersenyum. Inilah yang diinginkan olehnya. Yaitu menghukum Matteo dengan keras.Tanpa membuang waktu, Troy pun langsung menginjak pedal gas, mencoba menyalip kendaraan di depannya.Awalnya dia cukup mulus untuk melewati mobil-mobil di depannya meski sedang padat. Namun pada akhirnya, kondisi jalanan tidak berpihak kepada mereka. Lalu lintas menjadi semakin pada sehingga tidak ada ruang untuk menyalip lagi.Terdengar klakson kendaraan bersahutan, menciptakan kekacauan di jalan utama kota Verdansk.Troy mengumpat pelan. “Sial. Mobilnya tidak terlihat lagi.”Lucas menyipitkan matanya, berusaha mencari tanda-tanda keberadaan Matteo. Dia tahu b
Di dalam kantornya, Matias membaca pesan dari Randy dengan ekspresi serius. Dia langsung menghubungi rekannya itu via panggilan suara.‘Apa maksudmu dengan ‘orang ini berbahaya’?’ tanya Matias tanpa basa-basi begitu Randy menjawab panggilan suaranya.Di seberang telepon, Randy mendesah. ‘Dia bukan orang yang bisa kita kendalikan. Dia dingin, profesional, dan tidak tertarik dengan tawaran apa pun. Hal ini terlihat jelas saat dia berkunjung ke divisiku.’Matias mengernyit. ‘Jadi kita tidak bisa melobinya? Atau hanya belum tahu saja celahnya?‘Sepertinya akan sulit,’ jawab Randy. ‘aku sudah mencoba mengajaknya makan malam untuk mengenalnya lebih jauh, tapi dia langsung menolak dengan tegas seperti dia tahu apa rencanaku. Dia bukan tipe yang bisa dijebak dengan cara biasa.’Matias menyandarkan tubuhnya ke kursi, berpikir dengan keras.‘Hmmm … jalau begitu, kita harus tahu apa yang membuatnya bergerak,’ kata Matias akhirnya. ‘aku akan mencari tahu berapa gaji dan bonus yang dia dapat setia