Beranda / Romansa / Pelayanku Kekasihku / 3 || Kejutan Tak Terduga

Share

3 || Kejutan Tak Terduga

Penulis: Ayzahran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Riana!" Alina yang baru saja datang berlari masuk ke kamar Riana dengan tergesa-gesa. 

"Ada apa?" Riana yang baru habis mandi bertanya bingung. 

Alina masih mengatur napas, memegang kedua tangan Riana dengan mimik serius. 

"Reyhan, dia ada di sini!"

Riana terkejut. Alina pasti berbohong. Mana mungkin Reyhan diizinkan masuk ke rumah. 

"Tidak mungkin Reyhan kemari, Alina!" Riana menghadap cermin, menyisir rambutnya. 

"Aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihat Reyhan. Dia memakai pakaian sangat rapi. Apa mungkin dia  memberanikan diri datang untuk melamarmu?"

Riana menggeleng tidak percaya.  Tanpa berpikir lagi, Riana berlari keluar dari kamar, jantungnya berdetak kencang. Riana terus berlari melewati koridor panjang. Beberapa pelayan yang melihatnya membungkuk memberi hormat. 

Riana harus berlari memutar untuk mencapai tangga karena letak kamarnya berada di ujung koridor.

Satu persatu Riana menuruni anak tangga. Sosok itu ada di depan sana, berdiri tegap dengan tatapan lurus bergeming menatapnya. Napas Riana tersengal, senyum Riana terukir hangat melihat Reyhan benar-benar ada di hadapannya. Riana ingin mendekat dan memeluk lelaki yang begitu dia rindukan. Langkah Riana tertahan, bukan hanya Reyhan seorang, ada pengawal lainnya yang berjaga di depan pintu utama. 

Riana hendak menyapa, lebih dulu  Reyhan membungkukkan badannya seakan memberi hormat. Alis Riana bertaut, mengikuti arah pandang Reyhan pada seseorang yang muncul dari arah belakang. 

"Kau sudah datang, Abimanyu!" Rudi berseru, menyambut Reyhan dengan senyuman. 

Riana tercengang melihat Rudi menyebut Reyhan dengan nama Abimanyu. Pasti ada yang salah dengan ayahnya, Riana tidak mungkin salah dengar! pikirnya. 

"Kenapa wajahmu kaget begitu? Dia Abimanyu, pengawal pribadi yang ayah pekerjakan untukmu!"

"Salam kenal, Nona Riana!" Reyhan menyapa sopan dengan membungkuk. 

Riana mendadak lemas, dia hampir terjatuh. Untung saja ada Alina yang dengan sigap menahan tubuh Riana dari belakang. 

"Malam nanti ada perjamuan keluarga, sebaiknya kau bersiap!" titah Rudi sebelum akhirnya beranjak pergi. 

Riana menatap sedih ke arah Reyhan yang berdiri sigap dengan pandangan lurus ke depan. Bersikap sebagai seorang pengawal yang selalu siap menerima perintah. 

Riana membalikkan badan, menyeka air mata yang sudah mengambang. Alina menatap iba, menepuk punggung Riana seraya menguatkan. 

"Aku harus pergi, ibuku tadi menelepon. Apa kau baik-baik saja?" Alina sedikit berbisik. 

Riana mengangguk, berlari naik  menuju kamarnya. 

***

Riana sejak tadi mondar-mandir di kamarnya. Tampak sedang berpikir soal Reyhan. Rudi tidak pernah melihat Reyhan, dia bahkan enggan untuk mengenalnya. Lalu, bagaimana bisa Reyhan datang sebagai pengawal pribadinya?! 

Semua pemikiran itu mengusik ketenangan Riana. Dia harus mencari cara agar bisa menanyakan Reyhan secara langsung. Suara ketukan pintu membuat Riana sedikit terlonjak. 

"Non Riana, tuan besar meminta Non untuk segera turun!"

"Pergilah! Sebentar lagi aku akan turun."

Amina membungkuk dan berangsur beranjak. 

Riana menghela napas panjang. Dia mematut diri di cermin memastikan penampilannya tidak ada yang kurang. Jika bukan karena Ivana, Riana enggan  mengenakan gaun malam, apalagi hanya untuk membuat calon jodohnya terkesan. Memikirkannya saja membuat Riana kesal. 

Riana perlahan menuruni tangga, gaun malam berwarna olive yang menjuntai hingga menyapu lantai membuat Riana sedikit tidak nyaman. Pandangannya mencari-cari sosok Reyhan. Dia tidak terlihat di mana pun.

Dari kejauhan Faldo mendekat dengan senyum semringah, bermaksud menjemput Riana di dasar tangga. Raut kesal tercetak jelas di wajah Riana. Dia hendak mengambil langkah cepat,  seketika tubuh Riana hilang keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Beruntung, satu tangan hangat menggapai pinggangnya, menyelamatkan Riana berakhir di lantai. 

Riana menoleh kaget saat melihat Reyhan yang menyelamatkannya. Faldo berlari mendekat, menyambar tangan Riana dengan cepat. 

"Apa kau tidak bisa hati-hati? Kau bisa saja berakhir di lantai tadi!" 

Riana mengerling kesal. Sikap Faldo yang jelas sekali pandai berakting membuatnya merasa muak. 

"Terima kasih karena kau sudah menyelamatkan calon istriku." Faldo melempar senyum manis, sangat kentara itu hanya dibuat-buat. Riana berdecih melihat sikap Faldo yang sok perhatian. 

Reyhan hanya membalas dengan membungkukkan kepala.

Riana menoleh diam ke arah Reyhan yang kembali berdiri sigap. Raut wajahnya terlihat tenang, Reyhan bakhan tidak menunjukan reaksi apa pun. 

"Jangan besar kepala, aku hanya menunjukkan sisi baikku untuk menjaga citra diriku!" ucap Faldo setengah berbisik. 

Riana menahan diri untuk tidak mengumpat, buang-buang tenaga jika meladeni pria menyebalkan itu. Faldo orang yang selalu mengutamakan ambisi dan tidak mau mengalah, sikap keras kepala dan suka mengganggu itu yang membuat Riana dengannya tidak pernah akur. 

Faldo menahan langkah, dia menoleh ke belakang melihat Reyhan berjalan mengikuti mereka. 

"Oh, ya, kau siapa? Aku belum pernah melihatmu!"

"Dia pengawal pribadiku yang baru!" Riana menyahuti, dia melirik sekilas sebelum melangkah pergi lebih dulu. 

***

Rudi tertawa lepas saat mendengar cerita Faldo, mereka tengah menikmati makan malam. Riana hanya diam mendengarkan, dia bahkan tidak berselera untuk makan. Makanan miliknya hanya disentuh sedikit. Riana mengangkat muka mencari sosok Reyhan di antara para anak buah Rudi yang berdiri sigap di sisi lain ruangan. Pandangan Riana berhenti ketika melihat Reyhan berada pada barisan paling ujung di balik kaca besar sebagai pembatas ruangan. Posisi Reyhan membelakangi dan menghadap ke arah lain.

Riana menghela napas pelan, dia ingin segera beranjak dari tempat itu dan bisa berbicara dengan Reyhan. Riana memutar otaknya untuk mencari alasan agar tidak mengundang kecurigaan dan bisa meminta Reyhan menemuinya diam-diam. 

Faldo sejak tadi memerhatikan Riana yang tampak gelisah. Dia menyentuh punggung tangan Riana dengan lembut. 

"Apa yang sedang kaupikirkan?" 

Riana tersentak hingga tanpa sadar melepas sendok di tangannya dan mengundang perhatian. Semua mata tertuju padanya. 

"Riana!" tegur Rudi. 

"Maaf.... " 

Riana melirik ke arah Faldo dengan kesal. 

"Kau terlihat gelisah sejak tadi," kata Faldo lagi. 

Riana mendengus pelan. Faldo bahkan menunjukkan raut tak berdosa membuat Riana makin kesal. 

"Apa kau sakit, Riana? Makananmu bahkan tidak kau habiskan." Tiara ikut menimpali, ibunda Faldo. 

"Riana baik-baik saja. Riana sudah kenyang, Tante." Riana melirik ke arah Rudi yang melempar tatapan mengintimidasi. 

"Kita sejak tadi hanya sibuk bercengkerama sampai lupa kalau harus menentukan tanggal pertunangannya dan...." 

"Riana punya syarat!" Riana menyela, memotong kalimat Ivana. 

"Apa syaratnya?" tanya Faldo ingin tahu. 

Suasana sedikit menegang. Rudi bahkan menautkan jemarinya, menumpu di bawah dagu. 

"Aku ingin lebih mengenal Faldo sebelum kita menikah!" 

"Setuju!" Faldo menyahut dengan cepat. 

"Hanya itu?" Rudi kembali bertanya. Dalam suaranya terdengar keraguan. 

Riana mengangguk, melirik ke arah Faldo yang menatapnya dengan tersenyum. 

"Ayah pikir kalian sudah saling mengenal karena satu sekolah sejak SMA, jadi tidak perlu lagi menunda lebih lama. Syaratmu itu tidak masuk akal!" sanggah Rudi. 

"Kami tidak sedekat itu, Ayah! Faldo dulu sangat menyebalkan, suka membuat onar dan selalu membuat Riana kesal.... " Riana menggantung kalimatnya. Dia kelepasan mengeluhkan sikap Faldo. 

Faldo tertawa lepas melihat wajah tegang Riana. Baginya, Riana bahkan tidak berubah, selalu cerewet dan menggemaskan. 

Orang tua Faldo ikut tertawa, mereka tidak menyangka Riana sampai sekesal itu dengan sikap Faldo. 

"Baiklah, tidak masalah Rudi." Haris menengahi, lalu melanjutkan, "biarkan mereka saling mengenal lagi. Kau harus memaklumi, kita juga pernah muda. Lagi pula, pernikahan itu sekali seumur hidup, tidak perlu tergesa-gesa. Itu hidup mereka, kita hanya harus mendukungnya saja!" 

Rudi hanya manggut-manggut menyetujui ucapan Haris. Mereka kembali melanjutkan makan dengan hidangan penutup. 

Riana meminta izin beranjak lebih dulu. Dia beralasan untuk pergi ke kamar mandi. 

Riana tidak lagi melihat Reyhan. Dia hendak bertanya, mengurungkan niat, memilih mencari sendiri. Matanya terus menyusuri tiap sudut ruangan. Riana kembali memutar, memeriksa di luar rumah. 

"Apa dia sudah pulang?" Riana melihat ke sekeliling, berharap bisa menemukan Reyhan. 

"Apa kamar mandi pindah di luar rumah?"

Riana menoleh kaget. Faldo sudah berdiri di belakangnya dengan senyuman merekah. 

"Aku hanya mencari udara segar!"

"Oh, jadi pamit ke kamar mandi hanya alasan!" Faldo bersedekap dada, mengangkat satu alisnya. 

Riana malas menanggapi. Dia berjalan acuh melewati Faldo begitu saja. 

"Kau sengaja mengajukan syarat itu karena ada hati yang harus kau jaga 'kan?!"

Riana menahan langkah. Dia terkejut dengan ucapan Faldo seakan Faldo bisa membaca isi hatinya. 

"Aku melihatnya!" Faldo kembali berseru. 

Riana membalikkan badan. "Siapa?"

Seketika Riana menegang di tempat melihat Reyhan berdiri tak jauh di belakang Faldo. 

"Kekasihmu!" jawab Faldo. 

Bab terkait

  • Pelayanku Kekasihku   4 || Kemarahan Rudi

    Riana bergeming ketika melihat Reyhan berjalan mendekatinya dan Faldo dengan tatapan diam. Tanpa berkata apa pun Reyhan hanya membungkukkan kepala lalu berjalan begitu saja."Berarti aku benar 'kan soal kekasihmu?" Faldo kembali bertanya.Riana tidak menjawab dan memilih beranjak pergi.Riana membuang napas kasar. Dia memandang pantulan dirinya pada cermin, mengingat kejadian semalam dengan Faldo merusak mood Riana pagi ini. Riana menarik napas dalam, memastikan sekali lagi penampilannya lalu beranjak turun."Riana akan pergi ke kantor cabang, Ayah!" ucap Riana yang tengah berada di ruang makan."Apa kau memutuskan untuk bekerja?" Rudi balik bertanya tanpa mengalihkan pandangan pada makanannya di piring."Iya, Ayah. Seperti yang Ayah inginkan. Riana akan mengembangkan pusat perbelanjaan di daerah Kenanga.""Baguslah, kau boleh pergi."Riana melirik ke arah Reyhan yang sudah berdiri siga

  • Pelayanku Kekasihku   5 || Cemburu

    Faldo memarkirkan mobilnya di parkiran mansion megah Rudi. Riana yang sudah bersiap, beranjak keluar dengan dress elegan membuat Riana tampak anggun. Untuk sesaat Faldo tertegun saat hendak menemui Riana. Reyhan bahkan sempat menatapnya, dia lebih dulu memutus kontak saat pandangan mereka bertemu. Riana dengan acuh berjalan melewati Reyhan dan menyambut tangan Faldo."Kau tampak cantik hari ini!" Faldo memuji seraya membukakan pintu mobil."Aku memang cantik dari lahir!" Riana melepaskan tangannya dari genggaman Faldo. Dia sengaja melakukan itu di hadapan Reyhan.Riana menatap Reyhan dari balik kaca lalu beralih pandang saat Faldo duduk di kursi kemudi."Kita mau ke mana Tuan Putri?""Restoran paling mahal. Hari ini aku ingin menghabiskan uangmu. Jadi bersikaplah sebagai calon suami yang baik!"Faldo tersenyum. "Dengan senang hati."Riana kembali melihat ke arah Reyhan sebelum mobil Faldo keluar dan melesat per

  • Pelayanku Kekasihku   6 || Mulai Bekerja

    Riana menatap bayang dirinya di cermin. Dia menghela napas panjang sebelum beranjak keluar. Riana mulai bekerja hari ini. Setelah merenungi kejadian semalam, Riana memutuskan untuk menjalani kehidupannya sesuai keinginan Reyhan. Langkah Riana perlahan melambat saat pandangannya terkunci pada sosok Reyhan yang berdiri sigap menunggu di lantai bawah. Riana memutus kontak, mengalihkan pandangan melewati Reyhan dengan acuh menuju ruang makan. "Ibu senang kau memutuskan pilihan dengan bekerja. Seharusnya sejak dulu saat ayahmu meminta untuk melakukannya," ujar Ivana. Riana tidak menanggapi, dia mengambil tempat di sebelah Ivana, memakan roti panggang dengan diam. "Lakukan perkerjaanmu sebaik mungkin. Ayah tidak ingin mendengar keluhan apa pun saat kau mulai bekerja!" Rudi menatap sejenak lalu beralih melanjutkan sarapan. "Kata Tiara, Faldo akan datang menjemputmu," imbuh Ivana. "Tidak perlu, Riana akan berangkat dengan Abimanyu!" Riana meneguk jus

  • Pelayanku Kekasihku   7 || Mulai Terusik

    Faldo dan Riana sampai di rumah makan yang terletak di pinggir jalan. Faldo segera menyusul setelah memarkirkan mobilnya."Apa tidak salah kita akan makan di sini?" tanya Faldo ragu-ragu, melirik ke arah Riana yang bahkan enggan untuk menoleh, dia tengah sibuk mencari tempat kosong.Faldo ikut memanjangkan lehernya, dia melihat satu meja kosong yang berada di depan stand pemilik rumah makan. Faldo lantas menarik tangan Riana membawanya masuk."Kau tidak suka dengan tempatnya? Katanya terserah aku mau makan di mana?!" Riana menatap ke arah Faldo yang masih melihat ke sekeliling. Sangat jelas Faldo merasa tidak nyaman. Ini pertama kali baginya makan selain di restoran mahal."Di sini tidak jauh beda dengan makanan restoran. Malah lebih enak makan di sini!" kata Riana lagi.Faldo tersenyum kecut. "Aku hanya tidak terbiasa. Tapi bukan masalah, selama makan denganmu."Riana berdecih, memanggil pelayan mendekat."Mau makan apa?"

  • Pelayanku Kekasihku   1 || Keputusan Sulit

    PRAKS! Bunyi tamparan keras menggema di langit-langit ruangan menjeda aktivitas para pelayan yang tengah menyajikan makanan di atas meja. Tatapan Rudi Mahardika, menyorot murka pada putri semata wayangnya yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan pandangan tertunduk. "Jangan ikut campur!" hardik Rudi, mendelik tajam ke arah Ivana yang hendak mendekati putrinya. Riana. Para pelayan beringsut mundur mengambil tempat di belakang dengan berjejer rapi tanpa berani mengangkat muka. Riana mencengkeram ujung bajunya, menahan rasa perih yang kian menjalar. Cairan bening mulai menggenangi kedua iris karamel itu. Sebisa mungkin Riana menahan diri untuk tidak menangis. "Apa kau masih ingin membantah ayahmu?" Tatapan Rudi menusuk tajam. Riana memberanikan diri mengangkat muka, menatap wajah ayahnya yang kini diliputi amarah. "Aku butuh penjelasan, Ayah! Kenapa Ayah tega melakukan itu?"

  • Pelayanku Kekasihku   2 || Tinggal Kenangan

    Setahun yang lalu....Hari itu, senja tak terlihat—mendung kelam menyelimuti langit sejauh mata memandang. Riana duduk di balik kaca dengan segelas susu hangat yang menjadi teman sepinya. Perlahan-lahan bulir bening menitik hingga kian deras. Baru saja Riana hendak beranjak, sebuah motor butut menepi di depan toko. Riana mengusap kaca yang berembun. Pemuda itu turun dan berlari kecil menuju ke arah pintu. Suara bel terdengar nyaring. Dia baru saja masuk dengan mengibas-ngibas jaket miliknya yang sedikit basah. Riana masih terdiam di tempat, menunggu ia membalikan badannya yang saat ini sedang memunggungi Riana. Lantas pemuda itu berbalik, membuat Riana seketika membeku. Pandangan mereka bertemu, senyuman pemuda itu mengembang. Riana lebih dulu beralih pandangan. Jantung Riana berdebar, detaknya tak kalah cepat seperti ikut lomba lari. Pemuda itu mendekat, hingga jaraknya benar-benar dekat—sangat dekat."Hai! Kau yang berjaga di sini?" tanyanya ramah.

Bab terbaru

  • Pelayanku Kekasihku   7 || Mulai Terusik

    Faldo dan Riana sampai di rumah makan yang terletak di pinggir jalan. Faldo segera menyusul setelah memarkirkan mobilnya."Apa tidak salah kita akan makan di sini?" tanya Faldo ragu-ragu, melirik ke arah Riana yang bahkan enggan untuk menoleh, dia tengah sibuk mencari tempat kosong.Faldo ikut memanjangkan lehernya, dia melihat satu meja kosong yang berada di depan stand pemilik rumah makan. Faldo lantas menarik tangan Riana membawanya masuk."Kau tidak suka dengan tempatnya? Katanya terserah aku mau makan di mana?!" Riana menatap ke arah Faldo yang masih melihat ke sekeliling. Sangat jelas Faldo merasa tidak nyaman. Ini pertama kali baginya makan selain di restoran mahal."Di sini tidak jauh beda dengan makanan restoran. Malah lebih enak makan di sini!" kata Riana lagi.Faldo tersenyum kecut. "Aku hanya tidak terbiasa. Tapi bukan masalah, selama makan denganmu."Riana berdecih, memanggil pelayan mendekat."Mau makan apa?"

  • Pelayanku Kekasihku   6 || Mulai Bekerja

    Riana menatap bayang dirinya di cermin. Dia menghela napas panjang sebelum beranjak keluar. Riana mulai bekerja hari ini. Setelah merenungi kejadian semalam, Riana memutuskan untuk menjalani kehidupannya sesuai keinginan Reyhan. Langkah Riana perlahan melambat saat pandangannya terkunci pada sosok Reyhan yang berdiri sigap menunggu di lantai bawah. Riana memutus kontak, mengalihkan pandangan melewati Reyhan dengan acuh menuju ruang makan. "Ibu senang kau memutuskan pilihan dengan bekerja. Seharusnya sejak dulu saat ayahmu meminta untuk melakukannya," ujar Ivana. Riana tidak menanggapi, dia mengambil tempat di sebelah Ivana, memakan roti panggang dengan diam. "Lakukan perkerjaanmu sebaik mungkin. Ayah tidak ingin mendengar keluhan apa pun saat kau mulai bekerja!" Rudi menatap sejenak lalu beralih melanjutkan sarapan. "Kata Tiara, Faldo akan datang menjemputmu," imbuh Ivana. "Tidak perlu, Riana akan berangkat dengan Abimanyu!" Riana meneguk jus

  • Pelayanku Kekasihku   5 || Cemburu

    Faldo memarkirkan mobilnya di parkiran mansion megah Rudi. Riana yang sudah bersiap, beranjak keluar dengan dress elegan membuat Riana tampak anggun. Untuk sesaat Faldo tertegun saat hendak menemui Riana. Reyhan bahkan sempat menatapnya, dia lebih dulu memutus kontak saat pandangan mereka bertemu. Riana dengan acuh berjalan melewati Reyhan dan menyambut tangan Faldo."Kau tampak cantik hari ini!" Faldo memuji seraya membukakan pintu mobil."Aku memang cantik dari lahir!" Riana melepaskan tangannya dari genggaman Faldo. Dia sengaja melakukan itu di hadapan Reyhan.Riana menatap Reyhan dari balik kaca lalu beralih pandang saat Faldo duduk di kursi kemudi."Kita mau ke mana Tuan Putri?""Restoran paling mahal. Hari ini aku ingin menghabiskan uangmu. Jadi bersikaplah sebagai calon suami yang baik!"Faldo tersenyum. "Dengan senang hati."Riana kembali melihat ke arah Reyhan sebelum mobil Faldo keluar dan melesat per

  • Pelayanku Kekasihku   4 || Kemarahan Rudi

    Riana bergeming ketika melihat Reyhan berjalan mendekatinya dan Faldo dengan tatapan diam. Tanpa berkata apa pun Reyhan hanya membungkukkan kepala lalu berjalan begitu saja."Berarti aku benar 'kan soal kekasihmu?" Faldo kembali bertanya.Riana tidak menjawab dan memilih beranjak pergi.Riana membuang napas kasar. Dia memandang pantulan dirinya pada cermin, mengingat kejadian semalam dengan Faldo merusak mood Riana pagi ini. Riana menarik napas dalam, memastikan sekali lagi penampilannya lalu beranjak turun."Riana akan pergi ke kantor cabang, Ayah!" ucap Riana yang tengah berada di ruang makan."Apa kau memutuskan untuk bekerja?" Rudi balik bertanya tanpa mengalihkan pandangan pada makanannya di piring."Iya, Ayah. Seperti yang Ayah inginkan. Riana akan mengembangkan pusat perbelanjaan di daerah Kenanga.""Baguslah, kau boleh pergi."Riana melirik ke arah Reyhan yang sudah berdiri siga

  • Pelayanku Kekasihku   3 || Kejutan Tak Terduga

    "Riana!" Alina yang baru saja datang berlari masuk ke kamar Riana dengan tergesa-gesa."Ada apa?" Riana yang baru habis mandi bertanya bingung.Alina masih mengatur napas, memegang kedua tangan Riana dengan mimik serius."Reyhan, dia ada di sini!"Riana terkejut. Alina pasti berbohong. Mana mungkin Reyhan diizinkan masuk ke rumah."Tidak mungkin Reyhan kemari, Alina!" Riana menghadap cermin, menyisir rambutnya."Aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihat Reyhan. Dia memakai pakaian sangat rapi. Apa mungkin dia memberanikan diri datang untuk melamarmu?"Riana menggeleng tidak percaya. Tanpa berpikir lagi, Riana berlari keluar dari kamar, jantungnya berdetak kencang. Riana terus berlari melewati koridor panjang. Beberapa pelayan yang melihatnya membungkuk memberi hormat.Riana harus berlari memutar untuk mencapai tangga karena letak kamarnya berada di ujung koridor.Satu pe

  • Pelayanku Kekasihku   2 || Tinggal Kenangan

    Setahun yang lalu....Hari itu, senja tak terlihat—mendung kelam menyelimuti langit sejauh mata memandang. Riana duduk di balik kaca dengan segelas susu hangat yang menjadi teman sepinya. Perlahan-lahan bulir bening menitik hingga kian deras. Baru saja Riana hendak beranjak, sebuah motor butut menepi di depan toko. Riana mengusap kaca yang berembun. Pemuda itu turun dan berlari kecil menuju ke arah pintu. Suara bel terdengar nyaring. Dia baru saja masuk dengan mengibas-ngibas jaket miliknya yang sedikit basah. Riana masih terdiam di tempat, menunggu ia membalikan badannya yang saat ini sedang memunggungi Riana. Lantas pemuda itu berbalik, membuat Riana seketika membeku. Pandangan mereka bertemu, senyuman pemuda itu mengembang. Riana lebih dulu beralih pandangan. Jantung Riana berdebar, detaknya tak kalah cepat seperti ikut lomba lari. Pemuda itu mendekat, hingga jaraknya benar-benar dekat—sangat dekat."Hai! Kau yang berjaga di sini?" tanyanya ramah.

  • Pelayanku Kekasihku   1 || Keputusan Sulit

    PRAKS! Bunyi tamparan keras menggema di langit-langit ruangan menjeda aktivitas para pelayan yang tengah menyajikan makanan di atas meja. Tatapan Rudi Mahardika, menyorot murka pada putri semata wayangnya yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan pandangan tertunduk. "Jangan ikut campur!" hardik Rudi, mendelik tajam ke arah Ivana yang hendak mendekati putrinya. Riana. Para pelayan beringsut mundur mengambil tempat di belakang dengan berjejer rapi tanpa berani mengangkat muka. Riana mencengkeram ujung bajunya, menahan rasa perih yang kian menjalar. Cairan bening mulai menggenangi kedua iris karamel itu. Sebisa mungkin Riana menahan diri untuk tidak menangis. "Apa kau masih ingin membantah ayahmu?" Tatapan Rudi menusuk tajam. Riana memberanikan diri mengangkat muka, menatap wajah ayahnya yang kini diliputi amarah. "Aku butuh penjelasan, Ayah! Kenapa Ayah tega melakukan itu?"

DMCA.com Protection Status