Share

Bab 5

Author: De yunn
last update Last Updated: 2023-12-12 19:20:22

Ardan meraih tangan kiri Tante Amy yang masih meremas pahanya. Lalu mengecupnya.

Hal itu membuat Tante Amy langsung mendekatkan wajahnya, bersiap untuk mencium Ardan. Namun Ardan malah menghindar, kemudian membisikkan sesuatu pada telinga Tante Amy. "Sabar ya, Tante. Sekarang kita jalan dulu, tuh lihat, lampunya sudah hijau lagi." ucap Ardan sambil menunjuk lampu lalu lintas yang sudah berubah menjadi hijau. Membuat Tante Amy tertawa kecil.

"Aku benar-benar menantikan permainanmu, Ardan!" ucap Tante Amy masih sambil tertawa dan kembali menjalankan mobilnya. Melesat membelah hiruk pikuk jalanan yang padat pada jam istirahat makan siang.

Sepanjang jalan, Ardan merangkulkan lengan kanannya pada bahu Tante Amy. Sesekali ia akan mencium wangi yang menguar dari rambut Tante Amy. "Tante harum sekali rambutnya, aku suka!" kata Ardan sambil membelai rambut panjang dan lembut milik Tante Amy.

"Sudah dong sayang!" ucap Tante Amy dengan manja. "Kamu bikin tante nggak tahan ah! Nanti kita lanjutkan lagi kalau sudah sampai ya?" lanjutnya.

Mendengar suara manja Tante Amy, membuat Ardan jadi semakin berani menggodanya. Tangan kanan yang sedari tadi merangkul bahu Tante Amy, perlahan turun menyusuri lengan hingga pinggangnya. Melakukannya dengan lembut untuk mencari titik sensitif wanita yang lebih tua darinya itu.

Ciiiitttt!

Tiba-tiba, di jalanan yang agak lengang, Tante Amy mengerem mendadak. Membuat Ardan terdorong ke depan. Beruntung ia memakai sabuk pengaman, sehingga Ardan tidak sampai jatuh membentur dasbor mobil.

"Ada apa, Tante? Kenapa mengerem tiba-tiba seperti itu?" tanya Ardan yang sebenarnya merasa kesal. Namun Tante Amy bukannya menjawab malah langsung mencium Ardan. Bahkan ia berusaha memasukkan lidahnya ke dalam mulut Ardan, membuat pria beranak dua itu kesulitan bernafas.

Tante Amy tampaknya tidak bisa lagi menahan gairahnya akibat sentuhan-sentuhan lembut dari Ardan sepanjang jalan tadi. Dengan beringas dia terus mencumbu Ardan, tak ada ampun bahkan sekadar untuk bernafas. Tante Amy juga tidak peduli mereka masih berada di tepi jalan raya. Beruntung kaca mobilnya gelap, membuat orang tak dapat melihat menembus masuk ke dalam kalau tidak mendekat.

"Uh, Tante.. pelan dong sayang," ujar Ardan sambil membelai rambut Tante Amy. Sementara perempuan itu masih sibuk menggigit leher Ardan untuk meninggalkan tanda merah.

"Sayang, ini kok ada tanda merah yang lain?" tanya Tante Amy heran saat melongok sisi lain dari leher Ardan. "Siapa yang membuatnya?" tanyanya lagi.

Ardan terlihat gelagapan. Ia langsung memutar otak mencari alasan yang tepat. "Ah, iya Tante. Itu istriku yang buat," ucap Ardan berbohong. Tante Amy mengangguk kecil, tapi raut wajahnya menunjukkan ekspresi tidak suka.

"Kamu sering main dengan istrimu? Kalau begitu, apa aku hanya sebatas pelampiasan saja?" tanya Tante Amy yang merajuk.

Ardan mengusap tengkuknya, tak tahu harus menjawab apa.

"Jawab dong!" rengek Tante Amy.

"Ah, ti.. tidak kok, Tante. Hanya sesekali saja kalau dia lagi minta." jawab Ardan dengan kebohongan yang lain lagi. Pada hal sudah berbulan-bulan dia tidak melakukannya bersama Arni. Entahlah, tapi Ardan merasa kalau dia tidak lagi bernafsu kepada Arni, sekalipun istrinya itu telanjang di hadapannya.

"Benar ya? Nggak main sama perempuan lain kan? Tapi jangan sering-sering main sama istri kamu ya? Kalau lagi pingin, hubungi Tante saja," ucap perempuan berusia empat puluhan tahun itu dengan manja.

"Ah, untung saja Tante Amy percaya." batin Ardan sambil menghela nafas lega.

"Iya sayang, pasti aku akan menghubungi Tante kalau lagi pingin." jawab Ardan sambil tersenyum. Kemudian dia mendekat untuk memeluk perempuan bertubuh montok itu. Namun saat itu, tubuhnya menegang. Tepat di depan mobil Tante Amy, ada motor metik yang berhenti karena bannya bocor. Yang mengendarai adalah seorang wanita, Ardan amat mengenalinya begitu juga dengan motor metik itu.

"Arny," bisiknya, yang tidak sengaja mengucap nama sang istri.

Tante Amy yang masih berada didalam pelukan Ardan langsung menarik diri. "Arni? Siapa lagi itu?" tanya Tante Amy penuh selidik.

Ardan merasa tubuhnya panas dingin. Takut kalau Tante Amy akan marah dan tidak mau lagi bertemu dengannya.

"Jawab Ardan! Siapa Arni?" tanya Tante Amy lagi, kali ini lebih tegas.

"Ah, i.. itu Tante," jawab Ardan dengan terbata-bata. "Dia adalah istriku." lanjutnya sambil menunjuk wanita yang sedang mendorong motor metik didepan mobil Tante Amy.

Jawabannya membuat Tante Amy mengikuti arah yang dia tunjuk, lalu sebelah alis perempuan itu terangkat naik. "Wanita itu? Dia istrimu?" tanya Tante Amy mencoba memastikan bahwa dia tidak salah paham.

Ardan mengangguk.

Sedangkan Tante Amy tertawa. Tawa yang terdengar puas. Setelah itu dia langsung menyalakan mobil untuk mengejar Arni yang sedang mendorong motor dengan ban bocor.

"Tante, kita pergi saja yuk! Istriku mengganggu suasana romantis kita saja!" bujuk Ardan.

Tapi Tante Amy yang sedang fokus pada Arni malah menghentikan mobilnya tepat menghadangnya. Ardan semakin tidak mengerti, "Tante, kenapa kita malah berhenti lagi? Eh, kenapa pintunya malah dibuka?" tanya Ardan terdengar was-was.

"Sudahlah, kamu diam saja disini!" jawab Tante Amy dan keluar dari mobilnya untuk mendekati Arni yang sedang terlihat heran.

Ardan hanya bisa membatu didalam mobil sambil mulutnya berkomat-kamit membaca do'a, berharap Tante Amy tidak mengatakan hal macam-macam kepada istrinya. Ardan hanya bisa memperhatikan diam-diam melalui cermin didepan kepalanya, yang memantulkan bayangan Tante Amy dan istrinya dibelakang mobil.

"Mbak, motornya kenapa?" tanya Tante Amy ramah setelah sampai didepan Arni.

"Oh, ini bu,-" ucapan Arni terpotong.

"Jangan panggil saya 'bu', panggil saja Tante Amy." sergah Tante Amy cepat

"Ah, iya Tante. Motor saya bannya bocor." jelas Arni.

Tante Amy tersenyum. "Tunggu sebentar!" perintah Tante Amy, lalu dia masuk kedalam mobil.

"Ardan, ayo keluar!" ajak Tante Amy sambil tersenyum miring.

"Gila! Ini orang malah mau terang-terangan sama Arni kalau sedang bersamaku?" tanya Ardan dalam hatinya. "Tidak Tante, aku disini saja. Nanti kalau dia curiga sama kita bagaimana?" elak Ardan.

"Alah, nggak akan! Pokoknya ayo, ikut saja!" tutut Tante Amy sambil tersenyum miring, seolah dia telah mempersiapkan sandiwara yang bagus untuk segera ditunjukkan pada berondongnya itu.

Dengan ragu Ardan mengikuti Tante Amy keluar dari mobil, dan berjalan kearah Arni.

"Mas Ardan!" ucap Arni yang terlihat kaget. Melihat suaminya bersama Tante Amy, orang yang baru saja ia kenal. "Apa yang Mas Ardan lakukan disini?" tanya Arni tak bisa membendung rasa penasarannya.

Sementara Ardan hanya melirik kearah Tante Amy, seolah meminta agar Tante Amy memberi jawaban yang masuk akal kepada Arni.

Namun Tante Amy hanya tersenyum ambigu, membuat jantung Ardan berdegup kencang seakan ingin lompat dari tempatnya.

Related chapters

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 6

    Saat petang, Ardan pulang dengan wajah letih. Sementara Arni yang sejak tadi sudah menunggu kepulangan suaminya di ruang tamu, langsung berdiri untuk menyambut Ardan sekaligus menyuarakan seluruh pertanyaan yang berdesakan dalam pikirannya."Mas Ardan," panggil Arni agak keras."Apa!" jawab Ardan dengan nada agak tinggi. Terlihat jelas di wajah Arni, bahwa ia akan menanyakan ini itu tentang kejadian siang tadi. Sehingga Ardan berusaha menghindar dengan memasang wajah masam dan berjalan terburu-buru ke ruang kerjanya."Mas, tunggu dulu! Ada yang mau aku tanyakan," ujar Arni sambil mengekor suaminya yang berjalan dengan langkah lebar.Namun Ardan tak menghiraukannya. "Nggak ada yang perlu kamu tanyakan!" kata Ardan ketus sambil berdiri pada mulut pintu ruang kerjanya."Tapi Mas, aku butuh penjelasan," ujar Arni ngeyel.Blam!Bukannya menjawab atau menanggapinya, Ardan lebih memilih membanting pintu ruang kerjanya. Sehingga membuat Arni yang berada tepat didepan daun pintu jadi terlonjak

    Last Updated : 2023-12-29
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 7

    "Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut."Apa begit

    Last Updated : 2023-12-30
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 8

    "Mas Ardan!" jerit Arni spontan, karena melihat apa yang sedang suaminya lakukan bersama perempuan yang hampir seusia ibunya itu."Arni," ucap Ardan lirih bercampur kaget, melihat istrinya tengah mengintip dari jendela mobil.Sementara Tante Amy hanya tersenyum nakal, karena pemanasannya bersama Ardan yang sedang tanggung malah ketahuan oleh Arni.Dengan wajah marah, Ardan keluar dari mobil tanpa membenarkan kemejanya yang sudah terbuka sebagian. Begitu pula Tante Amy, dadanya yang mulai mengendur hampir terekspos sepenuhnya."Apa yang kamu lakukan disini Arni?" tanya Ardan dengan marah."Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa Mas Ardan ada disini? Bersama perempuan yang hampir seusia ibumu itu Mas?""Hah! Enak saja kamu mengataiku hampir seusia dengan ibunya Ardan, memangnya aku terlihat setua itu?" gerutu Tante Amy yang merasa tersinggung dengan ucapan Arni.Arni melirik marah kearah perempuan hampir berusia paruh baya itu, sudut matanya berair karena rasa sakit yang

    Last Updated : 2023-12-31
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 9

    "Arni, kamu yakin mau menerima lamaran Ardan? Tidak mau dipikir-pikir dulu?" tanya kakak Arni kala itu."Nggak, Mbak. Aku mantap mau menerimanya. Mbak lihat, kan? Bahkan saat motornya disita sama bapak dan ibunya, dia berusaha meminjam motor teman atau kerabatnya untuk menemuiku. Itukan bukti kalau Mas Ardan serius sama aku." jawab Arni sambil tersenyum membayangkan sebelumnya habis diapeli oleh Ardan."Ar, tapi itu sudah jelas dia melawan orang tuanya. Dia bukan laki-laki yang patuh sama bapak dan ibunya."Arni termenung.Memikirkan bahwa kata-kata yang kakaknya ucapkan ada benarnya. Tapi dia juga sudah terlanjur menerima lamaran pribadi itu, dan lagi, rasa sayangnya untuk Ardan sudah terlanjur sangat besar.Arni semakin tersedu-sedu. Bagaimana dia harus mengatakan kepada kakak serta pamannya, bahwa Ardan yang dulu mereka tentang, kini telah mengkhianatinya.***"Ah, permainan kamu hebat banget sayang! Tante sampe kewalahan ngadepin kamu lo!" ujar Tante Amy sambil tersenyum puas.Ard

    Last Updated : 2024-01-02
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 10

    Tok! Tok!Ardan mengetuk pintu samping sebuah rumah yang berada didepan sekolah TK dengan perlahan. Tak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dari dalam."Ayo, masuk! Motornya simpan saja dibelakang warung," perintah orang yang membukakan pintu itu sambil menunjuk warung yang berada tepat disebelah rumahnya.Tanpa membantah, Ardan mengikuti perintah itu. Lalu segera masuk kedalam rumah bergaya modern minimalis itu. "Anak-anak kemana? Sudah tidur semua?" tanya Ardan dengan penuh perhatian."Iya," jawab sang pemilik rumah yang ternyata seorang wanita berusia tujuh tahun diatas Ardan."Kita langsung kebawah saja yuk!" ajak wanita itu sambil menuntun Ardan menuju dapur yang berada dilantai bawah."Sayang, kamu kok kelihatannya berkeringat sekali. Habis ngapain?" tanya wanita itu dengan penuh rasa curiga."Iya, tadi pas kesini ban motornya bocor. Jadi aku tuntun cari tambal ban yang masih buka. Makanya keringatnya banyak." jawab Ardan asal.Namun wanita itu seolah tak peduli dengan jawaban

    Last Updated : 2024-01-03
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 11

    Pagi itu, seperti biasa. Arni mengantar kedua anaknya bersekolah sambil membawa jajan untuk ia titipkan pada warung-warung kecil yang ia lewati serta kantin sekolah anaknya dan mengambil hasil penjualan sebelumnya.Sebuah senyum penuh rasa syukur mengembang pada wajah ayu Arni. "Terima kasih banyak, Pak!" ujar Arni pada pemilik warung yang tepat berada di seberang sekolah TK."Iya, Mbak Arni! Sama-sama! Kalau bisa, besok bawa keripik sama gorengannya agak banyakan ya? Kebetulan besok anak-anak libur sekolah, tapi disini mau dipakai untuk acara. Untuk lomba mewarnai anak TK tingkat kecamatan. Bawa jajan yang lain juga boleh, biar lengkap warung saya!" ujar Pak Nanang, pemilik warung diseberang TK tempat anak Arni bersekolah."Iya, Pak! Siap! Besok pagi-pagi sekali aku bawakan kesini. Nanti malam biar aku lembur!" jawab Arni dengan riang. Baginya, pagi ini adalah pagi yang indah. Seluruh dagangan yang ia titipkan habis tak bersisa. Bahkan beberapa warung tempat biasa Arni menitipkannya

    Last Updated : 2024-01-05
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 12

    "Pagi, sayang!" sapa Nira sambil membawa nampan berisi kopi panas dan sepiring gorengan.Menilik dari penampilannya, Ardan tahu betul kalau gorengan tersebut dibeli oleh Nira di warung samping rumahnya. Yang tak lain, itu adalah gorengan titipan Arni. Ironis memang, di rumah Ardan tak pernah sudi memakan gorengan yang istrinya suguhkan. Padahal gorengan Arni sudah terkenal disekitar tempat tinggal mereka. Namun saat Nira yang menyajikan gorengan tersebut, Ardan akan dengan lahap memakannya sambil menggigit cabai rawit hijau.Ardan membalas sapaan Nira, lalu mengecupnya dengan mesra."Sayang, aku sudah selesai lo!" bisik Nira dengan nakal.Ardan tersenyum mendengarnya. Ia tahu betul maksud perkataan Nira. "Sabar ya, malam ini aku tidak bisa menginap disini. Kebetulan malam ini aku ada pekerjaan sampingan selama akhir pekan."Bibir Nira mengerucut, tanda bahwa ia tidak suka mendengar jawaban Ardan. "Memang tidak bisa ditinggal, ya?"Ardan tersenyum gemas melihat tingkah Nira yang sepert

    Last Updated : 2024-01-05
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 13

    Siang hari, waktunya menjemput anak-anak pulang sekolah, Arni membawa pesanan keripik yang sudah jadi untuk warung didepan TK. Ia menyempatkan melongok ke belakang warung, apakah motor Ardan masih ada disana atau tidak.Keningnya berkerut karena tidak menemukan motor suaminya."Pak Nanang! Itu motor dibelakang warung kemana?" tanya Arni setelah menghitung jumlah keripik yang ia setorkan."Oh, itu tadi dibawa pergi sama temannya Mbak Nira." jawab Pak Nanang."Siapa Pak? Laki-laki atau perempuan?" Arni bertanya penuh selidik."Laki-laki Mbak, orang itu memang sering mampir ke rumah Mbak Nira. Sering juga bawa motor tersebut."Arni menegang mendengar penjelasan singkat Pak Nanang. "Ya sudah Pak kalau begitu, saya pamit dulu ya? Itu anak-anak saya sudah pada keluar.""Iya Mbak Arni, hati-hati dijalan ya! Besok jangan lupa, jajannya yang komplit!" ujar Pak Nanang."Baik Pak!" teriak Arni dari seberang jalan.Arni menuntun kedua anaknya untuk pulang, sepanjang perjalanan mereka saling mengo

    Last Updated : 2024-01-08

Latest chapter

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 15

    Arni tertidur setelah kelelahan menangis usai bertengkar dengan Ardan. Sedangkan Ardan, dia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Arni yang terus menangis hingga tersengal-sengal. Subuh, Arni terbangun. Lalu menyiapkan adonan untuk membuat gorengan. Setelah semuanya matang, dia langsung mengantarkannya ke warung pelanggannya dalam keadaan hangat. Terakhir, Arni mengantarkannya ke warung Pak Nanang yang berada didepan TK tempat anak-anaknya bersekolah. "Wah, Mbak Arni pagi sekali!" sapa Pak Nanang yang sedang menyapu didepan warung saat Arni datang. Arni tersenyum. "Iya Pak, kebetulan anak-anak semalam menginap di rumah simbahnya. Jadi aku bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat." jawab Arni. "Ya sudah, duduk dulu Mbak Arni! Biar tak buatkan teh hangat, sekali-kali mumpung Mbak Arni sedang tidak terburu-buru." "Terima kasih, Pak. Oh ya, ibu kemana? Kok tumben jam segini belum kelihatan?" "Sebentar lagi juga datang, tadi katanya mau menjemur pakaian dulu. Mumpung di warung belum m

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 14

    Setelah pergi kemarin malam, Ardan baru pulang keesokan harinya. Malam hari, setelah Arni selesai membuat serta mengemas semua pesanan dari pelanggannya. Nanik juga sudah pulang, Arni sendirian di rumah karena Rafa dan Natasya menginap di tempat simbahnya. "Arni! Buatkan aku mie kuah yang pedas!" teriak Ardan setelah menjatuhkan pantatnya pada sofa ruang tamu. Sementara Arni yang berdiri didekat Ardan hanya menatapnya dengan sengit. "Minta saja sama Tante Amy mu itu!" jawab Arni ketus lalu masuk kedalam kamar. Ia mengunci pintunya dari dalam, lalu jatuh terduduk ditepi ranjang sambil menangis. "Hei! Berani-beraninya seorang istri menolak perintah suaminya! Keluar kamu Arni! Sini! Biar ku beri kamu pelajaran!" teriak Ardan marah sambil menggedor-gedor pintu kamar dengan kasar. Tangis Arni semakin menjadi-jadi. "Bagaimana bisa tanpa merasa bersalah Mas Ardan pulang dan langsung memintanya untuk membuat mie pedas? Memangnya aku ini istri atau babunya?" tanya Arni dalam hati. "Arni!

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 13

    Siang hari, waktunya menjemput anak-anak pulang sekolah, Arni membawa pesanan keripik yang sudah jadi untuk warung didepan TK. Ia menyempatkan melongok ke belakang warung, apakah motor Ardan masih ada disana atau tidak.Keningnya berkerut karena tidak menemukan motor suaminya."Pak Nanang! Itu motor dibelakang warung kemana?" tanya Arni setelah menghitung jumlah keripik yang ia setorkan."Oh, itu tadi dibawa pergi sama temannya Mbak Nira." jawab Pak Nanang."Siapa Pak? Laki-laki atau perempuan?" Arni bertanya penuh selidik."Laki-laki Mbak, orang itu memang sering mampir ke rumah Mbak Nira. Sering juga bawa motor tersebut."Arni menegang mendengar penjelasan singkat Pak Nanang. "Ya sudah Pak kalau begitu, saya pamit dulu ya? Itu anak-anak saya sudah pada keluar.""Iya Mbak Arni, hati-hati dijalan ya! Besok jangan lupa, jajannya yang komplit!" ujar Pak Nanang."Baik Pak!" teriak Arni dari seberang jalan.Arni menuntun kedua anaknya untuk pulang, sepanjang perjalanan mereka saling mengo

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 12

    "Pagi, sayang!" sapa Nira sambil membawa nampan berisi kopi panas dan sepiring gorengan.Menilik dari penampilannya, Ardan tahu betul kalau gorengan tersebut dibeli oleh Nira di warung samping rumahnya. Yang tak lain, itu adalah gorengan titipan Arni. Ironis memang, di rumah Ardan tak pernah sudi memakan gorengan yang istrinya suguhkan. Padahal gorengan Arni sudah terkenal disekitar tempat tinggal mereka. Namun saat Nira yang menyajikan gorengan tersebut, Ardan akan dengan lahap memakannya sambil menggigit cabai rawit hijau.Ardan membalas sapaan Nira, lalu mengecupnya dengan mesra."Sayang, aku sudah selesai lo!" bisik Nira dengan nakal.Ardan tersenyum mendengarnya. Ia tahu betul maksud perkataan Nira. "Sabar ya, malam ini aku tidak bisa menginap disini. Kebetulan malam ini aku ada pekerjaan sampingan selama akhir pekan."Bibir Nira mengerucut, tanda bahwa ia tidak suka mendengar jawaban Ardan. "Memang tidak bisa ditinggal, ya?"Ardan tersenyum gemas melihat tingkah Nira yang sepert

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 11

    Pagi itu, seperti biasa. Arni mengantar kedua anaknya bersekolah sambil membawa jajan untuk ia titipkan pada warung-warung kecil yang ia lewati serta kantin sekolah anaknya dan mengambil hasil penjualan sebelumnya.Sebuah senyum penuh rasa syukur mengembang pada wajah ayu Arni. "Terima kasih banyak, Pak!" ujar Arni pada pemilik warung yang tepat berada di seberang sekolah TK."Iya, Mbak Arni! Sama-sama! Kalau bisa, besok bawa keripik sama gorengannya agak banyakan ya? Kebetulan besok anak-anak libur sekolah, tapi disini mau dipakai untuk acara. Untuk lomba mewarnai anak TK tingkat kecamatan. Bawa jajan yang lain juga boleh, biar lengkap warung saya!" ujar Pak Nanang, pemilik warung diseberang TK tempat anak Arni bersekolah."Iya, Pak! Siap! Besok pagi-pagi sekali aku bawakan kesini. Nanti malam biar aku lembur!" jawab Arni dengan riang. Baginya, pagi ini adalah pagi yang indah. Seluruh dagangan yang ia titipkan habis tak bersisa. Bahkan beberapa warung tempat biasa Arni menitipkannya

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 10

    Tok! Tok!Ardan mengetuk pintu samping sebuah rumah yang berada didepan sekolah TK dengan perlahan. Tak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dari dalam."Ayo, masuk! Motornya simpan saja dibelakang warung," perintah orang yang membukakan pintu itu sambil menunjuk warung yang berada tepat disebelah rumahnya.Tanpa membantah, Ardan mengikuti perintah itu. Lalu segera masuk kedalam rumah bergaya modern minimalis itu. "Anak-anak kemana? Sudah tidur semua?" tanya Ardan dengan penuh perhatian."Iya," jawab sang pemilik rumah yang ternyata seorang wanita berusia tujuh tahun diatas Ardan."Kita langsung kebawah saja yuk!" ajak wanita itu sambil menuntun Ardan menuju dapur yang berada dilantai bawah."Sayang, kamu kok kelihatannya berkeringat sekali. Habis ngapain?" tanya wanita itu dengan penuh rasa curiga."Iya, tadi pas kesini ban motornya bocor. Jadi aku tuntun cari tambal ban yang masih buka. Makanya keringatnya banyak." jawab Ardan asal.Namun wanita itu seolah tak peduli dengan jawaban

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 9

    "Arni, kamu yakin mau menerima lamaran Ardan? Tidak mau dipikir-pikir dulu?" tanya kakak Arni kala itu."Nggak, Mbak. Aku mantap mau menerimanya. Mbak lihat, kan? Bahkan saat motornya disita sama bapak dan ibunya, dia berusaha meminjam motor teman atau kerabatnya untuk menemuiku. Itukan bukti kalau Mas Ardan serius sama aku." jawab Arni sambil tersenyum membayangkan sebelumnya habis diapeli oleh Ardan."Ar, tapi itu sudah jelas dia melawan orang tuanya. Dia bukan laki-laki yang patuh sama bapak dan ibunya."Arni termenung.Memikirkan bahwa kata-kata yang kakaknya ucapkan ada benarnya. Tapi dia juga sudah terlanjur menerima lamaran pribadi itu, dan lagi, rasa sayangnya untuk Ardan sudah terlanjur sangat besar.Arni semakin tersedu-sedu. Bagaimana dia harus mengatakan kepada kakak serta pamannya, bahwa Ardan yang dulu mereka tentang, kini telah mengkhianatinya.***"Ah, permainan kamu hebat banget sayang! Tante sampe kewalahan ngadepin kamu lo!" ujar Tante Amy sambil tersenyum puas.Ard

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 8

    "Mas Ardan!" jerit Arni spontan, karena melihat apa yang sedang suaminya lakukan bersama perempuan yang hampir seusia ibunya itu."Arni," ucap Ardan lirih bercampur kaget, melihat istrinya tengah mengintip dari jendela mobil.Sementara Tante Amy hanya tersenyum nakal, karena pemanasannya bersama Ardan yang sedang tanggung malah ketahuan oleh Arni.Dengan wajah marah, Ardan keluar dari mobil tanpa membenarkan kemejanya yang sudah terbuka sebagian. Begitu pula Tante Amy, dadanya yang mulai mengendur hampir terekspos sepenuhnya."Apa yang kamu lakukan disini Arni?" tanya Ardan dengan marah."Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa Mas Ardan ada disini? Bersama perempuan yang hampir seusia ibumu itu Mas?""Hah! Enak saja kamu mengataiku hampir seusia dengan ibunya Ardan, memangnya aku terlihat setua itu?" gerutu Tante Amy yang merasa tersinggung dengan ucapan Arni.Arni melirik marah kearah perempuan hampir berusia paruh baya itu, sudut matanya berair karena rasa sakit yang

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 7

    "Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut."Apa begit

DMCA.com Protection Status