Home / Romansa / Pelayanku Kekasihku / 2 || Tinggal Kenangan

Share

2 || Tinggal Kenangan

Author: Ayzahran
last update Last Updated: 2021-12-17 03:49:53

Setahun yang lalu.... 

Hari itu, senja tak terlihat—mendung kelam menyelimuti langit sejauh mata memandang. Riana duduk di balik kaca dengan segelas susu hangat yang menjadi teman sepinya. Perlahan-lahan bulir bening menitik hingga kian deras. Baru saja Riana hendak beranjak, sebuah motor butut menepi di depan toko. Riana mengusap kaca yang berembun. Pemuda itu turun dan berlari kecil menuju ke arah pintu. Suara bel terdengar nyaring. Dia baru saja masuk dengan mengibas-ngibas jaket miliknya yang sedikit basah. Riana masih terdiam di tempat, menunggu ia membalikan badannya yang saat ini sedang memunggungi Riana. Lantas pemuda itu berbalik, membuat Riana seketika membeku. Pandangan mereka bertemu, senyuman pemuda itu mengembang. Riana lebih dulu beralih pandangan. Jantung Riana berdebar, detaknya tak kalah cepat seperti ikut lomba lari. Pemuda itu mendekat, hingga jaraknya benar-benar dekat—sangat dekat.

"Hai! Kau yang berjaga di sini?" tanyanya ramah.

Dengan susah payah Riana meneguk ludah, menarik senyum sebisa mungkin agar tidak tampak kaku. "Hai juga! Iya. Apa ada bunga yang kaucari?"

"Aku mencari bunga untuk ibuku, hari ini ulang tahunnya. Tolong pilihkan  bunga yang bagus!" pintanya.

Mata pemuda itu menyapu pandangan ke sekeliling. 

Alina sedang keluar, apa aku yang harus melayaninya? batin Riana menimbang sejenak. 

Riana mengangguk mantap, urusan Alina rugi atau untung soal belakang. 

"Apa bunga kesukaan ibumu?" 

"Hmmm.... ibuku menyukai banyak jenis bunga. Tapi spesial hari ini, aku ingin memberinya buket bunga yang sedikit berbeda dan cantik."

Dia menekan kalimat terakhirnya saat menoleh ke arah Riana. Entah itu sebuah pujian tersirat atau kata itu memang tertuju untuk bunga. 

Riana mengaitkan anak rambut di belakang telinga, memberanikan diri menatapnya lebih dekat. Bentuk wajah yang tampan, postur tubuh sedikit lebih tinggi dari Riana, pahatan sempurna kedua alis membingkai mata hitam legamnya. Dia berhasil membuat Riana terkesan dengan pandangan pertama.

Pemuda itu berdeham, melihat Riana yang sejak tadi bergeming menatapnya. 

"Maaf, tolong tunggu sebentar!"

Riana merutuki dirinya. Wajah Riana memanas, merasa malu sendiri. 

"Makasih, ya," ucapnya mengambil buket yang sudah selesai dirangkai.

"Oh, ya, aku Reyhan! Kau?" katanya memperkenalkan diri setelah menerima tanda terima. 

"Riana!"

Reyhan mengulas senyum. "Ibuku pasti menyukai buket ini."

Riana ikut tersenyum. Aku diselamatkan dengan bantuan mbak g****e, katanya dalam hati.

Riana menatap punggung Reyhan yang perlahan menjauh melewati pintu keluar, melesat pergi bersama motor bututnya di bawah hujan yang sudah reda. 

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Riana. 

Amina, kepala pelayan, datang membawa nampan yang berisi segelas jus jeruk kesukaan Riana. Sudah beberapa hari Riana tidak beranjak dari kamar setelah kejadian itu. Tidak ada semangat, apalagi senyuman yang menghiasi wajahnya. 

Amina hanya menaruh jus jeruk di atas nakas tanpa mengatakan apa pun. Riana tidak akan merespons sama seperti sebelumnya. Amina perlahan mundur dan berbalik pergi. 

Riana kembali menatap bulan dalam diam, helaan napas terdengar lirih meratapi kisah cinta yang kandas. Riana memejamkan mata, bulir bening menitik perlahan. Hatinya masih rapuh harus menerima kenyataan Reyhan mengingkari janji untuk memperjuangkan hubungan mereka. 

"Seakan itu mudah bagimu, merelakan hubungan kita, Rey!" katanya lirih. 

Riana menghela pelan. Jemari lentiknya mengusap layar ponsel membuka notif chat yang sejak tadi terus berbunyi. Spam chat dari Alina, sahabat karib Riana sejak kecil.  

Baru saja Riana meletakan ponsel, suara derik pintu mengalihkan atensi Riana.

Riana menoleh, Alina berdiri di ambang pintu memasang wajah cemberut sembari mendekatinya. 

"Kau keterlaluan! Entah berapa banyak spam chat yang aku kirim tidak ada yang dibalas sedikit pun!" omelnya tanpa jeda. 

Riana tidak menanggapi, pandangannya tertuju keluar jendela. 

Alina menghela napas berat. 

"Kau benar-benar akan bertunangan dengan pria menyebalkan itu?"

Riana tersenyum tipis. "Ternyata beritanya sudah sampai ke Aussie!"

"Aku pikir kau sedang liburan," kata Riana lagi. 

Alina berdecak. "Tadinya... tapi setelah mendengar kau akan bertunangan aku memutuskan pulang. Kenapa tidak memberitahukan padaku?"

"Aku tidak ingin mengganggu liburanmu. Lagi pula itu bukan hal penting!"

"Ini menyangkut hidupmu, jelas saja itu penting!" protes Alina tidak terima.

"Lalu hubunganmu dengan Reyhan? Apa kau putus dengannya?" Alina mengubah raut wajahnya. Dia bertanya dengan hati-hati. 

Riana mengangguk. Dia menarik tubuh Alina dan memeluk dengan erat. Riana menangis, menenggelamkan wajahnya di bahu Alina. Alina sesekali mengusap punggung Riana, dia memilih diam dan menunggu hingga Riana tenang. 

Setelah merasa lebih baik, Riana menarik diri dan melempar punggung pada bingkai jendela, membiarkan angin malam menerpa wajahnya yang dipenuhi jejak air mata. 

"Dia menyerah, Lin. Tidak ingin meneruskan hubungan kami!" 

Alina menghela pelan, dia mengambil posisi duduk di hadapan Riana, melipat kedua kakinya. 

"Bukan menyerah, Reyhan merelakan hatinya karena dia pasti sadar, ada banyak hal yang tidak bisa dipaksakan." Alina memegang tangan Riana, mencoba memberikan semangat. 

"Tapi Reyhan adalah duniaku, Lin. Bersama Reyhan aku tahu arti sebuah kehidupan. Bahagia bukan selalu berupa materi, bahkan dengan kesederhanaan saja aku sudah bahagia." 

"Reyhan itu bukan pria egois yang mementingkan perasaannya. Dia juga pasti sama terluka seperti dirimu."

"Aku belum bisa merelakannya! Rasanya terlalu sakit, Lin.... "

"Kau bisa melaluinya. Urusan hati bukan perkara mudah, setidaknya kalian sudah mencoba. Biarlah waktu yang menjawab. Kau harus kuat!" Alina menepuk-nepuk punggung tangan Riana. Dia merasa iba melihat Riana sehancur itu. 

Air mata Riana kembali menetes, pandangannya menatap jauh pada rembulan yang di kelilingi perhiasan jubah malam. 

"Yang menyakitkan bukan cinta kami yang hancur, melainkan dia lebih dulu berpaling, itu yang membuatku terluka.... "

***

Riana beranjak turun dari kamarnya. Di sana dia mendapati Rudi dan Ivana yang sedang sarapan. 

Riana menarik kursi di seberang Ivana, duduk berhadapan. 

"Sudah selesai bersedihnya?" Rudi melirik sekilas ke arah Riana lalu kembali melanjutkan makan.

Riana tidak menjawab. Dia mengambil roti lapis dan mengunyah perlahan. 

"Apa kau mau terus membantah ayahmu?!" Rudi berkata lagi. Kali ini Rudi menatap Riana dengan wajah serius. 

Riana menaruh roti yang tersisa setengah di piring. 

"Riana akan menerima perjodohan itu, Ayah! Jangan usik kehidupan Reyhan lagi. Riana mengalah."

"Itu jawaban yang ingin ayah dengar."

Ivana mengulas senyum. "Seharusnya kaulakukan itu dari dulu, dengan begitu ayahmu tidak perlu turun tangan!"

Riana memilih diam, roti lapis yang baru saja ditelannya terasa seakan menelan batu bergerigi. Sesak dan menusuk. 

Rudi tersenyum puas, tidak peduli dengan hati Riana yang hancur. 

Riana meneguk jus jeruk miliknya dan memilih beranjak lebih dulu. 

"Kau akan punya pengawal pribadi!" Rudi berseru tanpa mengalihkan pandangannya dari sosis panggang yang sedang ia potong-potong. 

Riana bergeming, berbalik menatap Rudi tanpa ekspresi. 

"Riana bukan anak kecil! Tidak butuh pengawal pribadi."

"Ayah tidak meminta persetujuan darimu. Cukup kau tahu saja, karena ayah ingin dia terus mengawasimu!"

"Apa Ayah harus melakukan itu?" Riana menatap kecewa. 

"Tentu saja! Sampai kau resmi menikah dengan Faldo!" 

Riana tersenyum miris. Dia membuang napas kesal lalu beranjak pergi. 

Related chapters

  • Pelayanku Kekasihku   3 || Kejutan Tak Terduga

    "Riana!" Alina yang baru saja datang berlari masuk ke kamar Riana dengan tergesa-gesa."Ada apa?" Riana yang baru habis mandi bertanya bingung.Alina masih mengatur napas, memegang kedua tangan Riana dengan mimik serius."Reyhan, dia ada di sini!"Riana terkejut. Alina pasti berbohong. Mana mungkin Reyhan diizinkan masuk ke rumah."Tidak mungkin Reyhan kemari, Alina!" Riana menghadap cermin, menyisir rambutnya."Aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihat Reyhan. Dia memakai pakaian sangat rapi. Apa mungkin dia memberanikan diri datang untuk melamarmu?"Riana menggeleng tidak percaya. Tanpa berpikir lagi, Riana berlari keluar dari kamar, jantungnya berdetak kencang. Riana terus berlari melewati koridor panjang. Beberapa pelayan yang melihatnya membungkuk memberi hormat.Riana harus berlari memutar untuk mencapai tangga karena letak kamarnya berada di ujung koridor.Satu pe

    Last Updated : 2021-12-17
  • Pelayanku Kekasihku   4 || Kemarahan Rudi

    Riana bergeming ketika melihat Reyhan berjalan mendekatinya dan Faldo dengan tatapan diam. Tanpa berkata apa pun Reyhan hanya membungkukkan kepala lalu berjalan begitu saja."Berarti aku benar 'kan soal kekasihmu?" Faldo kembali bertanya.Riana tidak menjawab dan memilih beranjak pergi.Riana membuang napas kasar. Dia memandang pantulan dirinya pada cermin, mengingat kejadian semalam dengan Faldo merusak mood Riana pagi ini. Riana menarik napas dalam, memastikan sekali lagi penampilannya lalu beranjak turun."Riana akan pergi ke kantor cabang, Ayah!" ucap Riana yang tengah berada di ruang makan."Apa kau memutuskan untuk bekerja?" Rudi balik bertanya tanpa mengalihkan pandangan pada makanannya di piring."Iya, Ayah. Seperti yang Ayah inginkan. Riana akan mengembangkan pusat perbelanjaan di daerah Kenanga.""Baguslah, kau boleh pergi."Riana melirik ke arah Reyhan yang sudah berdiri siga

    Last Updated : 2021-12-20
  • Pelayanku Kekasihku   5 || Cemburu

    Faldo memarkirkan mobilnya di parkiran mansion megah Rudi. Riana yang sudah bersiap, beranjak keluar dengan dress elegan membuat Riana tampak anggun. Untuk sesaat Faldo tertegun saat hendak menemui Riana. Reyhan bahkan sempat menatapnya, dia lebih dulu memutus kontak saat pandangan mereka bertemu. Riana dengan acuh berjalan melewati Reyhan dan menyambut tangan Faldo."Kau tampak cantik hari ini!" Faldo memuji seraya membukakan pintu mobil."Aku memang cantik dari lahir!" Riana melepaskan tangannya dari genggaman Faldo. Dia sengaja melakukan itu di hadapan Reyhan.Riana menatap Reyhan dari balik kaca lalu beralih pandang saat Faldo duduk di kursi kemudi."Kita mau ke mana Tuan Putri?""Restoran paling mahal. Hari ini aku ingin menghabiskan uangmu. Jadi bersikaplah sebagai calon suami yang baik!"Faldo tersenyum. "Dengan senang hati."Riana kembali melihat ke arah Reyhan sebelum mobil Faldo keluar dan melesat per

    Last Updated : 2021-12-20
  • Pelayanku Kekasihku   6 || Mulai Bekerja

    Riana menatap bayang dirinya di cermin. Dia menghela napas panjang sebelum beranjak keluar. Riana mulai bekerja hari ini. Setelah merenungi kejadian semalam, Riana memutuskan untuk menjalani kehidupannya sesuai keinginan Reyhan. Langkah Riana perlahan melambat saat pandangannya terkunci pada sosok Reyhan yang berdiri sigap menunggu di lantai bawah. Riana memutus kontak, mengalihkan pandangan melewati Reyhan dengan acuh menuju ruang makan. "Ibu senang kau memutuskan pilihan dengan bekerja. Seharusnya sejak dulu saat ayahmu meminta untuk melakukannya," ujar Ivana. Riana tidak menanggapi, dia mengambil tempat di sebelah Ivana, memakan roti panggang dengan diam. "Lakukan perkerjaanmu sebaik mungkin. Ayah tidak ingin mendengar keluhan apa pun saat kau mulai bekerja!" Rudi menatap sejenak lalu beralih melanjutkan sarapan. "Kata Tiara, Faldo akan datang menjemputmu," imbuh Ivana. "Tidak perlu, Riana akan berangkat dengan Abimanyu!" Riana meneguk jus

    Last Updated : 2022-03-16
  • Pelayanku Kekasihku   7 || Mulai Terusik

    Faldo dan Riana sampai di rumah makan yang terletak di pinggir jalan. Faldo segera menyusul setelah memarkirkan mobilnya."Apa tidak salah kita akan makan di sini?" tanya Faldo ragu-ragu, melirik ke arah Riana yang bahkan enggan untuk menoleh, dia tengah sibuk mencari tempat kosong.Faldo ikut memanjangkan lehernya, dia melihat satu meja kosong yang berada di depan stand pemilik rumah makan. Faldo lantas menarik tangan Riana membawanya masuk."Kau tidak suka dengan tempatnya? Katanya terserah aku mau makan di mana?!" Riana menatap ke arah Faldo yang masih melihat ke sekeliling. Sangat jelas Faldo merasa tidak nyaman. Ini pertama kali baginya makan selain di restoran mahal."Di sini tidak jauh beda dengan makanan restoran. Malah lebih enak makan di sini!" kata Riana lagi.Faldo tersenyum kecut. "Aku hanya tidak terbiasa. Tapi bukan masalah, selama makan denganmu."Riana berdecih, memanggil pelayan mendekat."Mau makan apa?"

    Last Updated : 2022-03-17
  • Pelayanku Kekasihku   1 || Keputusan Sulit

    PRAKS! Bunyi tamparan keras menggema di langit-langit ruangan menjeda aktivitas para pelayan yang tengah menyajikan makanan di atas meja. Tatapan Rudi Mahardika, menyorot murka pada putri semata wayangnya yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan pandangan tertunduk. "Jangan ikut campur!" hardik Rudi, mendelik tajam ke arah Ivana yang hendak mendekati putrinya. Riana. Para pelayan beringsut mundur mengambil tempat di belakang dengan berjejer rapi tanpa berani mengangkat muka. Riana mencengkeram ujung bajunya, menahan rasa perih yang kian menjalar. Cairan bening mulai menggenangi kedua iris karamel itu. Sebisa mungkin Riana menahan diri untuk tidak menangis. "Apa kau masih ingin membantah ayahmu?" Tatapan Rudi menusuk tajam. Riana memberanikan diri mengangkat muka, menatap wajah ayahnya yang kini diliputi amarah. "Aku butuh penjelasan, Ayah! Kenapa Ayah tega melakukan itu?"

    Last Updated : 2021-12-15

Latest chapter

  • Pelayanku Kekasihku   7 || Mulai Terusik

    Faldo dan Riana sampai di rumah makan yang terletak di pinggir jalan. Faldo segera menyusul setelah memarkirkan mobilnya."Apa tidak salah kita akan makan di sini?" tanya Faldo ragu-ragu, melirik ke arah Riana yang bahkan enggan untuk menoleh, dia tengah sibuk mencari tempat kosong.Faldo ikut memanjangkan lehernya, dia melihat satu meja kosong yang berada di depan stand pemilik rumah makan. Faldo lantas menarik tangan Riana membawanya masuk."Kau tidak suka dengan tempatnya? Katanya terserah aku mau makan di mana?!" Riana menatap ke arah Faldo yang masih melihat ke sekeliling. Sangat jelas Faldo merasa tidak nyaman. Ini pertama kali baginya makan selain di restoran mahal."Di sini tidak jauh beda dengan makanan restoran. Malah lebih enak makan di sini!" kata Riana lagi.Faldo tersenyum kecut. "Aku hanya tidak terbiasa. Tapi bukan masalah, selama makan denganmu."Riana berdecih, memanggil pelayan mendekat."Mau makan apa?"

  • Pelayanku Kekasihku   6 || Mulai Bekerja

    Riana menatap bayang dirinya di cermin. Dia menghela napas panjang sebelum beranjak keluar. Riana mulai bekerja hari ini. Setelah merenungi kejadian semalam, Riana memutuskan untuk menjalani kehidupannya sesuai keinginan Reyhan. Langkah Riana perlahan melambat saat pandangannya terkunci pada sosok Reyhan yang berdiri sigap menunggu di lantai bawah. Riana memutus kontak, mengalihkan pandangan melewati Reyhan dengan acuh menuju ruang makan. "Ibu senang kau memutuskan pilihan dengan bekerja. Seharusnya sejak dulu saat ayahmu meminta untuk melakukannya," ujar Ivana. Riana tidak menanggapi, dia mengambil tempat di sebelah Ivana, memakan roti panggang dengan diam. "Lakukan perkerjaanmu sebaik mungkin. Ayah tidak ingin mendengar keluhan apa pun saat kau mulai bekerja!" Rudi menatap sejenak lalu beralih melanjutkan sarapan. "Kata Tiara, Faldo akan datang menjemputmu," imbuh Ivana. "Tidak perlu, Riana akan berangkat dengan Abimanyu!" Riana meneguk jus

  • Pelayanku Kekasihku   5 || Cemburu

    Faldo memarkirkan mobilnya di parkiran mansion megah Rudi. Riana yang sudah bersiap, beranjak keluar dengan dress elegan membuat Riana tampak anggun. Untuk sesaat Faldo tertegun saat hendak menemui Riana. Reyhan bahkan sempat menatapnya, dia lebih dulu memutus kontak saat pandangan mereka bertemu. Riana dengan acuh berjalan melewati Reyhan dan menyambut tangan Faldo."Kau tampak cantik hari ini!" Faldo memuji seraya membukakan pintu mobil."Aku memang cantik dari lahir!" Riana melepaskan tangannya dari genggaman Faldo. Dia sengaja melakukan itu di hadapan Reyhan.Riana menatap Reyhan dari balik kaca lalu beralih pandang saat Faldo duduk di kursi kemudi."Kita mau ke mana Tuan Putri?""Restoran paling mahal. Hari ini aku ingin menghabiskan uangmu. Jadi bersikaplah sebagai calon suami yang baik!"Faldo tersenyum. "Dengan senang hati."Riana kembali melihat ke arah Reyhan sebelum mobil Faldo keluar dan melesat per

  • Pelayanku Kekasihku   4 || Kemarahan Rudi

    Riana bergeming ketika melihat Reyhan berjalan mendekatinya dan Faldo dengan tatapan diam. Tanpa berkata apa pun Reyhan hanya membungkukkan kepala lalu berjalan begitu saja."Berarti aku benar 'kan soal kekasihmu?" Faldo kembali bertanya.Riana tidak menjawab dan memilih beranjak pergi.Riana membuang napas kasar. Dia memandang pantulan dirinya pada cermin, mengingat kejadian semalam dengan Faldo merusak mood Riana pagi ini. Riana menarik napas dalam, memastikan sekali lagi penampilannya lalu beranjak turun."Riana akan pergi ke kantor cabang, Ayah!" ucap Riana yang tengah berada di ruang makan."Apa kau memutuskan untuk bekerja?" Rudi balik bertanya tanpa mengalihkan pandangan pada makanannya di piring."Iya, Ayah. Seperti yang Ayah inginkan. Riana akan mengembangkan pusat perbelanjaan di daerah Kenanga.""Baguslah, kau boleh pergi."Riana melirik ke arah Reyhan yang sudah berdiri siga

  • Pelayanku Kekasihku   3 || Kejutan Tak Terduga

    "Riana!" Alina yang baru saja datang berlari masuk ke kamar Riana dengan tergesa-gesa."Ada apa?" Riana yang baru habis mandi bertanya bingung.Alina masih mengatur napas, memegang kedua tangan Riana dengan mimik serius."Reyhan, dia ada di sini!"Riana terkejut. Alina pasti berbohong. Mana mungkin Reyhan diizinkan masuk ke rumah."Tidak mungkin Reyhan kemari, Alina!" Riana menghadap cermin, menyisir rambutnya."Aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihat Reyhan. Dia memakai pakaian sangat rapi. Apa mungkin dia memberanikan diri datang untuk melamarmu?"Riana menggeleng tidak percaya. Tanpa berpikir lagi, Riana berlari keluar dari kamar, jantungnya berdetak kencang. Riana terus berlari melewati koridor panjang. Beberapa pelayan yang melihatnya membungkuk memberi hormat.Riana harus berlari memutar untuk mencapai tangga karena letak kamarnya berada di ujung koridor.Satu pe

  • Pelayanku Kekasihku   2 || Tinggal Kenangan

    Setahun yang lalu....Hari itu, senja tak terlihat—mendung kelam menyelimuti langit sejauh mata memandang. Riana duduk di balik kaca dengan segelas susu hangat yang menjadi teman sepinya. Perlahan-lahan bulir bening menitik hingga kian deras. Baru saja Riana hendak beranjak, sebuah motor butut menepi di depan toko. Riana mengusap kaca yang berembun. Pemuda itu turun dan berlari kecil menuju ke arah pintu. Suara bel terdengar nyaring. Dia baru saja masuk dengan mengibas-ngibas jaket miliknya yang sedikit basah. Riana masih terdiam di tempat, menunggu ia membalikan badannya yang saat ini sedang memunggungi Riana. Lantas pemuda itu berbalik, membuat Riana seketika membeku. Pandangan mereka bertemu, senyuman pemuda itu mengembang. Riana lebih dulu beralih pandangan. Jantung Riana berdebar, detaknya tak kalah cepat seperti ikut lomba lari. Pemuda itu mendekat, hingga jaraknya benar-benar dekat—sangat dekat."Hai! Kau yang berjaga di sini?" tanyanya ramah.

  • Pelayanku Kekasihku   1 || Keputusan Sulit

    PRAKS! Bunyi tamparan keras menggema di langit-langit ruangan menjeda aktivitas para pelayan yang tengah menyajikan makanan di atas meja. Tatapan Rudi Mahardika, menyorot murka pada putri semata wayangnya yang kini tengah berdiri di hadapannya dengan pandangan tertunduk. "Jangan ikut campur!" hardik Rudi, mendelik tajam ke arah Ivana yang hendak mendekati putrinya. Riana. Para pelayan beringsut mundur mengambil tempat di belakang dengan berjejer rapi tanpa berani mengangkat muka. Riana mencengkeram ujung bajunya, menahan rasa perih yang kian menjalar. Cairan bening mulai menggenangi kedua iris karamel itu. Sebisa mungkin Riana menahan diri untuk tidak menangis. "Apa kau masih ingin membantah ayahmu?" Tatapan Rudi menusuk tajam. Riana memberanikan diri mengangkat muka, menatap wajah ayahnya yang kini diliputi amarah. "Aku butuh penjelasan, Ayah! Kenapa Ayah tega melakukan itu?"

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status