Share

Bab 7

Author: De yunn
last update Last Updated: 2023-12-30 13:50:36

"Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.

Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.

Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.

Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut.

"Apa begitu cara berbicara kepada atasan?" tanya Arni dalam hati. Namun pada detik berikutnya, ia semakin kaget karena Ardan memanggil Tante Amy dengan sebutan sayang. Hal itu semakin menguatkan kecurigaan Arni bahwa suaminya berselingkuh. Meskipun dia belum menyaksikannya secara langsung.

Setelah memutuskan panggilan telepon, Ardan kembali menghidupkan motornya dan melaju membelah keheningan malam. Begitu juga Arni, dia kembali mengikuti Ardan.

Arni tahu betul, suaminya bekerja di kantor distributor pemasok ke pertokoan. Dan jalan yang mereka lalui saat ini, bukanlah jalan menuju kantor tempat Ardan bekerja.

"Ini sebenarnya Mas Ardan mau kemana ya? Jalan ke kantor kan seharusnya berbelok ke kanan tadi, tapi kenapa malah berjalan lurus?" Arni bertanya-tanya dalam hati, sambil tetap melajukan motor yang ia kendarai agar tidak kehilangan jejak suaminya.

Tak lama kemudian, Ardan kembali berhenti. Begitu juga Arni, ia ikut berhenti.

"Bro! Titip motor ya! Besok aku ambil, aku sedang ada urusan disekitar sini," ucap Ardan pada orang yang Arni kenali sebagai teman lama suaminya.

"Iya, siap! Mau kemana malam-malam begini?" tanya orang tersebut.

"Adalah!" jawab Ardan sambil meringis. Membuat teman lamanya itu mengangguk sambil tertawa lebar, seolah memahami maksud Ardan.

Sementara Arni berusaha menyembunyikan dirinya dibalik kegelapan jalan tanpa penerangan.

Setelah menitipkan motor di rumah temannya yang memang terletak ditepi jalan raya, Ardan pergi dengan berjalan kaki. Membuat Arni semakin heran.

Namun setelah berjalan beberapa puluh meter dari rumah temannya itu, Arni melihat sebuah mobil mewah yang terasa tidak asing untuknya berhenti tepat didepan Ardan. Terlihat suaminya itu tengah menyapa seseorang dengan senyuman yang lebar. Lalu, Ardan masuk kedalam mobil tersebut, sang pengendara melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan. Sehingga mau tidak mau, Arni harus ikut menaikkan kecepatan sepeda motornya supaya tidak tertinggal oleh mereka.

***

"Hai, sayang!" sapa Ardan setelah mobil Tante Amy berhenti didepannya dan kaca mobil diturunkan.

"Ayo! Cepat masuk!" rengek Tante Amy dengan manja.

Ardan tersenyum senang, lalu segera masuk kedalam mobil mewah tersebut.

"Istri kamu tidak curiga nih keluar malam-malam seperti ini?" tanya Tante Amy masih dengan mata yang terfokus pada jalanan.

Ardan mengecup tangan kiri Tante Amy yang sedang tidak memegang kemudi, "tadi sempat tanya sih aku mau kemana. Tapi ku jawab saja kalau malam ini aku harus keluar kota, karena besok pagi-pagi sekali ada rapat di kota sebelah." jelas Ardan. Membuat Tante Amy tertawa kecil.

"Lalu, dengan polosnya, istrimu percaya?" tanya Tante Amy memastikan apakah yang ia pikirkan benar.

Ardan tersenyum sambil mengangguk.

"Baiklah, sekarang cukup kita membahas istriku yang mudah dibodohi itu. Karena sekarang, aku maunya membahas tentang hubungan kita. Cup!" ucap Ardan seraya kembali mengecup punggung tangan perempuan yang beberapa tahun lebih tua darinya itu.

Membuat Tante Amy tampak tersipu, namun menikmatinya.

"Hm, kita langsung ke hotel saja ya? Aku capek sekali. Mau istirahat," lanjut Ardan sambil meletakkan punggungnya pada senderan jok yang ia duduki. Kakinya yang panjang diluruskan, lalu ia menutup matanya. Menikmati sensasi bersantai didalam mobil mewah milik kekasih barunya.

"Iya, iya. Kamu istirahat saja, biar aku kemudikan mobilnya dengan cepat." sahut Tante Amy, hanya dijawab dengan ucapan terima kasih yang lirih dari mulut Ardan.

Tanpa mereka sadari, beberapa meter dibelakang mobil yang kemudikan oleh Tante Amy, ada Arni yang dengan gigihnya mengikuti kemana mobil mewah itu melaju. Meskipun dalam hati ia cemas memikirkan kalau-kalau kedua anaknya terjaga, namun dia lebih merasa was-was jika apa yang ia pikirkan tentang suaminya dan Tante Amy berselingkuh benar adanya.

Lima belas menit kemudian, mobil mewah itu memasuki halaman sebuah hotel di kaki pegunungan. Arni mengawasi dari seberang jalan. Setelah mobil Tante Amy terparkir di basemen hotel, barulah ia ikut masuk ke halaman hotel tersebut.

Tapi anehnya, Ardan maupun Tante Amy tidak ada yang keluar.

Sementara Arni dengan tubuh yang bergetar karena amarah dan rasa kecewa tengah menanti di sudut parkiran yang gelap. Dengan tangan berkeringat dingin yang memegang ponsel, siap untuk mengabadikan bukti bahwa mereka berselingkuh.

Dengan putus asa setelah menunggu lebih dari lima menit lamanya, Arni berjalan terseok-seok mendekati mobil Tante Amy untuk mengintip apa yang sedang terjadi didalam sana. Namun kacanya yang gelap, serta lampu dalam mobil yang tidak menyala membuatnya terpaksa harus melihatnya lebih dekat lagi.

"Mas Ardan!"

Related chapters

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 8

    "Mas Ardan!" jerit Arni spontan, karena melihat apa yang sedang suaminya lakukan bersama perempuan yang hampir seusia ibunya itu."Arni," ucap Ardan lirih bercampur kaget, melihat istrinya tengah mengintip dari jendela mobil.Sementara Tante Amy hanya tersenyum nakal, karena pemanasannya bersama Ardan yang sedang tanggung malah ketahuan oleh Arni.Dengan wajah marah, Ardan keluar dari mobil tanpa membenarkan kemejanya yang sudah terbuka sebagian. Begitu pula Tante Amy, dadanya yang mulai mengendur hampir terekspos sepenuhnya."Apa yang kamu lakukan disini Arni?" tanya Ardan dengan marah."Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa Mas Ardan ada disini? Bersama perempuan yang hampir seusia ibumu itu Mas?""Hah! Enak saja kamu mengataiku hampir seusia dengan ibunya Ardan, memangnya aku terlihat setua itu?" gerutu Tante Amy yang merasa tersinggung dengan ucapan Arni.Arni melirik marah kearah perempuan hampir berusia paruh baya itu, sudut matanya berair karena rasa sakit yang

    Last Updated : 2023-12-31
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 9

    "Arni, kamu yakin mau menerima lamaran Ardan? Tidak mau dipikir-pikir dulu?" tanya kakak Arni kala itu."Nggak, Mbak. Aku mantap mau menerimanya. Mbak lihat, kan? Bahkan saat motornya disita sama bapak dan ibunya, dia berusaha meminjam motor teman atau kerabatnya untuk menemuiku. Itukan bukti kalau Mas Ardan serius sama aku." jawab Arni sambil tersenyum membayangkan sebelumnya habis diapeli oleh Ardan."Ar, tapi itu sudah jelas dia melawan orang tuanya. Dia bukan laki-laki yang patuh sama bapak dan ibunya."Arni termenung.Memikirkan bahwa kata-kata yang kakaknya ucapkan ada benarnya. Tapi dia juga sudah terlanjur menerima lamaran pribadi itu, dan lagi, rasa sayangnya untuk Ardan sudah terlanjur sangat besar.Arni semakin tersedu-sedu. Bagaimana dia harus mengatakan kepada kakak serta pamannya, bahwa Ardan yang dulu mereka tentang, kini telah mengkhianatinya.***"Ah, permainan kamu hebat banget sayang! Tante sampe kewalahan ngadepin kamu lo!" ujar Tante Amy sambil tersenyum puas.Ard

    Last Updated : 2024-01-02
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 10

    Tok! Tok!Ardan mengetuk pintu samping sebuah rumah yang berada didepan sekolah TK dengan perlahan. Tak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dari dalam."Ayo, masuk! Motornya simpan saja dibelakang warung," perintah orang yang membukakan pintu itu sambil menunjuk warung yang berada tepat disebelah rumahnya.Tanpa membantah, Ardan mengikuti perintah itu. Lalu segera masuk kedalam rumah bergaya modern minimalis itu. "Anak-anak kemana? Sudah tidur semua?" tanya Ardan dengan penuh perhatian."Iya," jawab sang pemilik rumah yang ternyata seorang wanita berusia tujuh tahun diatas Ardan."Kita langsung kebawah saja yuk!" ajak wanita itu sambil menuntun Ardan menuju dapur yang berada dilantai bawah."Sayang, kamu kok kelihatannya berkeringat sekali. Habis ngapain?" tanya wanita itu dengan penuh rasa curiga."Iya, tadi pas kesini ban motornya bocor. Jadi aku tuntun cari tambal ban yang masih buka. Makanya keringatnya banyak." jawab Ardan asal.Namun wanita itu seolah tak peduli dengan jawaban

    Last Updated : 2024-01-03
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 11

    Pagi itu, seperti biasa. Arni mengantar kedua anaknya bersekolah sambil membawa jajan untuk ia titipkan pada warung-warung kecil yang ia lewati serta kantin sekolah anaknya dan mengambil hasil penjualan sebelumnya.Sebuah senyum penuh rasa syukur mengembang pada wajah ayu Arni. "Terima kasih banyak, Pak!" ujar Arni pada pemilik warung yang tepat berada di seberang sekolah TK."Iya, Mbak Arni! Sama-sama! Kalau bisa, besok bawa keripik sama gorengannya agak banyakan ya? Kebetulan besok anak-anak libur sekolah, tapi disini mau dipakai untuk acara. Untuk lomba mewarnai anak TK tingkat kecamatan. Bawa jajan yang lain juga boleh, biar lengkap warung saya!" ujar Pak Nanang, pemilik warung diseberang TK tempat anak Arni bersekolah."Iya, Pak! Siap! Besok pagi-pagi sekali aku bawakan kesini. Nanti malam biar aku lembur!" jawab Arni dengan riang. Baginya, pagi ini adalah pagi yang indah. Seluruh dagangan yang ia titipkan habis tak bersisa. Bahkan beberapa warung tempat biasa Arni menitipkannya

    Last Updated : 2024-01-05
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 12

    "Pagi, sayang!" sapa Nira sambil membawa nampan berisi kopi panas dan sepiring gorengan.Menilik dari penampilannya, Ardan tahu betul kalau gorengan tersebut dibeli oleh Nira di warung samping rumahnya. Yang tak lain, itu adalah gorengan titipan Arni. Ironis memang, di rumah Ardan tak pernah sudi memakan gorengan yang istrinya suguhkan. Padahal gorengan Arni sudah terkenal disekitar tempat tinggal mereka. Namun saat Nira yang menyajikan gorengan tersebut, Ardan akan dengan lahap memakannya sambil menggigit cabai rawit hijau.Ardan membalas sapaan Nira, lalu mengecupnya dengan mesra."Sayang, aku sudah selesai lo!" bisik Nira dengan nakal.Ardan tersenyum mendengarnya. Ia tahu betul maksud perkataan Nira. "Sabar ya, malam ini aku tidak bisa menginap disini. Kebetulan malam ini aku ada pekerjaan sampingan selama akhir pekan."Bibir Nira mengerucut, tanda bahwa ia tidak suka mendengar jawaban Ardan. "Memang tidak bisa ditinggal, ya?"Ardan tersenyum gemas melihat tingkah Nira yang sepert

    Last Updated : 2024-01-05
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 13

    Siang hari, waktunya menjemput anak-anak pulang sekolah, Arni membawa pesanan keripik yang sudah jadi untuk warung didepan TK. Ia menyempatkan melongok ke belakang warung, apakah motor Ardan masih ada disana atau tidak.Keningnya berkerut karena tidak menemukan motor suaminya."Pak Nanang! Itu motor dibelakang warung kemana?" tanya Arni setelah menghitung jumlah keripik yang ia setorkan."Oh, itu tadi dibawa pergi sama temannya Mbak Nira." jawab Pak Nanang."Siapa Pak? Laki-laki atau perempuan?" Arni bertanya penuh selidik."Laki-laki Mbak, orang itu memang sering mampir ke rumah Mbak Nira. Sering juga bawa motor tersebut."Arni menegang mendengar penjelasan singkat Pak Nanang. "Ya sudah Pak kalau begitu, saya pamit dulu ya? Itu anak-anak saya sudah pada keluar.""Iya Mbak Arni, hati-hati dijalan ya! Besok jangan lupa, jajannya yang komplit!" ujar Pak Nanang."Baik Pak!" teriak Arni dari seberang jalan.Arni menuntun kedua anaknya untuk pulang, sepanjang perjalanan mereka saling mengo

    Last Updated : 2024-01-08
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 14

    Setelah pergi kemarin malam, Ardan baru pulang keesokan harinya. Malam hari, setelah Arni selesai membuat serta mengemas semua pesanan dari pelanggannya. Nanik juga sudah pulang, Arni sendirian di rumah karena Rafa dan Natasya menginap di tempat simbahnya. "Arni! Buatkan aku mie kuah yang pedas!" teriak Ardan setelah menjatuhkan pantatnya pada sofa ruang tamu. Sementara Arni yang berdiri didekat Ardan hanya menatapnya dengan sengit. "Minta saja sama Tante Amy mu itu!" jawab Arni ketus lalu masuk kedalam kamar. Ia mengunci pintunya dari dalam, lalu jatuh terduduk ditepi ranjang sambil menangis. "Hei! Berani-beraninya seorang istri menolak perintah suaminya! Keluar kamu Arni! Sini! Biar ku beri kamu pelajaran!" teriak Ardan marah sambil menggedor-gedor pintu kamar dengan kasar. Tangis Arni semakin menjadi-jadi. "Bagaimana bisa tanpa merasa bersalah Mas Ardan pulang dan langsung memintanya untuk membuat mie pedas? Memangnya aku ini istri atau babunya?" tanya Arni dalam hati. "Arni!

    Last Updated : 2024-01-10
  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 15

    Arni tertidur setelah kelelahan menangis usai bertengkar dengan Ardan. Sedangkan Ardan, dia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Arni yang terus menangis hingga tersengal-sengal. Subuh, Arni terbangun. Lalu menyiapkan adonan untuk membuat gorengan. Setelah semuanya matang, dia langsung mengantarkannya ke warung pelanggannya dalam keadaan hangat. Terakhir, Arni mengantarkannya ke warung Pak Nanang yang berada didepan TK tempat anak-anaknya bersekolah. "Wah, Mbak Arni pagi sekali!" sapa Pak Nanang yang sedang menyapu didepan warung saat Arni datang. Arni tersenyum. "Iya Pak, kebetulan anak-anak semalam menginap di rumah simbahnya. Jadi aku bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat." jawab Arni. "Ya sudah, duduk dulu Mbak Arni! Biar tak buatkan teh hangat, sekali-kali mumpung Mbak Arni sedang tidak terburu-buru." "Terima kasih, Pak. Oh ya, ibu kemana? Kok tumben jam segini belum kelihatan?" "Sebentar lagi juga datang, tadi katanya mau menjemur pakaian dulu. Mumpung di warung belum m

    Last Updated : 2024-11-24

Latest chapter

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 15

    Arni tertidur setelah kelelahan menangis usai bertengkar dengan Ardan. Sedangkan Ardan, dia pergi begitu saja tanpa menghiraukan Arni yang terus menangis hingga tersengal-sengal. Subuh, Arni terbangun. Lalu menyiapkan adonan untuk membuat gorengan. Setelah semuanya matang, dia langsung mengantarkannya ke warung pelanggannya dalam keadaan hangat. Terakhir, Arni mengantarkannya ke warung Pak Nanang yang berada didepan TK tempat anak-anaknya bersekolah. "Wah, Mbak Arni pagi sekali!" sapa Pak Nanang yang sedang menyapu didepan warung saat Arni datang. Arni tersenyum. "Iya Pak, kebetulan anak-anak semalam menginap di rumah simbahnya. Jadi aku bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat." jawab Arni. "Ya sudah, duduk dulu Mbak Arni! Biar tak buatkan teh hangat, sekali-kali mumpung Mbak Arni sedang tidak terburu-buru." "Terima kasih, Pak. Oh ya, ibu kemana? Kok tumben jam segini belum kelihatan?" "Sebentar lagi juga datang, tadi katanya mau menjemur pakaian dulu. Mumpung di warung belum m

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 14

    Setelah pergi kemarin malam, Ardan baru pulang keesokan harinya. Malam hari, setelah Arni selesai membuat serta mengemas semua pesanan dari pelanggannya. Nanik juga sudah pulang, Arni sendirian di rumah karena Rafa dan Natasya menginap di tempat simbahnya. "Arni! Buatkan aku mie kuah yang pedas!" teriak Ardan setelah menjatuhkan pantatnya pada sofa ruang tamu. Sementara Arni yang berdiri didekat Ardan hanya menatapnya dengan sengit. "Minta saja sama Tante Amy mu itu!" jawab Arni ketus lalu masuk kedalam kamar. Ia mengunci pintunya dari dalam, lalu jatuh terduduk ditepi ranjang sambil menangis. "Hei! Berani-beraninya seorang istri menolak perintah suaminya! Keluar kamu Arni! Sini! Biar ku beri kamu pelajaran!" teriak Ardan marah sambil menggedor-gedor pintu kamar dengan kasar. Tangis Arni semakin menjadi-jadi. "Bagaimana bisa tanpa merasa bersalah Mas Ardan pulang dan langsung memintanya untuk membuat mie pedas? Memangnya aku ini istri atau babunya?" tanya Arni dalam hati. "Arni!

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 13

    Siang hari, waktunya menjemput anak-anak pulang sekolah, Arni membawa pesanan keripik yang sudah jadi untuk warung didepan TK. Ia menyempatkan melongok ke belakang warung, apakah motor Ardan masih ada disana atau tidak.Keningnya berkerut karena tidak menemukan motor suaminya."Pak Nanang! Itu motor dibelakang warung kemana?" tanya Arni setelah menghitung jumlah keripik yang ia setorkan."Oh, itu tadi dibawa pergi sama temannya Mbak Nira." jawab Pak Nanang."Siapa Pak? Laki-laki atau perempuan?" Arni bertanya penuh selidik."Laki-laki Mbak, orang itu memang sering mampir ke rumah Mbak Nira. Sering juga bawa motor tersebut."Arni menegang mendengar penjelasan singkat Pak Nanang. "Ya sudah Pak kalau begitu, saya pamit dulu ya? Itu anak-anak saya sudah pada keluar.""Iya Mbak Arni, hati-hati dijalan ya! Besok jangan lupa, jajannya yang komplit!" ujar Pak Nanang."Baik Pak!" teriak Arni dari seberang jalan.Arni menuntun kedua anaknya untuk pulang, sepanjang perjalanan mereka saling mengo

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 12

    "Pagi, sayang!" sapa Nira sambil membawa nampan berisi kopi panas dan sepiring gorengan.Menilik dari penampilannya, Ardan tahu betul kalau gorengan tersebut dibeli oleh Nira di warung samping rumahnya. Yang tak lain, itu adalah gorengan titipan Arni. Ironis memang, di rumah Ardan tak pernah sudi memakan gorengan yang istrinya suguhkan. Padahal gorengan Arni sudah terkenal disekitar tempat tinggal mereka. Namun saat Nira yang menyajikan gorengan tersebut, Ardan akan dengan lahap memakannya sambil menggigit cabai rawit hijau.Ardan membalas sapaan Nira, lalu mengecupnya dengan mesra."Sayang, aku sudah selesai lo!" bisik Nira dengan nakal.Ardan tersenyum mendengarnya. Ia tahu betul maksud perkataan Nira. "Sabar ya, malam ini aku tidak bisa menginap disini. Kebetulan malam ini aku ada pekerjaan sampingan selama akhir pekan."Bibir Nira mengerucut, tanda bahwa ia tidak suka mendengar jawaban Ardan. "Memang tidak bisa ditinggal, ya?"Ardan tersenyum gemas melihat tingkah Nira yang sepert

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 11

    Pagi itu, seperti biasa. Arni mengantar kedua anaknya bersekolah sambil membawa jajan untuk ia titipkan pada warung-warung kecil yang ia lewati serta kantin sekolah anaknya dan mengambil hasil penjualan sebelumnya.Sebuah senyum penuh rasa syukur mengembang pada wajah ayu Arni. "Terima kasih banyak, Pak!" ujar Arni pada pemilik warung yang tepat berada di seberang sekolah TK."Iya, Mbak Arni! Sama-sama! Kalau bisa, besok bawa keripik sama gorengannya agak banyakan ya? Kebetulan besok anak-anak libur sekolah, tapi disini mau dipakai untuk acara. Untuk lomba mewarnai anak TK tingkat kecamatan. Bawa jajan yang lain juga boleh, biar lengkap warung saya!" ujar Pak Nanang, pemilik warung diseberang TK tempat anak Arni bersekolah."Iya, Pak! Siap! Besok pagi-pagi sekali aku bawakan kesini. Nanti malam biar aku lembur!" jawab Arni dengan riang. Baginya, pagi ini adalah pagi yang indah. Seluruh dagangan yang ia titipkan habis tak bersisa. Bahkan beberapa warung tempat biasa Arni menitipkannya

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 10

    Tok! Tok!Ardan mengetuk pintu samping sebuah rumah yang berada didepan sekolah TK dengan perlahan. Tak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dari dalam."Ayo, masuk! Motornya simpan saja dibelakang warung," perintah orang yang membukakan pintu itu sambil menunjuk warung yang berada tepat disebelah rumahnya.Tanpa membantah, Ardan mengikuti perintah itu. Lalu segera masuk kedalam rumah bergaya modern minimalis itu. "Anak-anak kemana? Sudah tidur semua?" tanya Ardan dengan penuh perhatian."Iya," jawab sang pemilik rumah yang ternyata seorang wanita berusia tujuh tahun diatas Ardan."Kita langsung kebawah saja yuk!" ajak wanita itu sambil menuntun Ardan menuju dapur yang berada dilantai bawah."Sayang, kamu kok kelihatannya berkeringat sekali. Habis ngapain?" tanya wanita itu dengan penuh rasa curiga."Iya, tadi pas kesini ban motornya bocor. Jadi aku tuntun cari tambal ban yang masih buka. Makanya keringatnya banyak." jawab Ardan asal.Namun wanita itu seolah tak peduli dengan jawaban

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 9

    "Arni, kamu yakin mau menerima lamaran Ardan? Tidak mau dipikir-pikir dulu?" tanya kakak Arni kala itu."Nggak, Mbak. Aku mantap mau menerimanya. Mbak lihat, kan? Bahkan saat motornya disita sama bapak dan ibunya, dia berusaha meminjam motor teman atau kerabatnya untuk menemuiku. Itukan bukti kalau Mas Ardan serius sama aku." jawab Arni sambil tersenyum membayangkan sebelumnya habis diapeli oleh Ardan."Ar, tapi itu sudah jelas dia melawan orang tuanya. Dia bukan laki-laki yang patuh sama bapak dan ibunya."Arni termenung.Memikirkan bahwa kata-kata yang kakaknya ucapkan ada benarnya. Tapi dia juga sudah terlanjur menerima lamaran pribadi itu, dan lagi, rasa sayangnya untuk Ardan sudah terlanjur sangat besar.Arni semakin tersedu-sedu. Bagaimana dia harus mengatakan kepada kakak serta pamannya, bahwa Ardan yang dulu mereka tentang, kini telah mengkhianatinya.***"Ah, permainan kamu hebat banget sayang! Tante sampe kewalahan ngadepin kamu lo!" ujar Tante Amy sambil tersenyum puas.Ard

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 8

    "Mas Ardan!" jerit Arni spontan, karena melihat apa yang sedang suaminya lakukan bersama perempuan yang hampir seusia ibunya itu."Arni," ucap Ardan lirih bercampur kaget, melihat istrinya tengah mengintip dari jendela mobil.Sementara Tante Amy hanya tersenyum nakal, karena pemanasannya bersama Ardan yang sedang tanggung malah ketahuan oleh Arni.Dengan wajah marah, Ardan keluar dari mobil tanpa membenarkan kemejanya yang sudah terbuka sebagian. Begitu pula Tante Amy, dadanya yang mulai mengendur hampir terekspos sepenuhnya."Apa yang kamu lakukan disini Arni?" tanya Ardan dengan marah."Mas, seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa Mas Ardan ada disini? Bersama perempuan yang hampir seusia ibumu itu Mas?""Hah! Enak saja kamu mengataiku hampir seusia dengan ibunya Ardan, memangnya aku terlihat setua itu?" gerutu Tante Amy yang merasa tersinggung dengan ucapan Arni.Arni melirik marah kearah perempuan hampir berusia paruh baya itu, sudut matanya berair karena rasa sakit yang

  • Pekerjaan Lain Suamiku   Bab 7

    "Maafkan ibu, nak!" bisik Arni sambil mencium kening kedua buah hatinya yang sudah tertidur lelap.Ia segera mengenakan jilbab dan jaket, lalu mengeluarkan motor yang tadi sore ia pinjam dari paman suaminya. Tak lupa, Arni memakai helm untuk keselamatan, sekaligus guna menutupi wajahnya agar tidak ketahuan. Ia segera keluar dari rumah, tak lupa mengunci pintunya dari luar. Meskipun sebenarnya hatinya terasa berat harus meninggalkan kedua anaknya yang sedang terlelap.Arni agak cepat melajukan motornya, karena ia tidak mau tertinggal jauh oleh Ardan. Namun Dewi Fortuna seakan berpihak padanya, Arni melihat Ardan yang berhenti ditepi jalan tidak jauh dari gang kampung mereka.Arni menjaga jarak sekitar dua meter dari tempat Ardan berhenti, dan ia agak memepetkan motornya ketepian agar tertutup pohon besar dibelakang Ardan. Samar-samar Arni dapat mendengar suaminya tengah berteleponan dengan menyebut nama Tante Amy. Namun suaranya terdengar manja, membuat kening Arni berkerut."Apa begit

DMCA.com Protection Status